Mohon tunggu...
Ria Tumimomor
Ria Tumimomor Mohon Tunggu... lainnya -

I am an Indonesian woman who loves blogging about my experience on public transportation at http://riamrtumimomor.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bersyukur

19 Oktober 2010   02:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:18 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“MAAAK, aku gak mau sekolah…, “teriak Supriani sambil melempar tas sekolahnya. Sang Bapak; Supriadi menyenggol istrinya Supriatun agar menengok kedepan…

“Kenape lagi itu anak, “ gerutu Supriadi sambil mengusap – usap wajahnya yang letih. “Udeh deh… elo aja yang urusin…gue mau tidur…”

Sambil menggerutu perlahan Supriatun melangkah keruang depan… Pintu kamar dibiarkan terbuka sedikit sehingga sayup –sayup Supriadi masih mendengar perdebatan antara istri dan anaknya. Ia mendesah sambil matanya menerawang ke langit – langit kamar. Mungkin ia yang bersalah dalam hal ini… Ia belum bisa memberikan yang terbaik pada isteri dan anaknya… Dan jaman sekarang tidak seperti masanya ketika ia masih muda dulu… Dimana ia sudah merasa bersyukur bisa bersekolah…

Terdengar teriakan Supriani… Lalu langkah – langkah yang dibanting dan perlahan lenyap.

Lalu hening…

Supriadi mendadak duduk di tempat tidur… Ia mendadak cemas dan pikirannya melayang kemana – mana hingga ia melihat istrinya memasuki kamar tidur. Setelah menutup pintu Supriatun duduk di sisi tempat tidur. Ia memandangi suaminya yang juga tengah memperhatikannya.

“Anak elo tuh, minta dibelikan HAPE...,” gerutu Supriatun sambil menggelengkan kepala.

Supriadi memijit kepalanya yang sebenarnya tidak pusing, “Terus elo bilang apa?”

“Ya, udah gue bilang bahwa babenya bukan pengusaha tekstil atau koruptor…,” desah Supriatun… “Tapi itu anak kepalanya kayak batu…atau kupingnya udah kotor kali jadi budeg…dia gak mau denger!”

“Aduh, mana gue sanggup beli’in dia hape…, “ keluh Supriadi. Sekarang kayaknya bakal pusing beneran nih…

“Lah, yang bilang elo harus beli’in siapa?” bantah Supriatun dengan senyuman penuh kemenangan. “Gue bilang tadi ke dia kita mau beli’in dengan satu syarat…”

Supriadi paling keki dengan gaya anti klimaksnya Supriatun. Kayak sinetron aja nih… Bikin orang deg – degan…

“Dia harus jadi ranking satu di kelasnye, baru deh dapet hape…, “ Supriatun menyeringai penuh kemenangan.

Lah, apanya yang lucu sih? Supriadi jadi bingung… Gimana kalau beneran dia dapat ranking satu?

Isterinya tidak menangkap kebingungan diwajahnya dan malah tertawa, “Elo mestinya liat tampangnya tadi… Dari girang…terus kayak kecekek…abis itu ngamuk menjerit… Terus sekarang ngambek deh kerumah ibuku…”

“Haduuh, kalau nanti dia dapat ranking satu gue mesti beli pake apaaa itu hape?” Supriadi hampir berteriak…

Supriatun menghela napas lagi dan memandangi suaminya, “ Itu anak memang selalu ranking satu…DARI BAWAH… “

Suaminya bengong… Sementara Supriatun melanjutkan, “Iya… Kalau jumlah anak di kelasnya ada 20 orang, ya dia ranking 20… Kalau jumlahnya ada 38, ya dia juga ranking 38… Makanya tadi dia ngejerit sama aku, kalau Ibu gak mau beli’in hape bilang aja terus terang…”

Supriadi terpekur…

“Jadi kita mestinya seneng apa sedih ya anak kita sebego itu?” ia bertanya polos.

“Berhubung kita gak bisa beli’in dia hape ya kita seneng ajalah dia bego… ,” jawab isterinya kalem.

*Itulah namanya blessing in disguise…*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun