Mohon tunggu...
Feizal Karim
Feizal Karim Mohon Tunggu... -

PNS, Menikah/4 anak, S2 Teknik, Suka menulis, Mengisi kolom tetap Makna setiap hari Rabu di Harian Riau Pos. Kunjungi saya di blog http://riau2020.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

AFF Suzuki Cup 2010 Memerlukan Langkah Sistemik Lanjutan

3 Januari 2011   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sepakbola memang olahraga yang paling populer di muka bumi, termasuk di Indonesia.Minggu-minggu terakhir 2010 kita hiruk pikuk dengan kejuaraan sepakbola Asean (AFF Cup).Meskipun kita tidak memenangkannya tapi squad Firman Utina dkk mendapat dukungan penuh dari segenap komponen bangsa.

Ternyata olahraga, dalam hal ini sepakbola, mampu membangkitkan semangat nasionalisme yang sudah lama tidak kita lihat.Para pendukung tim kita yang datang dari berbagai sudut negeri telah menunjukkan dukungan mereka yang luar biasa.Kostum dan pernak-pernik merah-putih membajiri pasar, jalan-jalan, stadion, dan juga di acara nonton bareng di Cikeas.Bahkan Presiden SBY dan Ibu Ani serta para tokoh menyempatkan menonton langsung di Gelora Bung Karno ketika tim kita berlaga pada leg 2 babak final.

Tim kita yang kalah terhormat di final memang berangkat dari segala kekurangan dan sedikit berbau jalan pintas dari persepakbolaan kita.Di Bukit Jalil waktu leg 1 sempat dibentangkan spanduk dengan tulisan “100% Malaysia” untuk menyindir adanya pemain naturalisasi kita.Sementara sebagian besar pemain Malaysia hasil pembibitan beberapa tahun lalu itu berusia pada awal duapuluhan, pemain kita banyak yang sudah pada penguhujungnya dan bahkan beberapa sudah tiga puluhan.Kompetisi perserikatan atau klub bukan tumbuh dan dengan pembinaan dari bawah tapi berjalan lebih karena topangan pemerintah daerah.

Karena itu, momentum AFF Cup harus kita manfaatkan untuk membenahi persepakbolaan kita secara mendasar dan konsepsional dengan cakrawala baru sampai ke daerah.Ini melingkupi tiga hal sistemik dan mengedepankan berkibarnya merah putih di masa mendatang: organisasi, pembinaan, dan prasarana/sarana.Dalam lingkup organisasi, kini lah saatnya untuk merapikan kelembagaan dan fungsionaris PSSI agar lebih efektif dan berkinerja.Kita perlu mengonsolidasikan masyarakat persepakbolaan dan dengan cara yang bijak dan membentuk kepengurusan yang kuat, profesional, dan didukung dengan kuat oleh berbagai pihak untuk menjalankan program kerja yang baik dan efektif.

Kegiatan pembinaan persepakbolaan telah berjalan demikian panjang yang sudah tentu memberikan banyak pengalaman.Namun semuanya perlu dicatatkan dengan baik agar dapat dievaluasi dan disempurnakan untuk sebuah rencana pembinaan yang lebih konsepsional dan efektif dalam jangka menengah dan panjang.Jalan pintas hanya menghasilkan manfaat jangka pendek dengan segala kekurangannya sehingga kita harus menggerakkan pembibitan dan kompetisi yang mengakar sejak dari klub-klub dan perserikatan.Keberhasilan di Amerika Latin dan Cataluna dapat jadi inspirasi jangka panjang bagi sepakbola kita.

Yang jadi pilar lagi adalah adanya lapangan olahraga yang memadai untuk jutaan anak Indonesia.Kalau PSSI mengeluhkan kurangnya lapangan untuk berlatih di Jakarta, tentu akan lebih kekurangan lagi di berbagai daerah.Sebaliknya lapangan yang baik adalah titik awal tumbuhnya kecintaan dan aktivitas berolahraga, bisa dimulai dari atletik, sebagai salah satu prasarana strategis untuk meningkatkan kualitas fisik dan mental serta secara positif menyalurkan energi generasi muda yang akan jadi penerus kehidupan bangsa ini.

Memang akan sangat berat jika kita harus menyediakan demikian banyak sekali gus lapangan olahraga yang mempunyai lintasan atletik, lapangan basket serta volli, cepat kering setelah hujan, lengkap dengan sarana ganti serta km/wc. Akan tetapi kita bisa membuat roadmapnya untuk jangka panjang dan rencana-rencana tipikal untuk yang baru atau perbaikan yang ada, termasuk kelembagaannya.Implementasinya memerlukan pula kebijakan secara nasional yang melibatkan pemerintahan, dunia usaha, dan masyarakat yang hari ini sedang kompak.

Pemerintahan memulai secara bertahap mewujudkan lapangan olahraga dimaksud di tiap kecamatan yang pengelolaan dapat seperti pola masyarakat mengelola rumah ibadah.Dengan sentuhan teknis dan manajerial, dengan pimpinan Camat/kepala daerahnya, stakeholder didorong untuk berkolaborasi mewujudkan sebuah lapangan yang bagus di lingkungan masing-masing, termasuk menerapkan pola insentif dalam berbagai bentuk bagi yang berhasil.Sekolah-sekolah secara fisik diharapkan mempunyai lapangan olahraga yang diperlukan secara minimal (di Malaysia sudah dijumpai demikian sejak 20 tahun lalu). Para pengembang perumahan juga dipastikan membangun kompleks olahraga untuk tiap klaster rumah sejumlah tertentu.

Upaya ini bersama-sama dengan dua hal lainnya dan langkah-langkah lainnya perlu dilakukan secara sistemik dengan inisiasi dan pimpinan otoritas.Semangat pembangunan olahraga yang menjadi bagian dari pendidikan dapat dimulai di Jakarta dan terus digelorakan ke daerah secara komprehensif dan berkesinambungan.Hasilnya akan terlihat sejak jangka menengah berupa sehat, cergas, dan sportifnya generasi muda kita.  Lalu banyak Firman Utina baru akan lahir dan prestasi pun akan bermunculan. Insya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun