Mohon tunggu...
Riass Chabibah
Riass Chabibah Mohon Tunggu... -

Menulis adalah caraku belajar. Belajar mengenal dan mengetahui luasnya samudra cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konseling pada Wanita

24 Maret 2018   10:14 Diperbarui: 24 Maret 2018   10:47 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://life.idntimes.com


Seorang konselor diharuskan mengerti keadaan konseli. Umumnya wanita adalah konseli yang sering membutuhkan bantuan konselor dalam menyelesaikan masalahnya. Namun penanganan terhadap wanita memiliki cara yang berbeda.

Dalam buku Bimbingan dan Konseling karya Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, perubahan peran wanita dalam dunia kerja memengaruhi kehidupan pribadi dan menjalin hubungan berkeluarga. Perbedaan ini dapat dilihat terhadap wanita yang berhasil bekerja mandiri, mereka memiliki kebebasan finansial lebih besar dan kurang perlu menikah atau mempertahankan pernikahannya. Akibatnya wanita kelas atas cenderung mudah bercerai, menikah kembali, tinggal bersama tanpa ikatan dan meiimilih menjadi orang tua tunggal. Namun mayoritas wanitas kelas bawah, mereka bekerja karena himpitan ekonomi dan rendahnya upah yang mereka dapatkan. Pada sebagian besar organisasi, pria masih memegang kendali dalam menajemen fiskal dan pengambilan keputusan.

Konsekensi wanita yang tetap bekerja setelah menikah adalah karier ganda, yaitu suami-isteri sama sama bekerja. Karir ganda dapat memicu berbagai masalah dalam bekeluarga seperti siapa yang lebih memprioritaskan pekerjaanya dan bagaimana pembagian tugas rumah tangga serta pengasuhan anak. sampai saat ini peran konselor semakin berat bukan  hanya karena persepsi wanita yang menganggap benar untuk dirinya tapi juga harapan masyarakat pada mereka. Koselor haarus  berhati-hati dalam proses konseling agar konselinya terhadap wanita tidak mencerminkan stereotip (perbedaan) peran gender yang menyudutkan mereka.

Faktor lain yang merumitkan konseling pada wanita adalah harapan terhadap peran manjemuk wanita sebagai istri, ibu, sekaligus pekerja. Dengan demikian banyak wanita yang membutuhkan konseling mengenai perencanaan karier dan pengambilan keputusan. Menjadi tanggung jawab konselor dalam membatu konseli untuk memahami nilai, kemampuan, sikap dan minat serta membantu dalam rangka mengembangkan potensi mereka. Dalam proses konseling konselor tidak boleh berfungsi sebagai bias gender, melainkan konselor harus mencari kesetimbangannya antara wanita sebagai istri, ibu, dan pekerja.

Pada intinya penting bagi konselor untuk tau mengenai pentingnya keahlian dasar empati dan penghargaan untuk membangun hubungan professional yang produktif pada konseli wanita. Konselor harus memerlakukan konseli wanita sebagai individu yang berbeda secara biologis, namun unik dalam haknya sebagai individu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun