Menjelang hari ulang tahun (HUT) RI ke-75, saya teringat akan sosok mantan Presiden RI ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie, yang percaya akan kekuatan film untuk menyalurkan sebuah gagasan dan nilai.
Menurut Gina S. Noer, penulis naskah Habibie dan Ainun (2013), Habibie  sangat percaya bahwa film dan cerita memiliki kekuatan untuk membagikan kecintaan terhadap bangsa.
Ya, itulah yang memang saya rasakan saat mengikuti kegiatan wisata virtual "Tapak Tilas Film Nasional" ,  Sabtu 8 Agustus 2020.  Kegiatan ini digelar  Komik (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub) bersama Wisata Kreatif Jakarta dengan dukungan toko buku Kinokuniya.
Ira Lathief dari Wisata Kreatif Jakarta memandu untuk menelusuri lokasi syuting dan membuka kembali ingatan pada  film yang bertema sejarah dan kebangsaan, tepatnya  kemerdekaan.
 Film-film itu adalah Wage, Pantja-Sila: Cita-cita & Realita dan Soekarno. Secara virtual, dibawa menyusuri beberapa museum dan gedung yang terkait dengan film-film yang disampaikan. Ini dia penelusurannya.
1. Wage
Menyebut kata wage, siapapun akan langsung teringat pada Wage Rudolf Supratman. Lelaki ini pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya yang selalu berkumandang di seluruh pelosok negeri.
Wage merupakan film karya John De Rantau yang tayang pada tahun 2017. Â Seperti judulnya, film ini menceritakan sosok Wage yang merupakan pemain biola yang membantu perjuangan bangsa Indonesia.
Kisah Wage ini berkaitan dengan gedung Museum Sumpah Pemuda. Sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106, yang kini dikenal sebagai gedung Sumpah Pemuda,  digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan. Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering hadir untuk  membicarakan format perjuangan dengan para penghuni Gedung Kramat 106.
Dalam  Museum Sumpah Pemuda  yang sangat bisa dikunjungi ini, terdapat koleksi menarik, yakni replika biola WR Supratman dan piringan musik yang pertama kali merekam lagu kebangsaan.