Sehelai daun jati jatuh tepat di depan kaki yang sedang melangkah. Angin telah membawanya dari ketinggian pohon yang kini sekitar 5 meter.Â
Saya mendongak ke atas. Pohon jati itu sudah besar. Cabangnya pun sudah banyak.Â
Padahal dua belas tahun lalu, hanyalah sebuah pohon kecil yang ditanam bersama-sama dengan seluruh warga di taman yang ada di perumahan.Â
Entahlah saat itu kegiatan penanaman dalam rangka apa, mungkinkah penanaman pohon terkait hari lingkungan atau gerakan penanaman pohon?Â
Yang jelas, kini pohon-pohon itu tumbuh membesar dan menjulang tinggi. Pastinya juga, sejatinya penanaman pohon bisa dilakukan kapanpun sebagai penghijauan.Â
Keberadaan empat pohon jati yang berjarak masing-masing beberapa meter itu, tak bisa disangkal telah membuat teduh taman. Saya tak tahu alasan saat itu pohon jati yang disepakati untuk ditanam beramai-ramai.
Jumlah yang ditanam memang hanya empat pohon. Tak banyak karena luas taman tidaklah selebar areal hutan. Di taman, sudah ada pepohonan lain, antara lain nangka, srikaya, dan cemara. Â
Saya yang tak mengerti jenis pohon jati. Namun saat itu semua seakan tampak meyakini manfaat yang melekat pada pohon itu sangat banyak.Â
Semua sama-sama berharap pohon ini bisa meneduhkan dan berperan dalam menjaga kestabilan alam. Pohon bisa menyerap dan menguraikan zat-zat pencemar (polutan). Menyerap karbondioksida dan melepaskan oksigen ke udara.