Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pembatas Buku dan Alasan Harus Menggunakannya

25 Februari 2021   16:48 Diperbarui: 25 Februari 2021   16:59 5151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tandailah buku yang dibaca dengan penanda yang disukai. (dok.windhh)

Sesuatu melayang turun ke lantai dari buku yang baru kubuka plastik pembungkusnya. Kertas? Lebih tepatnya, kertas pembatas buku!

Kuambil kertas berbentuk persegi panjang yang ukuran panjangnya hanya 3/4 panjang buku, dengan lebar hanya 4 cm saja.

Kertas pembatas buku itu lebih tipis dari cover buku, tapi dengan gambar dan warna serupa.

Baguslah, buku novel yang kubeli ini ada pembatas bukunya. Tidak semua buku novel cetak yang kubeli, baik dari penerbit mayor ataupun penerbit indie menyertakannya. Entah mengapa

Seandainya tak ada pembatas buku, sudah pasti aku akan menggunakan kertas apapun yang lebih tebal untuk menandakan halaman terakhir yang kubaca di buku.

Setiap lembar halaman buku yang kubaca bertambah, pembatas buku itu pun akan kuletakkan sesuai pada halaman yang bertambah.

Tandailah buku yang dibaca dengan penanda yang disukai. (dok.windhh)
Tandailah buku yang dibaca dengan penanda yang disukai. (dok.windhh)

Pembatas buku dan kebiasaan menggunakannya

Saat membaca buku, ternyata tak semua orang terbiasa menyiapkan atau menyediakan penanda halaman.

Tunggu, bukannya sok rapi tapi aku cukup kecewa ketika buku yang kupunya dalam keadaan berantakan. Apalagi, kalau itu buku yang aku suka, biasanya buku cerita atau novel.

Pernah, seorang teman meminjam buku. Dia tertarik pada kisah dan penulisnya yang memang masuk jajaran top di negeri ini.

Baiklah, aku sudah selesai membaca. Tak ada salahnya aku pinjamkan novel yang kubeli dengan uang yang memang sengaja kusisihkan.

Bukankah buku atau novel yang dibaca akan lebih bermanfaat jika lebih banyak lagi orang yang membaca? Kamu pasti setuju.

Berselang waktu cukup lama, temanku itu mengembalikan. Olala, aku terkejut. Novel milikku itu berantakan.

Banyak sekali halaman buku yang dilipat. Ada yang hanya berbentuk lipatan segitiga kecil di pinggir halaman, ada yang sampai dilipat besar separuh halaman.

Ada juga yang dilingkari dan dicoret menggunakan tinta pulpen. Katanya, untuk penanda halaman yang dibaca.

Hiks, aku kaget. Aku nggak terima. Aku kesal. Saat itu aku lupa bagaimana reaksiku.

Hanya saja aku jadi bingung saat menurut teman, aku terlalu membesar-besarkan hal yang sepele saja.

Menurutnya, hal yang terpenting adalah buku yang dipinjam kembali. Dalam keadaan utuh tanpa berkurang selembar pun.

Soalnya, banyak peminjam buku yang lupa mengembalikan buku. Sementara, kamu bukan perpustakaan umum punya pemerintah kan?

Sejumlah penerbit menyertakan pembatas buku/penanda halaman. (dok.windhu)
Sejumlah penerbit menyertakan pembatas buku/penanda halaman. (dok.windhu)

Pembatas buku, pentingkah?

Sobat, buat pembaca buku, terutama yang sering membaca buku lebih dari satu dalam waktu bersamaan, pembatas buku itu sangat penting.

Alasannya, ada beberapa yakni :

1. Menandai halaman

Jelas, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Jadi bisa tahu sudah sampai halaman buku berapa yang sudah kubaca.

2. Tidak repot mencari

Adanya pembatas buku, nggak perlu capek mengingat-ingat dan mengira-ngira dimana letak uraian yang dibutuhkan berada.

3. Buku lebih rapi dan bersih

Pembatas buku membuat buku yang dibaca lebih rapi dan bersih. Semua halaman buku tetap bisa terjaga keapikannya, sehingga tetap enak dibaca.

Kreasi pembatas buku

Tidak semua pembatas buku disediakan dalam buku yang dibeli.

Namun, bukan berarti harus membuat buku yang tadinya masih bagus dibaca berubah drastis. Bisa mengubah semangat membaca, lho!

Jadi, jangan biasakan melipat halaman buku atau mencoret-coret sebagai penanda sampai halaman berapa suatu buku sudah dibaca.

Lebih baik, membuat pembatas buku sendiri jika pada buku yang dibeli tidak disediakan.

Bahan dan alatnya sederhana. Hanya kertas berukuran agak tebal (disesuaikan saja agar tak mengganjal di buku), gunting, lem, pulpen, kertas warna ataupun lainnya.

Dulu, aku sering menggambar sendiri yang kusuka di atas kertas ukuran kecil, yang akan kugunakan sebagai pembatas.

Jika tidak, aku beri hiasan atau warna-warni. Setelah itu, agar lebih kukuh, biasanya aku me-laminating kertas pembatas buku itu di toko buku atau tukang foto kopi.

Pembatas buku juga bisa dibuat dengan origami atau nantinya berupa kertas dilubangi atasnya dan diberi tali. Pilih yang praktis dan menyenangkan saja.

Kalaupun nggak mau repot, kertas warna warni agak tebal bekas kardus kue pun bisa digunakan. Gampang, kan?

Atau, lebih gampang lagi dengan membeli penanda tempelan post it atapun pembatas buku yang memang dijual jadi.

Ah, seandainya setiap pembaca buku terbiasa menggunakan pembatas buku, pasti kondisi buku akan terasa menyenangkan karena lebih terjaga.

--250221dhu--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun