Dari Gereja Tugu, Roemah Toegoe, Keroncong, Hingga Gado-Gado
Kisah sejarah para keturunan Portugis, Gereja Tugu, Roemah Toegoe, adat budaya dan kebiasaan yang bercampur Portugis, hingga kuliner khas yang dimilikinya sangat menarik. Itulah yang membuat saya datang lagi ke Kampung Tugu. Karena itu, seperti kata Arthur Michihels, andai berkesempatan ke Kampung Tugu, jangan lupa datangi dan nikmati :
1. Gereja Tugu
Bangunan Gereja Tugu yang terletak di Jl. Raya Tugu no. 20, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara ini tidaklah begitu luas. Di sisi kiri gereja, ada komplek makam keturunan IKBT (Ikatan Keluarga BesarTugu) dengan nama keluarga. Nisan tertua dan unik adalah pendeta Leimena.
Di sebelah kanan gereja, ada lonceng tua sebagai panggilan ibadah atau pengumuman. Menurut Arthur J Michiels, Gereja Tugu merupakan salah satu gereja tertua di Jakarta. Gereja Protestan ini termasuk gereja awal yang dibangun di luar tembok kota tua Jakarta, atas kemurahan hati tuan tanah Cilincing bernama Yustinus Vinck.
Setelah selesai dibangun pada 29 Juli 1747 , selain untuk ibadah juga digunakan sebagai sekolah. Hingga kini, Gereja Tugu masih digunakan.. Dulu, para keturunan Portugis diharuskan berpindah agama dari Katolik menjadi Protestan sebagai syarat dimerdekakan sebagai tawanan atau budak oleh Belanda.
Bentuk Gereja Tugu sederhana, tidak semewah gereja tua masa dulu. Keasliannya masih dipertahankan sampai sekarang dari bentuk jendela dan bangunan. Sangat menarik saat tahu dan mendengar musik pengiring ibadah gereja adalah keroncong Tugu.
Gereja ini menghadap sungai tua yang dulu sangat erat dengan kehidupan masa lalu sebagai alat angkut ke Pelabuhan Tanjung Priok. Namun sayangnya, kini hanya berupa sungai kecil yang berbau dan ada sampahnya.
2. Roemah Toegoe
Tanyalah Rumah Tua, maka orang akan langsung mengarahkan ke rumah berusia lebih dari 250 tahun. Satu-satunya rumah zaman baheula yang masih ada hingga kini . Rumah milik Keluarga Michiels ini sekarang menjadi Living Museum Roemah Toegoe.
Michiels adalah nama fam Belanda sebagai ganti tawaran dimerdekakan. Para keturunan Portugis ini menukar agama dan nama mereka dari nama Portugis menjadi nama Belanda. “Seperti nama keluarga kami, Michiels nama Belanda. Yang mau tidak mau yang harus kami ikuti supaya mendapatkan kemerdekaan dan agama orang Tugu menjadi Protestan karena Belanda agama nasionalnya merupakan protestan,” kata Arthur J Michiels, salah satu keluarga Michiels keturunan ke-10.