KONEKSI ANTAR MATERI 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Bob Talbert dalam sebuah kutipannya menyatakan bahwa : Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best. Ini berarti bahwa secara teori mengajarkan anak imu pengetahuan akademik itu merupakan hal baik yang perlu dilakukan.Â
Namun diatas itu, mengajarkan mereka untuk menjadi pribadi yang mampu peka terhadap keadaan sekitarnya itu jauh lebih penting.Â
Sejalan dengan apa yang sedang dipelajari pada modul 3.1, yakni pengambilan keputusan, bahwa suatu saat kelak anak akan tumbuh menjadi pribadi dewasa yang pasti berhadapan dengan pengambilan keputusan.Â
Jika ia telah terbiasa menganalisa dan berpikir penuh pertimbangan, peka terhadap lingkungan sekitarnya, maka diharapkan kelak ia akan mampu mengambil keputusan dengan tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.Â
Ini merupakan tugas penting pendidikan, karena sekecil apapun keputusan yang akan diambil oleh para penerus bangsa ini kelak akan sangat mempengaruhi lingkungan tempat mereka berada.Â
Terutama jika kelak mereka akan menduduki kursi-kursi penting negara ini, maka bagaimana Indonesia kedepan akan sangat ditentukan oleh kita, guru-guru hebat saat ini.Â
Oleh karena itu, penting bagi guru yang berperan sebagai pemimpin dalam pembelajaran, membangun karakter-karakter positif sejak dini, serta mengajarkan murid menjadi pribadi yang berharga serta menghargai orang lain.Â
Tidak mudah memang, juga tidak sebentar. Perlu estafeta panjang dan energi yang besar, namun jika kita sebagai guru terus mengembangkan diri,saling berpegangan satu sama lain membentuk komunitas praktisi yang selalu berpihak pada kepentingan murid, juga terus membangun kolaborasi apik bersama orangtua hebat di rumah, maka amanah besar ini pasti akan mampu tercapai dengan optimal.
Teringat saya pada pratap triloka Ki Hajar Dewantara yang berbunyi : "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".Â
Yang artinya adalah "Di depan memberi teladan, Di tengah memberi semangat, dan Di belakang memberi dorongan". Bapak Pendidikan tersebut mengabadikan falsafah ini untuk beliau dedikasikan pada guru-guru hebat Indonesia. Yang mana maknanya sungguh sangat mendalam.Â
Seorang guru tidak hanya berdiri di depan untuk menjadi teladan dan mengajarkan ilmu pada muridnya, tetapi posisi guru pun harus mampu berdiri di tengah sebagai pemompa semangat bagi para anak didiknya, serta mampu berdiri di belakang untuk memantau dan mendorong jalannya murid untuk terus maju mencapai apa yang ia cita-citakan.Â
Dapat dibayangkan betapa urgen posisi guru, dimanapun ia berada akan selalu memberikan pengaruh dan dampak yang baik bagi muridnya secara khusus, dan bagi lingkungannya secara lebih umum.Â
Sehingga setiap keputusan yang diambil oleh guru dalam proses pembelajarannya sebagi pemimpin pembelajaran, akan sangat berpengaruh bagi masa depan muridnya, juga masa depan bangsa ini.
Pada proses mengajarnya di sekolah, guru kerap kali dihadapkan pada dilema etika yang mana pemilihan keputusannya semua benar secara moral, namun saling bertentangan.Â
Sehingga tidak mudah bagi seorang guru untuk memilih keputusan yang tepat dan terbaik, dengan memerhatikan kebermanfaatan untuk orang banyak.Â
Lebih jauh lagi, setiap keputusan yang akan diambil tentunya memberikan dampak pada lingkungan yang kondusif, positif, aman dan nyaman.Â
Perlu sikap kehati-hatian dan pertimbangan yang matang bagi guru untuk memilih sebuah keputusan. Setiap keputusan yang diambil oleh pribadi seseorang, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang melekat di dalam dirinya. Perlu langkah-langkah yang konsisten dan terukur agar pengambilan keputusan yang diperoleh tepat dan bermanfaat.
Terdapat 9 langkah efektif yang dapat dilakukan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :Â
1) Mengidentifikasi bahwa terdapat nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini, 2.) Menentuka siapa saja yang terlibat dalam situasi ini, 3.) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini,Â
4.) Melakukan pengujian benar atau salah baik melalui uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran serta uji panutan atau idola, 5.) Melakukan pengujian paradigma benar atau salah yang memuat 4 paradigma yaitu : individu lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan serta jangka pendek lawan jangka Panjang,Â
6.) Melakukan prinsip resolusi yakni berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan atau berpikir berbasis rasa peduli, 7.) Melakukan investigasi opsi trilemma, 8.) Membuat keputusan, 9.) Melihat kembali keputusan kemudian merefleksikannya.
Kesembilan langkah pengambilan keputusan tersebut harus dilakukan dengan efektif dan cermat, karena keputusan yang diambil oleh seorang guru hari ini akan mempengaruhi kehidupan masa depan murid-muridnya.
Dalam perannya sebagai seorang coach, guru juga berperan membentuk karakter muridnya menjadi pribadi yang kedepannya juga mampu mengambil keputusan-keputusan secara tepat, dengan menanamkan nilai-nilai dan karakter positif di dalam diri murid.
Modul 3.1 ini merupakan modal bagi saya sebagai seorang pemimpin dalam pembelajaran, untuk dapat mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid sesuai dengan filososofi KHD, menumbuhkan budaya positif, Â mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional di dalam kelas, serta melaksanakan praktek coaching di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H