Mohon tunggu...
Ria Siti Juairiah
Ria Siti Juairiah Mohon Tunggu... Freelancer - Psychology Enthusiast

Menulis adalah tentang memandang hidup dengan sudut pandang yang lebih asyik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Achmad Noe'man: Letnan Asal Garut, Perancang Mimbar Al Aqsha

12 Oktober 2019   09:45 Diperbarui: 12 Oktober 2019   10:07 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Margaret Hyde www.redbubble.com 

"...dan dengan pensil dan kertas saya bisa berdakwah."

Kabupaten Garut memang tak henti-hentinya membuat masyarakat berdecak kagum. Tak hanya memiliki penataan kota yang begitu rapi, beberapa tempat wisata yang akrab dengan kuliner khas dan lezatnya ini juga memiliki banyak tokoh yang sangat berpengaruh di Indonesia.

Tak ayal, kontribusi dan prestasi besar dari tokoh-tokoh penting ini menjadikan Garut sebagai kabupaten yang memiliki inovator-inovator besar sejak dulu.

Nah, kali ini penulis akan membahas tokoh fenomenal yang begitu berbakat dari kabupaten ini.

Achmad Noe'man sumber: © arsitektur.asia 
Achmad Noe'man sumber: © arsitektur.asia 

Dia adalah tokoh yang lahir 20 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1925. Tokoh asli Garut ini tercatat pernah menjadi seorang profesor, dosen, arsitek, bahkan pernah menjadi seorang Letnan Dua di Indonesia. 

Sungguh kombinasi lengkap seakan dia benar-benar mewujudkan semua yang ia bisa dalam hidupnya. Achmad Noe'man namanya, atau sering disebut sebagai "Maestro Arsitektur Masjid Indonesia".

Sebelum bercerita tentang bagaimana ia bisa menjadi perancang mimbar masjid Al-Aqsa di Palestina, mari kita telusuri terlebih dahulu, seberapa hebat sih tokoh sejarah kita kali ini? Hm, siapin mental ya. Jangan sampai minder karena membaca begitu banyak prestasinya --yang bahkan sudah tersebar di empat negara.

Dakwah Melalui Sebuah Denah

"...setelah selesai, jangan jadi pegawai negeri, tapi harus berdiri sendiri." wasiat terakhir dari ayah beliau.

Achmad Noe'man memiliki latar belakang keluarga pendiri Muhammadiyah Garut. Dibekali ilmu agama yang kental sejak kecil membuatnya memiliki keinginan besar untuk membangun masjid-masjid di Indonesia. Tak terhitung berapa banyak arsitektur masjid yang pernah ia bangun, toh ia sendiri tak pernah repot-repot mengingat dan menghitungnya.

Perancangan itu sekaligus ditujukannya sebagai jalan untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Ia meleburkan kreativitas, kecerdasan ilmu pengetahuan dan keagamaan untuk memperkenalkan Islam pada dunia.

Dan benar saja, dengan masjid-masjid menakjubkan yang ia buat selama ini, Islam jadi terasa sebagai agama yang agung dan indah. Ia juga berhasil menyatukan seluruh kalangan atas, menengah maupun bawah untuk mengarah kiblat yang sama di masjid-masjid yang dirancangnya.

Seorang Letnan Dua

Mungkin sebagian dari kalian sedikit menggumam, ini beneran Letnan Dua? Letnan yang di militer itu? Nyatanya, iya. Sebagai seseorang yang lahir ditengah penjajahan dua negara di Indonesia, tokoh berkacamata bulat ini juga memiliki rasa pengabdian yang tinggi untuk kemerdekaan Indonesia. 

Gelar Letnan Dua disandangnya saat ia ikut serta dalam Corps Polisi Militer (CPM) untuk memperjuangkan penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Indonesia.

Tapi ternyata, ia hanya bertahan hingga tahun 1953 di bidang ini, karena seterusnya ia banting stir ke bidang yang menjadi minatnya sejak kecil.

