Seberapa sering Anda mendengar seseorang berkata, "Saya merasa sangat beruntung punya pekerjaan," selama lima tahun terakhir ini? Atau, seberapa sering Anda mengatakannya? Anda tak sendiri. Mengabaikan ambisi untuk imbalan atas kinerja adalah umum untuk para karyawan.
Tingkat pengangguran yang meningkat mempengaruhi pada kinerja, yang bisa berujung pada produktivitas yang dipaksakan. Tapi perbaikan keadaan ekonomi bisa membuat orang berhenti dari pekerjaan mereka dan mengejar kesempatan kerja lainnya.
Tren baru ini bisa menyebabkan sejumlah masalah bagi atasan. Terutama bagi mereka yang belum fokus menjaga agar karyawan tetap bahagia dan bersemangat untuk datang bekerja setiap hari. Dalam beberapa tahun terakhir, pengusaha tidak bisa membuat karyawan merasa dihargai.
Beberapa bidang seperti akuntansi khusus, para pekerja lebih sering meninggalkan pekerjaan mereka saat ini untuk penawaran yang lebih baik. Jadi, apa alasan paling umum orang meninggalkan pekerjaan mereka saat ini dan mencari peluang lain?
Mungkin mudah untuk mengasumsikan uang adalah faktor pendorong, tapi belum tentu demikian. Meskipun paket gaji dan tunjangan yang baik menjadi alasan, sebagian besar karyawan meninggalkan tempat kerjanya karena mereka tidak senang dengan manajemen.
David G. Allen, seorang profesor manajemen di Universitas Memphis, telah melakukan sejumlah besar penelitian mengenai topik ini dan menemukan bahwa pekerja menghargai hubungan dengan rekan kerja lainnya, terutama atasan, dan porsinya sama besar dengan gaji dan tunjangan.
Survei Mood Tracker yang dikeluarkan Globoforce pada November 2012 menemukan bahwa 55 persen karyawan akan meninggalkan pekerjaan mereka untuk perusahaan lain yang mampu menawarkan suasana manajamen yang mendukung, terutama saling menghargai.
Sebagai pemilik bisnis kecil, penting untuk tidak hanya menyadari tren baru ini, namun juga mengetahui beberapa cara sederhana untuk memastikan karyawan merasa dihargai. Menghargai bisa mengangkat moral pekerja.
Pada tingkat paling dasar, apresiasi atau penghargaan bisa membuat pekerja merasa aman, dan merupakan faktor yang bisa mendorong pekerja melakukan yang terbaik. Kondisi ini juga memberi energi. Kurang apresiasi menciptakan kecemasan dan bisa mengalihkan energi pekerja jadi tak produktif.
Tapi, mengapa atasan yang secara terbuka memuji atau mengapresiasi karyawan di tempat kerja justru tampak canggung, seperti dibuat-buat, dan bahkan terkesan tidak jujur? Jawaban yang jelas adalah bahwa Anda tidak fasih dalam menggunakan bahasa emosi yang positif di tempat kerja.
Anda tidak terbiasa membagi apresiasi sehingga merasa tidak nyaman melakukannya. Apresiasi tulus adalah sesuatu yang tidak banyak menghabiskan waktu, dan ada perasaan mendorong untuk membangun.