Mohon tunggu...
Feizal Karim
Feizal Karim Mohon Tunggu... -

PNS, Menikah/4 anak, S2 Teknik, Suka menulis, Mengisi kolom tetap Makna setiap hari Rabu di Harian Riau Pos. Kunjungi saya di blog http://riau2020.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Imlek Bisa untuk Membangkitkan Nasionalisme

3 Februari 2011   14:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:55 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saudara-saudara kita etnis Tionghoa merayakan Hari Raya Imlek pada hari Kamis tanggal 3 Februari lalu.Perayaan yang berangkat dari kepercayaan Kong Hu Cu ini sudah jadi peristiwa budaya yang dirayakan oleh kebanyakan etnis Tionghoa atau Cina, terlepas dari kepercayaan yang dianutnya.Itulah sebabnya hari Kamis kemaren pasar kita terasa setengah lumpuh karena banyak toko, kedai, atau usaha yang libur.

Mungkin tidak masalah kalau libur kita hanya satu hari saja.Akan tetapi manakala ada hari “kejepit” sehingga para pengusaha memperpanjang libur beberapa hari maka perlu disiasati agar pasar, terutama yang retail, tidak terganggu serta para pekerja yang mengais riski secara harian dari usaha-usaha itu tidak kehilangan pendapatan.Libur yang merupakan kebutuhan asasi tetap lah mesti dapat dinikmati tapi harus dapat kita atur sedemikian sehingga keperluan kehidupan ekonomi harian masyarakat tidak terganggu.

Yang paling sederhana adalah dengan cara mengatur waktu pelayanan kelompok usaha yang jadi keperluan harian seperti bahan pangan, air minum di daerah yang sulit air, produksi es, bengkel, dan sejenisnya.Pengaturan bisa dimulai dengan mengumumkan hari atau waktu penutupan layanan, pelayanan tidak secara penuh, beroperasi setengah penuh, atau sebagaimana biasa oleh para karyawan yang dapat dipercaya.Cara ini tentu harus dilakukan dengan koordinasi dan pendelegasian segala urusan operasi secara matang dan hati-hati kepada pegawai yang tidak merayakan imlek.

Cara yang lebih prinsipil dan penuh dengan nuansa social responsibility adalah dengan melakukan pemberdayaan para pegawai dari sekedar hanya pekerja menjadi pelaku pemilik secara kolektif.Para karyawan yang tidak merayakan imlek yang sudah teruji kesetiaan, kinerja, kejujuran, kerajinan, dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia usaha tersebut dapat diamanahkan suatu unit usaha sejenis atau yang berkaitan dalam skala kecil dengan hitungan bagi hasil misalnya, sehingga pelayanan dalam lingkup usaha tersebut tetap bisa didapatkan masyarakat pada saat libur imlek yang relatif panjang sekali pun.Di samping akan dapat memberi motivasi para karyawan, sekali gus mencetak para enterpreuner baru, para pemilik modal akan mendapat keuntungan ganda lainnya: 1). memperkuat pelayanan dan mata rantai usahanya sendiri, dan 2). tetap dapat berlibur dengan puas serta tenang.

Ide ini tentu kedengarannya sedikit sulit dan mengganggu, jika kita hanya melihat dari sisi kepentingan materialistik semata.Akan tetapi saling membantu dan memberi manfaat bagi orang lain tentu juga misi keberadaan kita di muka bumi dan sikap demikian tentu juga ada dalam nafas perayaan imlek yang berasal dari kepercayaan itu.Apatah lagi kalau kita lihat pula dari sisi pandang nasionalisme terhadap bumi di mana kita berpijak dan melakukan usaha, akan lah sangat patriotik dan penuh rasa nasionalisme jika ide ini dapat kita kembangkan bersama sehingga pada kadar dan tingkat apa pun, sebagai kontribusi pada upaya memakmurkan masyarakat Indonesia.

Kebersamaan ekonomi demikian rasanya tidak lah akan merugikan pihak yang mengimplementasikannya karena hanya bersifat kompelementer dan memperkuat sistem yang sudah ada.Di samping itu, secara over all kapasitas para pemula tidak lah akan sama dengan yang sudah menggeluti hal itu secara kompeten dan dalam waktu lama.Alangkah indahnya ketika kita bisa saling bahu membahu secara produktif dengan platform untuk membangkitkan nasionalisme di lingkungan saudara-saudara kita yang merayakan Imlek. Semoga Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan riski buat kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun