Beberapa hari ini, tepatnya sejak malam 17 ramadan, imam salat tarawih selalu membaca surat Al Qadar dalam salah satu rakaat salat tarawih. Tak hanya sekali, kadang hingga berkali-kali surat ke-97 dalam kitab suci Al Quran, yang terletak pada juz 30 itu dilantunkan setelah surat Al Fatihah.
Inna anzalnahu fī lailatil-qadr
wa ma adraka ma lailatul-qadr
lailatul-qadri khairum min alfi syahr
tanazzalul-malaikatu war-rụḥu fiha biizni rabbihim, ming kulli amr
salāmun hiya ḥatta maṭlail-fajr
Lailatul Qadar. Agaknya imam shalat tarawih ingin mengingatkan pentingnya malam Lailatul Qadar pada seluruh jemaah yang salat di masjid. Malam yang disebut sebagai malam penuh kemuliaan dan lebih baik daripada seribu bulan. Dengan tartil, imam salat membaca surat yang terdiri atas lima ayat dan termasuk golongan makiyah. Hening,sehingga bisa diikuti.
Surat Al Qadr berisi mengenai turunnya Al Quran pada malam Lailatul Qadar. Surat yang berulang kali dibacakan imam salat seakan memberikan penekanan untuk tidak melepaskan hadirnya sebuah malam istimewa, yang hanya datang pada saat ramadan. Suatu yang amat sulit didapatkan tanpa sebuah usaha yang sungguh-sungguh. Seperti halnya terjemahannya,yang saya resapi.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar (Surat Al Qadar 1-5).