Seorang Arsitek Fenomenal

Minatnya tak lain adalah menjadi seorang arsitek. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan profesi dan bidang yang ia geluti tidak pernah menyurutkannya untuk terus belajar mengenai ilmu arsitektur. Di usianya yang menanjak 28 tahun, akhirnya ia kembali kebangku kuliah di ITB untuk mempelajari seluk beluk perancangan bangunan.

Magister di Amerika Serikat


Ketekunannya mengambil kuliah ini terbukti dengan dikirimnya ia untuk melanjutkan program master di Kentucky, Amerika Serikat. Tetapi dimasa ini, karakter tulusnya kembali terlihat dengan pilihan penolakan yang ia lakukan. Saat itu, ia lebih memilih menjadi dosen pengajar di kampus almameternya. Kemudian dari titik inilah, cerita panjang seorang arsitek dari Garut ini dimulai.

Ia menelurkan karya fenomenalnya dengan merancang masjid tanpa kubah di ITB. Sebuah karya yang membawa rasa baru karena untuk pertama kalinya : masjid itu akan dibangun tanpa kubah juga tanpa tiang didalamnya. 

Hingga tak tanggung-tanggung, perancangan ini berhasil membuat Bung Karno merasa jatuh cinta. Bahkan, desain yang ia buat disetujui dan diberi nama langsung oleh orang nomor wahid di Indonesia ini. Bangunan yang menjadi pelopor Masjid Kampus itu tetap berdiri dengan kokoh hingga saat ini, Masjid Salman namanya.

Jejak Menakjubkan Dipenjuru Indonesia

"setiap karya selalu beda, tak pernah diulang." katanya

Sub-judulnya terasa melebih-lebihkan ya? Haha, sayangnya tidak. Kalimat tersebut rasanya cukup untuk menggambarkan kontribusi besar dari profesor ini didunia, yang tentunya membawa nama besar Indonesia dan Garut ditangannya.

Setelah perancangan masjid tanpa kubah yang fenomenal itu, ia disebut sebagai bapak pelopor masjid tanpa kubah di Indonesia. Meski pada kenyataannya hal itu tak menjadi batasannya untuk berinovasi. Ia kembali menelurkan karya arsitektur masjid untuk banyak wilayah di Indonesia.

Beberapa yang terkenal diantaranya adalah Masjid  Agung Al-Akbar di Surabaya, Masjid Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, Masjid Al-Markaz Al-Islami di Sulawesi Selatan dan Masjid At-Tiin yang dibangun guna mengenang ibu Tien Soeharto.

Meski telah membangun begitu banyak masjid besar, sosok ini selalu mengutamakan kesederhanaan dan menghindari pemborosan-pemborosan disemua karyanya. Dia juga seolah tak pernah kehabisan kreativitas dengan terus membuat desain masjid yang tak pernah diulang alias tak pernah identik.

Dari Afrika Hingga Al-Aqsha

Dengan semakin banyaknya karya yang dirancang oleh beliau, semakin terkenal pula ia dikalangan dunia arsitek. Bahkan lambat laun ia dijuluki sebagai "Arsitek Seribu Masjid". 

Karyanya pun tak hanya dirampungkan di pelosok negeri saja, tapi juga telah berkali-kali menjadi simbolis persahabatan Indonesia dengan negara lainnya.

Sumber: Margaret Hyde www.redbubble.com 
Sumber: Margaret Hyde www.redbubble.com 

Ambil contoh, ia pernah merancang Masjid Syekh Yusuf di Afrika Selatan yang dibangun untuk menghargai jasa pahlawan Afrika yang berasal dari Indonesia. Kemudian, Masjid Istiqlal Sarajevo untuk mengenang jasa Presiden Soeharto di Bosnia, Masjid Al-Fatih di Australia dan yang paling mengejutkan adalah mimbar Masjid Al-Aqsha di Palestina.

Perancangan di Masjid Al-Aqsha ini tentu meninggalkan kesan yang dalam mengingat betapa pentingnya masjid itu dimata umat muslim dunia. Sebagai informasi tambahan, perancangan mimbar ini beliau lakukan saat berusia 69 tahun lho. Tentu terhitung sebagai usia yang sudah cukup tua untuk gerak geriknya yang produktif luarbiasa.

Aqsha : Saksi Kehidupan Para Nabi

Nah dari sudut pandang lain, sekarang mari kita bahas sedikit tentang seberapa pentingnya Masjid Al-Aqsha ini. Masjid yang menjadi bagian dari judul besar artikel ini sebenarnya tidak asing lagi bagi orang Islam, tapi mari kita bercerita sedikit untuk kalian yang belum sepenuhnya mengerti.

Masjid Al-Aqsha/sumber: zamaye.com
Masjid Al-Aqsha/sumber: zamaye.com

Masjid Al-Aqsha adalah masjid kedua yang didirikan didunia, setelah masjid Al-Haram. Sejak awal masjid ini memang istimewa karena --menurut para ulama- dibuat langsung oleh tangan nabi Adam a.s, dengan pengawasan malaikat Jibril. Tak hanya sampai disitu, renovasi juga berkali-kali dilakukan oleh nabi-nabi sesudahnya.

Tercatat nabi Ibrahim a.s, nabi Ishaq a.s, nabi Ya'qub a.s dan nabi Sulaiman a.s pernah ikut memperbarui masjid ini dimasa hidupnya. Di masa Nabi Sulaiman inilah, masjid Al-Aqsha mendapatkan keistimewaan yang luarbiasa dari Allah.

Tepat setelah beliau merampungkan masjid tersebut, Nabi Sulaiman a.s meminta tiga permintaan kepada Allah yang salah satunya adalah,

"...dan agar tak seorang pun yang datang ke Masjid Al-Aqsha dengan keinginan menunaikan shalat didalamnya, kecuali dihapuskan segala kesalahannya, (sehingga ia suci) seperti saat hari kelahirannya...."

Sedangkan pada masa nabi Muhammad sendiri, masjid ini menjadi saksi naiknya nabi kita kelangit melalui peristiwa Isra' Mi'raj. Dimana dari peristiwa inilah, umat Islam mendapatkan kewajiban istimewa untuk sholat 5 waktu dalam sehari.

Tiga Teristimewa dari Al-Aqsha

Setidaknya ada tiga hal yang paling istimewa, paling penting, dan paling bersejarah dari masjid ini. Satu, masjid ini adalah kiblat pertama didunia. Dua, masjid ini adalah saksi bisu peristiiwa isra' mi'raj. Ketiga, masjid ini adalah masjid dimana Nabi Muhammad menjadi imam dari hampir 124.000 nabi dan rasul Allah.
Sangat istimewa, bukan?

Sampai saat ini, masjid ini dilindungi oleh lma puluh tujuh negara yang tergabung di organisasi OIC (Organization of Islamic Cooperation). Hal ini membuat kerusakaan apapun yang terjadi di masjid Al-Aqsha akan dengan senang hati diperbaiki oleh negara-negara anggota.

Diantara banyaknya negara tersebut, Achmad Noe'man hadir sebagai perancang mimbarnya pada tahun 1993-1994. Tentu saja, ini menjadi hal yang begitu berarti diperjalanan karirnya dan bagi bangsa Indonesia secara luasnya.


Kepak Sayapnya Yang Lain

Seolah tak pernah berhenti berinovasi untuk negeri, beliau terus menuai prestasi dibidang arsitektur maupun bidang lainnya. Selain menjadi pendiri Ikatan Arsitek Indonesia, ia juga telah mendirikan jasa konsultasi arsitektur bernama Biro Arsitektur Achmad Noe'man (Birano).

Khat Kufi/sumber: terasocial.com
Khat Kufi/sumber: terasocial.com

Dari bidang penghargaan, beliau pernah mendapatkan penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintah Indonesia dan penghargaan penulis Khat Kufi dari pemerintah Istanbul, Turki. Masjid Salman yang fenomenal itu juga mendapatkan penghargaan Aga Khan Award dengan dibarengi pencantuman namanya di buku The Mosque.

Belum berhenti disini, lagi-lagi profesor ini mengabadikan ilmunya melalui buku yang ia susun sendiri yaitu The Mosque as A Community Development Centre.

Satu Dua Mutiara dari Achmad Noe'man

Dan akhirnya kita menemui titik ujung dari pembicaraan kita kali ini. Sejak awal kisah ini, begitu banyak hal yang bisa kita teladani dan petik dari hidupnya. Ia memilki kegigihan yang tinggi dengan terus menjadi "seseorang" dihidupnya. Entah itu di dunia militer, pendidikan, maupun keagamaan.

Mosaik Interior Masjid/sumber: totallycoolpix.com
Mosaik Interior Masjid/sumber: totallycoolpix.com

Ia telah mengerahkan tenaganya untuk negaranya melalui jalur militer, telah menyebarkan dakwah agamanya melalui arsitektur masjid, telah menelurkan semarak baru di ilmu yang ditekuninya melalui masjid tanpa kubah, dan telah membahagiakan dirinya sendiri dengan menjadikan hampir seluruh hidupnya untuk mendalami hobby.

Jika ada yang bilang hobby yang dibayar bisa membuat orang bahagia, maka sosok ini tentulah orang yang sangat bahagia dihidupnya.

Kegigihannnya untuk meninggalkan dunia militer untuk kemudian menempuh kuliah arsitektur di usia 28 tahun mengajarkan pada kita bahwa tak pernah ada kata terlambat untuk belajar. Segala pencapaiannya juga merupakan bukti nyata yang telah mengajarkan pada kita bahwa mendalami hobby tidak selamanya tentang kesenangan semata. 

Jika kita mau mendalami dan bersungguh-sungguh didalamnya, maka kita bisa menjadikannya sebagai sesuatu yang lebih berharga dan istimewa --bahkan bisa menjadi salah satu penyumbang catatan sejarah yang tak lekang oleh masa.

Meski telah 3 tahun berlalu dari kepergiannya, namanya masih terkenang apik di sejarah arsitektur Indonesia. Beliau akan tetap abadi dengan semua kerja kerasnya, kontribusinya, dan gebrakannya yang akan terus ditulis dan ditulis ulang lagi oleh tiap generasi. 

Masjid-masjid yang pernah ia rancang itupun tetap berdiri  hingga saat ini, tetap dikunjungi oleh banyak kalangan, tetap dikagumi oleh banyak mata, dan tetap menjadi tempat bersujudnya seluruh umat.

Sekarang adalah ruang bagi kita untuk meneruskan perjuangannya, untuk mengadopsi semangatnya dan untuk mengenangnya sepanjang masa. 

Sebab definisi pergi bagi seseorang bukanlah saat nafasnya terhenti secara perlahan, tapi saat keberadaannya mulai dilupakan oleh orang-orang.

Maka ingatlah Letnan Dua dari Garut itu, Achmad Noe'man namanya.

Referensi:

Wikipedia, Al-Jami’ Al Aqsha
Kisah Muslim, Mengenal Masjid Al-Aqsha
Ahlul Bait Indonesia, Achmad Noe’man : Perancang Mimbar Al-Aqsa Hingga Masjid Sarajevo
Ganaislamika, Mi’raj Dodi Kurniawan, Achmad Noe’man : Arsitek Seribu Masjid
Jurnal Sang Penulis, Karya Besar Achmad Noe’man
Good News For Indonesia, Akhyari Hananto, Mengenang Pak Harto di Masjid Soeharto di Bosnia - Herzegovina
Arsip Gatra, Dani Hamdani dan Ida Farida, Sang Pelopor Masjid Tanpa Kubah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun