Mohon tunggu...
Yuni Riawati
Yuni Riawati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Haloooo dunia perempuan Indonesia. Smile....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Para Dewi Pejuang Kesehatan Perempuan

15 Oktober 2014   20:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:54 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Kekeri merupakan salah satu dari 16 desa di kecamatan Gunung Sari dengan memiliki 3 dusun yaitu Dusun Kekeri, Kekeri Timur dan Gegutu Dayan Aik.  Jumlah Penduduk Desa kekeri adalah 1.295 KK dan mata pencaharian penduduk yang utama adalah petani. Kategori tingkat kesejahteraan masyarakat desa Kekeri tergolong dalam kelas menengah kebawah.

Posyandu di Desa Kekeri telah ada sejak tahun 1989 seperti yang diceritakan oleh kepala Dusun Kekeri Timur yaitu bapak Caun.  keberadaan Posyandu di Desa Kekeri merupakan program dari pemerintah yaitu BKKBN untuk Kesehatan Ibu dan ANAk (KIA). Pada saat itu kader posyandu hanya ada 3 orang salah satunya adalah bapak Caun, dengan jumlah dusun 2 yaitu dusun Kekeri dan Gegutu. Pak Caun menggunakan teras rumahnya untuk kegiatan Poayandu. Masyarakat masih sedikit yang berkunjung ke Posyandu karena tempat pelaksanaan posyandu yang jauh dan jumlah kader yang sedikit selain juga masyarakat belum tahu manfaat datang ke posyandu.  Pada tahun 2004 lahir satu Posyandu di wilayah Perumahan (BTN) karena kebutuhan warga yang tinggal di kompleks perumahan. Namun saat itu aktivitas posyandu juga belum semarak. Pada tahun 2006 di desa Kekeri ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 4 orang anak. Pada tahun yang sama lahirlah Community Center Mandiri (CCM) yang merupakan organisasi warga yang berperan sebagai pusat informasi, pusat pengaduan dan pusat pembelajaran warga. Kelahiran Community Center juga dipengaruhi oleh situasi layanan kesehatan di Puskesmas Penimbung pada saat itu yang tidak memuaskan bagi warga, terutama warga miskin. Sebagai inisator CCM adalah tiga orang perempuan yaitu Ibu Sri Rahmadani (Bu Su), Ibu Kustiyah (Bu Kus) dan Zohra (Jo).

Community Center Mandiri (CCM) yang lahir pada tahun 2006 dimana pada saat itu di fasilitasi oleh Solidaritas Perempuan Mataram (SP Mataram) sebagai pelaksana program PATTIRO Jakarta yang didukung oleh ACCESS Phase I. Pada saat berdiri tercatat anggota CCM adalah 20 orang. Dalam awal perjalanannya hanya 3 orang inilah yang aktif yaitu Bu Su, Bu Kus dan Jo. Tantangan demi tantangan harus mereka lalui karena kondisi warga terutama perempuan yang pada saat itu tidak pernah berorganisasi. Jika ikut organisasi hanyalah PKK, dimana kegiatannya pada tahun 2006 tersebut hanyalah arisan saja.  Bu Su, Bu Kus maupun Jo bersepakat bahwa perempuan dan anak-anak di desa Kekeri harus maju.

Dengan diketemukannya kasus Gizi Buruk di Desa Kekeri membuat resah ketiga pejuang perempuan ini. “Bagaimana jadinya Desa Kekeri ini jika anak-anak tumbuh dengan kondisi Gizi Buruk. Masak kita harus menjadi orang-orang yang bodoh terus” kata ibu Su.

Bu Kustiyah : “Sedih rasanya melihat anak-anak yang tidak dapat tumbuh. Padahal mereka kedepan adalah calon-calon penerus kami”.

Dari keresahan tersebut maka mereka mencari cara untuk dapat mengatasinya. Cara yang mereka lakukan Dengan pengetahuan yang bertambah setelah mengikuti beberapa peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh LSM yaitu Solidaritas Perempuan (SP Mataram) dan Jaringan Masyarakat Sipil (JMS) Lobar maka ketiga Charlei Angels inilah yang mulai menghidupkan posyandu.   Awal mula upaya yang dilakukan adalah mendatangi warga dari rumah ke rumah. Ibu Kustiyah yang saat ibu berjualan nasi rawon di rumahnya kepada setiap pembeli maka dia menceritakan segala informasi yang didapatnya setelah mengikuti kegiatan baik yang dilakukan oleh SP Mataram maupun JMS Lobar, seperti UU PKDRT, UU Trafiking, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak dasar warga lainnya. Demikian pula dengan Zohra yang saat itu masih remaja, maka dia mendatangi rumah-rumah warga untuk menjelaskan tentang program ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) dan mendampingi warga miskin jika akan ke Puskesmas. Ibu Sri Rahmadani yang pada saat itu menjadi anggota BPD dan terpilih sebagai ketua CC, maka mulai memikirkan agar desa mempunyai kebijakan untuk mengatasi kondisi kesehatan dan menghibupkan posyandu. Maka lahirlah MOU warga Desa Kekeri dengan Puskesmas  Penimbung.

Kemudian terdapat awiq-awiq yang pada saat itu belum tertulis untuk menghidupkan Posyandu. Salah satu ketentuan dalam awiq-awiq adalah warga desa Kekeri yang mempunyai anak bayi dan balita wajib datang ke Posyandu. Jika tidak datang terlalu sering ke posyandu maka tidak akan dilayani oleh pemerintah desa jika akan mengurus administrasi di desa.  Awiq-awiq ini pada tahun 2012 didokumentasikan.

Seiring dengan program pemerintah yaitu NICE pada tahun 2009 dengan adanya Kelompok Gizi Masyarakat ( KGM) maka pegiat-pegiat CCM yang sudah mengalami peningkatan kapasitas oleh desa dijadikan sebagai pengurus program NICE.  Demikian pula saat PNPM GSC masuk pada tahun 2010.  Hal-hal inovatif yang dilakukan oleh ketiga pegiat CC ini adalah membuka meja pengaduan sehingga layanan di Posyandu tidak hanya 5 meja tetapi 6 meja. Dimana meja ke enam adalah meja pengaduan. Hal ini dilakukan karena situasi dimana warga terutama perempuan masih sulit untuk keluar rumah, maka pada pelaksanaan posyandu maka warga terutama perempuan di desa Kekeri dapat curhat atas kondisi yang dialami baik kondisi diranah domestic seperti KDRT, maupun kondisi pelayanan publik. Hasil meja pengaduan adalah diketemukannya kasus anak kurang gizi 1 orang anak tahun 2010, kemudian pengaduan kasus trafiking (4 kasus), KDRT (3 kasus) dan menjadi posko untuk Pengaduan Penerimaan Siswa Baru dan pendataan bagi warga yang tidak mempunyai akta nikah. Pengaduan yang masuk oleh kader CC kemudian ditindak lanjuti dengan cara pendampingan ataupun menyampaikan ke JMS sebagai temuan yang akan diadvokasi.

Selain itu menyadari bahwa anak-anak agar senang ke Posyandu maka dengan dana program yang didapat dari PNPM GSC maka dibelikan Alat Permainan  Edukatif (PME) seperti bola, kolam bola, ayunan, boneka animal dan balok susun. Selain PNPM GCS juga untuk gedung posyandu dan melahirkan posyandu baru di Dusun Gegutu Dayan Aik pada tahun 2011.  Sehingga jumlah posyandu di Desa Kekeri menjadi 5 posyandu dengan kader aktif sebanyak 5 orang di setiap posyandu, sehingga total kader adalah  25 orang. Kelima Posyandu tersebut adalah Posyandu Melati 1, Melati 2, Delima, Merpati dan Posyandu 89.

Dari program NICE maka kader mendapatkan peningkatan kapasitas untuk mengolah makanan terutama makanan berbahan dasar local.  Maka Pemberian Makanan Tambahan (PMT)  yang diberikan kepada balita adalah bubur kacang hijau, telur, cake bola (terbuat dari ubi yang dibentuk bulat). Dari program NICE juga kader mendapatkan peningkatan untu mengolah makanan yang lebih sehat sehingga tidak mengurangi kandungan gizi dari makanan tersebut setelah dimasak. Maka pada saat posyandu maka biasanya warga juga membawa makanan untuk saling ditukar dan makan bersama. kebiasaan ini dalam adat Sasak disebut Berayan. Namum dalam Berayan yang dilakukan belum untuk saling mengenali kandungan Gizi dari makanan yang dibawa oleh masing-masing warga, seperti anak yang Berat Badan tidak naik-naik maka dapat menukar makanan yang dibawanya dengan anak yang Berat Badannya Stabil. Berayan dilakukan hanya sekedar untuk agar anak mau makan karena dilakukan beramai-ramai.

Selain itu ada Jimpitan. Jimpitan dimaknai dengan kerewaan warga untuk mendanai keberlanjutan posyandu. Para kader posyandu menyadari bahwa program seperti NICE maupun PNPM GSC tidak akan ada selamanya. Apalagi saat ini hanya ada program PNPM GSC. Maka untuk menjaga keberlanjutan posyandu dilakukan Jimpitan warga, jimpitan dapat berupa uang maupun bahan mentah. Namun yang menjadi sasaran untuk jimpitan ini hanyalah warga yang menjadi sasaran kegiatan posyandu. Jimpitan berupa uang tidak dipatok standar berapa yang akan diberikan warga, ada yang memberikan Rp. 500,- namun ada juga yang Rp.10.000,-. Hasil Jimpitan baik berupa barang maupun uang dipakai oleh kader posyandu untuk biaya operasional posyandu seperti beli ATK namun yang utama adalah dialokasikan untuk PMT.

Selain itu saat ini kader-kader posyandu sedang menginisiasi untuk membuat Warung Posyandu. Di  warung posyandu maka kader menjual barang-barang kebutuhan pokok dan menjualnya dengan harga yang tidak terlalu mahal. Keuntungan yang didapat dari warung posyadu maka dipakai untuk kegiatan posyandu (pemberian PMT) seperti dalam 2 bulan terakhir ini (bulan Maret, April 2013) dimana program NICE sudah berakhir dan dana dari PNPM GSC belum turun.

Hasil dari inovasi-inovasi yang dilakukan oleh kader posyandu adalah D/S (Datang/Sasaran) pada saat kegiatan posyandu mencapai 100%.  Hasil Jimpitan  berkisar Rp. 60.000,- dimana oleh kader sebagian dana dipergunakan untuk memberikan door price pada akhir kegiatan di hari pelaksaan posyandu. bentuk door price yang diberikan berupa gelas, mangkok, sabun.  Disini pulalah biasanya kader menginformasikan tentang hasil jimpitan dan pengunaannya. Selain itu   lahir Posyandu baru lagi yaitu Posyandu 89 yang melayani warga di RT8 dan RT 9 di dusun Gegutu Dayan Aik. Sehingga pelayanan posyandu semakin dekat dengan warga.

Penyuluhan di Posyandu yang berada di meja 4 masih berbasis pada hasil penimbangan dan pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat). Maka selain penyuluhan yang dilakukan di meja 4 maka diakhir kegiatan pada pelaksanaan posyandu sebelum door price dilakukan penyuluhan atau sosialisasi terkait dengan program-program maupun kebijakan pemerintah. Seperti sosialisasi UU PKDRT, sosialisasi program Jampersal, kesehatan reproduksi dan demo pembuatan makanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa posyandu di Desa Kekeri dapat menjadi ruang bagi warga terutama perempuan untuk meningkatkan kapasitas serta konsolidasi warga.

Sejauh ini pemerintah baik pemerintah kabupaten, kecamatan, puskesmas maupun desa memberikan dukungan kepada aktivitas posyandu. Hal ini terjadi karena posyandu di Desa Kekeri dapat dengan nyata memberikan warna dan terjadi perubahan-perubahan yang dirasakan warga. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti tidak ada lagi Gizi Buruk, walau masih  ada satu balita BGM (Dibawah Garis Merah), Pelaporan kasus KDRT yang sampai ke polsek dan membuat pelaku ditahan selama 1 hari membuat para suami “jera” dan berpikir jika akan melakukan kekerasan.

Dukungan yang diberikan adalah pemberian dana dari BPMPD sebesar masing masing RP. 3 juta untuk posyandu Melati 2 dan Posyandu 89. Dana ini dipergunakan untuk insentif kader dan PMT. Kemudian dukungan dari ADD Rp. 60.000,- perbulan yang diterima kader per 6 bulan sekali, pada saat dana ADD cair.  Puskesmas juga sangat merasa terbantu dengan adanya kader-kader posyandu yang aktif dan giat karena merupakan dapat menjadi mitra puskesmas dalam penjalankan program-programnya.

Saat ini Desa Kekeri memperoleh beberapa penghargaan seperti juara II Lomba Desa sekabupaten Lombok Barat, Juara I administrasi PKK ke Propinsi NTB, dan masuk 5 besar secara nasional dalam lomba administrasi PKK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun