Mohon tunggu...
Feizal Karim
Feizal Karim Mohon Tunggu... -

PNS, Menikah/4 anak, S2 Teknik, Suka menulis, Mengisi kolom tetap Makna setiap hari Rabu di Harian Riau Pos. Kunjungi saya di blog http://riau2020.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tunjuk Ajar Melayu (2): Kepribadian Pemimpin

16 Maret 2011   06:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:45 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Globalisasi telah banyak merubah wajah kemanusiaan dan budaya kita.Jarak sudah tidak lagi jadi masalah dan kemajuan iptek demikian pesat sampai-sampai membuat orang kedodoran dengan tata-budayanya dan sering terperangkap dalam persaingan yang tidak wajar.Di era “modern” ini materialisme juga makin menonjol yang membuat tidak seimbangnya aspek lahiriah dan batiniah sehingga simpangan itu baru terlihat ketika kita membuka kembali lembaran-lembaran kebijakan lama yang jadi kearifan lokal.

Sebagaimana di mana pun, kearifan lokal di tanah Melayu senantiasa berlandaskan nilai-nilai luhur yang bersumber dari ajaran Ketuhanan yang diperuntukkan bagi kepribadian dan jati diri seorang insan.Dalam masyarakat terdapat dan hidup petuah-petuah Islami yang disebut Tunjuk Ajar Melayu yang dikatakan sebagai pakaian.Orang yang lupa diri atau lupa pakaian sangat mungkin akan berbuat hal-hal tercela yang dapat merugikan masyarakat dan bangsanya.

Keadaan itu dapat digambarkan dengan ungkapan yang dapat dilihat dalam sebuah buku Tunjuk Ajar Melayu tulisan Tenas Effendy, seorang budayawan Riau, sebagai berikut:

bila orang lupakan diri,

banyaklah bala yang menghampiri

bila orang lupa pakaian,

banyaklah kerja yang bersalahan

kalau sudah lupakan diri,

alamat bala menimpa negeri

kalau sudah lupa pakaian,

di situlah tempat masuknya setan

lupa diri binasa negeri,

lupa pakaian binasa iman.

Ungkapan di atas dengan jelas menunjukkan apa konsekuensinya jika seseorang, terlepas dari statusnya, melupakan norma-norma yang diajarkan dan diwariskan berdasarkan iman kepada Allah Swt.Lingkup kearifan itu bukan hanya lokal tapi sudah menjangkau rentang sutau negeri.Dalam konteks sekarang, jangkauan negeri itu bukan tidak mungkin meliputi suatu Negara.Semoga para pemimpin kita tidak lupa diri atau lupa pada pakaian (kearifan) sebagaimana dalam ungkapan di atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun