[caption id="attachment_100726" align="alignleft" width="150" caption="(sumber: translationlinker.com)"][/caption]
Kebanyakan pembaca kompasiana mestinya kompasianer dan kebanyakannya berusaha menulis se-produktif mungkin sesuai dengan keadaan masing-masing. Terlepas dari kemampuan itu, sebenarnya apa tujuan seorang kompasianer untuk menulis?
Tiap orang bisa memberikan jawaban yang berbeda; mungkin ada ada yang menyalurkan kegemaran menulis, berbagi pengalaman, memberitahukan sesuatu informasi kepada orang banyak, berpromosi, kampanye, atau lainnya. Akan tetapi jika melihat judul, kandungan isi, dan style tulisan, orang bisa pula menduga ada yang ingin mencari pergaulan, popularitas, dan bahkan sensasi. Ini wajar dan sebagai konsekuensi dari mekanisme yang berlaku di Kompasiana.
Menurut adminnya, Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media) pada mana setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan, serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video (Citizen Journalism). Sepanjang bisa dipertanggungjawabkan, Kompasiana menampung berbagai materi yang menarik dan bermanfaat yang dikirim oleh anggota masyarakat dengan beragam latar belakang budaya, hobi, profesi dan kompetensi guna mempercepat arus informasi dan demokratisasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kompasianer juga bebas untuk menyampaikan gagasan, pendapat, ulasan maupun tanggapan secara baik dan benar. Kandungan tayangan di Kompasiana menjadi tanggungjawab Kompasianer yang mengirimkannya.
Jadi, kualitas Kompasiana sangat tergantung pada kreativitas para kontributor tayangannya. Para redaktur dan admin yang rasanya adil, bijak, dan objektif lebih banyak berperan sebagai penyelenggara dan, wasit, dan "hakim garis" yang mengendalikan agar bola dimainkan di dalam lapangan journalisme yang sehat dan tidak terjadi berbagai pelanggaran.
Mestinya para Kompasianer sudah tahu aturan main ini. Seyoganya tidak terdapat lagi atau sangat jarang tayangan yang menggunakan kata-kata bombastis, vulgar, sensasional, kontoversial sehingga menimbulkan banyak reaksi, porno, dan sejenisnya sementara kontennya tidak nyambung atau kurang berkualitas. Sangat buruk lagi kalau secara tersembunyi menyebarkan kebencian atau rasa permusuhan terhadap yang bukan kelompok penulisnya.
Seorang penulis atau jurnalis yang baik tentu tidak sekedar ingin mencari popularitas atau mendapatkan kepentingan sesaat yang terselubung. Tanpa mendapat tepuk tangan pun ia akan tetap menulis apa yang dianggapnya baik dan perlu buat orang lain. Insya Allah ia ingin membawa manfaat pada orang ramai atau jadi rahmat bagi semesta alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H