Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menanti Fitri di antara Gema Takbir

23 Mei 2019   23:50 Diperbarui: 23 Mei 2019   23:53 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanti Fitri di hari yang Fitri (dok.windhu)

Smartphone yang kuletakkan di meja tiba-tiba bergetar. Mataku terkesiap melihat nomor telepon yang mulai kuhapal karena begitu seringnya telepon dari perempuan itu, meski tak pernah kuangkat. Namun kali ini, aku ingin mengangkatnya. Aku ingin mengatakan jika dia tak perlu lagi mengangguku lagi. "Mbak Fitri, kedatanganmu sangat ditunggu. Waktu yang tersisa tidak banyak, mbak," terdengar suara perempuan itu. 

***

Lelaki itu tergeletak sangat lemah di ranjang rumah sakit. Sejumlah selang terpasang di tubuhnya. Lelaki yang dulu sangat kubangga-banggakan. Lelaki yang sesungguhnya teramat sangat kucintai. Aku terdiam. Terpaku. Ada tiga perempuan dan satu laki-laki mengelilingi ranjangnya. Salah seorang perempuan, ya perempuan cantik itu datang menyambutku. Perempuan yang mendatangiku dan mengajakku datang menemuinya. 

"Kesini mbak Fitri. Beliau sudah lama menunggumu." Dengan tubuh kaku, aku menyeret langkahku menuju ranjang. Tubuh lelaki itu sangat kurus. Padahal sebelumnya, aku tahu jika dulu tubuhnya sangat gagah, tinggi, dan besar. Wajahnya bersinar saat melihatku. Matanya yang semula redup terlihat berbinar. Dengan lemah, tangannya mencoba untuk meraih tanganku. 

"Fitri,akhirnya kamu datang. Maafkan ayah, Fitri. Maafkan seluruh kesalahan ayah," terbata-bata laki-laki itu mengucapkannya. Air matanya berlinang. Lelaki itu menangis untukku. Melihatnya dalam keadaan tak berdaya, aku merasa terhempas ke masa lalu. Masa yang indah saat bersama lelaki itu. Saat bapak dan ibu masih bersatu dalam nama keluarga. 

Ya, lelaki itu adalah ayahku. Darahnya mengalir pada darahku.  Namun, hatiku mengeras saat tahu dia pergi meninggalkan ibuku. Perempuan sederhana, yang jelas-jelas kalah mempesona dibandingkan dia. Perempuan cantik yang kini menjadi istrinya dan menghadirkan tiga adik baru untukku. Sejak kepergian ayah ke pelukan perempuan itu, kebanggaanku padanya runtuh. Aku tak pernah lagi mau bertemu dengannya. Entahlah, mungkin juga sudah lebih dari sepuluh lebaran tidak pernah bertemu dengannya. 

Tangannya semakin keras memegang tanganku. Aku tak mengerti. Tiba-tiba mataku basah. Tiba-tiba hatiku merasa sakit. Perasaan menyesal  perlahan muncul melihat tubuh renta laki-laki itu. "Fitri mau  memaafkan kesalahan ayah?" air matanya mengalir turun. Tidak tahan, akupun memeluk laki-laki itu. "Aku memafkan ayah." 

*** 

"Kamu tahu kenapa kamu diberi nama Fitri?" Kamu lahir tepat di hari raya Idul Fitri.  Kamu lahir di saat gema takbir yang menyatakan kemenangan untuk umat Islam  setelah sebulan menjalankan ibadah puasa. Ayah mengharapkanmu  menjadi  perempuan yang memiliki perasaan lurus. Perempuan yang berhati bersih,"  kalimat-kalimat yang diucapkan ayah, saat aku masih duduk di sekolah dasar kembali teringat. 

Semalam, ibu menghampiriku. Perempuan luar biasa yang pernah tersakiti itu, mengingatkan jika walau bagaimanapun, beliau adalah ayahku. Seorang anak tetap harus berbakti dalam keadaan apapun. Memang, sejak semalam kelebatan keindahan saat bersama ayah saat kecil seakan kembali muncul bagai slide film. Betapa aku bahagia memilikinya dan betapa bangganya aku dulu. 

Air mataku tak henti-hentinya mengalir. Tangannya masih kugenggam erat saat tubuhnya mulai melemah. Ucapan syahadat pun terdengar. "Beliau memang hanya tinggal menunggumu, Fitri." Tangisku pun tumpah di hari yang fitri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun