Mohon tunggu...
Feizal Karim
Feizal Karim Mohon Tunggu... -

PNS, Menikah/4 anak, S2 Teknik, Suka menulis, Mengisi kolom tetap Makna setiap hari Rabu di Harian Riau Pos. Kunjungi saya di blog http://riau2020.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Blackberry dan Cabai, Apa Hubungannya?

11 Januari 2011   23:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blackberry (BB) dan cabai sama-sama sedang hot, tulis sebuah laporan di Republika 11 Januari 2011.Dua jenis benda yang sangat berbeda jauh ini dalam beberapa hari terakhir memang sedang dalam perbincangan dan perhatian banyak orang dari level yang berbeda pula.

Bagi orang kita cabai adalah bahan masakan yang harus ada setiap hari.Karena itu ketika harganya melambung tidak karuan, banyak orang jadi limbung.Kebiasaan makan yang berasa pedas rupanya sudah jadi ciri kita.

Sebetulnya tak perlu limbung kalau kita siasati dengan bijak.Saat harganya mahal ini bisa kita jadikan waktu untuk mengurangi atau mengistirahatkan selera dan perut dari cabai.Kita bisa belajar hikmah dari cabai untuk mengendalikan nafsu makan guna manfaat kesehatan.Kenaikan harga ini mudah-mudahan dapat mengalirkan lebih banyak riski ke petani cabai dari orang-orang yang masih sanggup membeli cabai seperti ketika harganya normal.Bagi yang tak sanggup, barangkali bisa diganti dengan yang lain, misalnya blackpepper.

Terus hubungannya dengan Blackberry? Handphone (HP) produksi RIM ini sedang hot juga karena mendapat ancaman dari Menteri Kominfo Tifatul Sembiring.RIM memang punya layanan gratis Blackberry Messenger (BBM) untuk sesama pemakai BB dan layangan internet melalui server yang dikelolanya di Kanada, termasuk akses untuk membuka situs porno.Sementara pengguna BB di Indonesia mencapai dua juta orang yang kebanyakan remaja, maka sangat wajar permintaan Menkominfo yang salah satunya adalah menutup akses situs porno itu atau izin operasinya di Indonesia dicabut.

Anehnya, sementara RIM belum memberi jawaban yang diperkirakan akan memenuhi permintaan itu, banyak orang justru bereaksi keras terhadap langkah Menkominfo ini.Apakah sudah demikian banyaknya pengguna BB yang suka mengakses situs lucah itu atau reaksi itu karena belum tahu duduk perkaranya selain tentang “akan mencabutan izin operasi RIM” sehingga kawatir HP mereka tidak terpakai lagi, termasuk layanan BBM yang konon antisadap.Padahal ada beberapa tuntutan lain Menkominfo yang pada dasarnya akan melindungi pemakai BB dan juga keselamatan negara dalam hal diperlukan.

Selain itu, mudahnya akses pornografi di internet sudah menimbulkan demikian banyak keburukan pada generasi masa depan yang layu dan terkorban sia-sia di negeri kita.Kalau kita balikkan pada mereka yang keberatan itu, mau kah anak atau keluarganya mengalami kejadian buruk demikian? Kita perlu pula waspada pada agenda siapa pun yang melakukan pembusukan bangsa kita secara sistematis!

Karena itu, dengan kecintaan pada bangsa ini, marilah kita bahu membahu memperjuangkan hilangnya racun generasi itu, termasuk melalui penertiban akses situs porno melalui internet di komputer dan HP.Kesetujuan kita pada upaya ini yang sekilas tak berharga sebenarnya merupakan kontribusi nyata dan berharga bagi penyelamatan generasi gadapan, termasuk anak cucu kita masing-masing.Ego tentang kemudahan berkomunikasi menggunakan BBM perlu kita kesampingkan dulu sebentar sampai RIM setuju memblokir situs porno itu.

Saatnya pula kita menunjukkan rasa percaya diri dan jati diri untuk menolak yang datang dari luar yang menurut kita tidak baik.Kita harus bisa melihat masalah ini dengan jernih mana yang manfaat dan mana yang mudarat sebagaimana beberapa negara lain yang tidak mau didikte oleh sekedar sebuah perusahaan dagang yang hanya berorientasi komersial.Jangan takut pak Tifatul Sembiring, Insya Allah para orangtua dan generasi muda yang sehat lahir batin akan berada di belakang bapak.Sesudah itu, supaya bisa pula kita mencari jalan tengah dari permasalahan naiknya harga cabai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun