"Kami hanya diberi waktu tiga tahun setelah UU tentang otonomi diketuk palu. Bila tidak mampu mengelola, otonomi ditarik kembali," kata Menteri Kesehatan BARMM (Bangsamoro Autonomous Region of Muslim Mindanao) Filipina, dr Saffrullah M Dipatuan.
Dokter Saffrullah adalah narasumber kunci acara konferensi ini. Dia memimpin delegasi yang hadir di Kuala Trengganu. Presentasi pemantiknya pendek. Memaparkan fakta dan sejarah Marawi. Lalu bagaimana perang menghancurkan kotanya.
Marawi adalah islamic city. Demikian deklarasi yang tertulis di gerbang masuk kota. Daerah ini terdapat rumah yang berdempetan. Fasilitas publik tak banyak. Rumah sakit atau pendidikan, 90 persen adalah milik pribadi. Pemerintah Filipina tak terlalu memperhatikan. Konon, politik adalah pangkal diskriminasi itu.
Aturan Islam ditegakkan oleh komunitas-komunitas. MILF (Moro Islamic Liberation Front) memiliki akar di sini, selain kota lainnya. Keinginan lepas merdeka dari Manila bergaung bertahun-tahun. Dari perang lapangan, teror, maupun insiden berdarah.
"Itulah alasannya, ISIS memilih kota ini sebagai battle field untuk perang. Dengan rumah yang berdempetan, teroris ISIS mudah lari sembunyi dan melompat dari satu bangunan ke lainnya," kata Saffrullah.
Selain itu, tahun ini adalah saat mesra antara MILF dengan Manila. Sebab ada undang-undang yang memberi kesempatan penuh kepada MILF berwujud BARMM itu. Selain juga, presiden Filipina sekarang, Duterte, berasal dari Kota Davao, Filipina Selatan. Mendapat dukungan MILF saat pilpres.
Nah, Abu Sayyaf/ISIS tidak ingin perjanjian damai itu berjalan. Mereka ingin agar tetap bergolak. Maka, dipilihkan Kota Marawi sebagai basis negara khilafah itu. Agar mata dunia terbelalak dan mendatangkan perhatian.
Teori kedua, menurut Saffrullah, adalah kesengajaan pemerintah pusat untuk menerapkan martial law, alias kontrol militer penuh meskipun statusnya daerah otonom. Ibarat kepala dilepas tapi ekor ditali.
Teori ketiga adalah agar Amerika Serikat bebas masuk ke Marawi dan hancurkan ISIS. Meski akhirnya yang rusak binasa adalah rumah-rumah penduduk sipil. Itulah Bigbang Theory versi Menteri Kesehatan Bangsamoro.
Di akhir presentasi, dokter Saffrullah memperlihatkan rumah sakit terbesar Di Marawi, before and after. Sebelumnya tampak luas, bersih, terawat. Setelah bom, bangunan hancur, bed pasien tak berupa lagi, dinding bangsal berlobang besar. Tak bisa dipakai lagi. Sampai kini.