Mohon tunggu...
Ria Tumimomor
Ria Tumimomor Mohon Tunggu... lainnya -

I am an Indonesian woman who loves blogging about my experience on public transportation at http://riamrtumimomor.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mereka Tidak Boleh Tahu...

29 November 2010   07:03 Diperbarui: 6 Juli 2015   04:23 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1291014108398927039

Suara penggemar riuh bergema di belakang layar panggung memanggil - manggilnya untuk kembali... Tepukan tangan para pendukung acara pun riuh terdengar di panggung tersebut... Menyanjungnya... Mencintainya... Ia seharusnya senang, tapi ia merasa masih ada kekosongan di relung hatinya... Ia mendapatkan curahan cinta dan sayang dari begitu banyak orang di sekitarnya. Mereka semua memujanya dan memandanganya seolah ia berasal dari nuh jauh di langit sana... Mereka kagum akan kepiawaiannya memainkan sebuah peran... Mereka terpana melihat kerendahan hatinya... Mereka tercengang melihatnya lebih banyak memilih dan melakukan sendiri pemilihan kostum dan make upnya... Tidak ada yang membuat mereka tidak memperhatikannya... Tapi bukan dari mereka perhatian yang ia inginkan... Ketika berada di dalam ruang ganti ia duduk seorang diri... Sudah menjadi kebiasaannya bahwa ia membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri walau hanya sejenak... Para asisten dan orang - orang terdekatnya sudah tahu dan karenanya mereka yang bertugas menjauhkan para penggemar yang berusaha untuk menemui sang idola. Didalam kesendirian itu ia teringat akan kenangan di masa kecilnya... Ketika bersama kakak - kakaknya... "Coba kamu pakai ini... kita lagi butuh satu orang lagi nih..." salah seorang kakaknya menyodorkan baju mamanya ke sang adik... Saat itu ia ragu - ragu... ,"Apa boleh aku pakai? Nanti aku dimarahin..." Kakaknya yang lain mendesaknya sambil mulai mengambil peralatan rias milik mamanya, "Sudah, cepetan... Kamu mau kakak yang bantu pake? Buruan... Biar pake lipstik mama..." Mereka bertiga lalu mematut - matut diri di depan cermin.... Ia yang tadinya merasa risih dengan pakaian yang kedodoran itu sekarang mulai menikmatinya... Apalagi ketika si kakak memujinya bahwa ia kelihatan cantik seperti mama. Ia senang sekali... Lalu mereka bertiga mulai membongkar koleksi sepatu tinggi mamanya dan mulai mencoba memakainya... Aduh, sakit... keluhnya. Kenapa mama mau memakai sepatu seperti ini? Tapi, tapi, aku jadi lebih tinggi... pikirnya dengan terpesona. Sebelum kakak - kakaknya mencoba mencegahnya ia sudah mencoba berjalan dan akibatnya ia terjatuh dan terkilir... Malam itu mereka semua terkena omelan dari orangtua mereka... Bagaimana mereka bisa dipercaya lagi untuk ditinggalkan dirumah jika baru sebentar mereka sudah membuat kacau seperti ini? Kemarahan terutama tertuju kepada kedua kakaknya yang dianggap tidak bisa menjaga adiknya dengan benar. Sejak saat itu mereka tidak ada yang berani membongkar lemari mamanya... Kecuali si bungsu yang mulai ketagihan untuk mencoba - coba semua perlengkapan rias mamanya... Namun ia selalu berusaha untuk sembunyi - sembunyi... Jika orang tuanya sampai tahu...entah apa yang akan terjadi... Ketika ia dewasa ia mulai tertarik dengan dunia drama mesti ditentang oleh orang tuanya karena dianggap tidak mempunyai masa depan... Tapi ia lakoni juga dan ternyata ia mendapat tempat untuk menyalurkan hobi merias dan mulai belajar perlahan - lahan... Ia sungguh menikmati dunianya bermain segala macam peran... Namun kebahagiannya sempat terhenti ketika orangtuanya mengetahui kegiatannya... Mereka memintanya untuk berhenti sama sekali atau keluar dari rumah... Namun sebenarnya bukan kegiatan dramanya lah yang membuat orangtuanya murka... Melainkan karena kesenangannya berias diri dan juga bahasa tubuhnya yang sepertinya tidak sesuai dengan dirinya... Maka dengan hati hancur ia pun pergi meninggalkan rumah... Diiringi isak tangis kakak - kakaknya dan diam - diam juga mamanya... Ia tidak pernah lagi kembali kesana walau ia sangat menginginkannya... Kembali ke masa sekarang ia menghela napas... Ia berdiri di cermin dan mematut - matut gaun malam indah yang menjadi koleksinya... Dengan sepatu berhak tinggi ia berjalan mengitari ruangan kamar riasnya tersebut... Ia lalu berlenggak lenggok seolah ia tengah berdansa dengan pangeran pujaannya... Akhirnya setelah puas memandangi dirinya dalam gaun malamnya ia memutuskan untuk melepaskan gaun tersebut dan menyimpannya kembali... Terdengar ketukan di pintu tepat ketika ia sudah selesai berganti baju. Seorang asisten barunya masuk dan berkata bahwa mobil telah siap membawa mereka ke hotel. Ia mengangguk ke asistennya tersebut dan melangkah keluar ruangan tanpa banyak bicara. Ia tidak mendengar ketika asisten barunya itu bertanya pada seniornya,"Kenapa sih aku tidak boleh manggil dia dengan MAS? Khan dia lebih tua dari aku...?" Sang seniornya langsung menegurnya,"Sudahlah... Kamu turutin saja nasihat saya..." lalu mereka bergegas merapikan barang - barang didalam kamar rias tersebut... "Jika kamu sudah cukup lama dan bisa dipercaya, kamu boleh memanggilnya Mbak...," kata seniornya dalam hati... Mereka diluar sana tidak boleh tahu yang sebenarnya.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun