Kami baru sampai di depan makam bapak untuk berziarah sebelum ramadan, ketika tiga anak laki-laki tanggung mulai beraksi. Gunting kecil dipegang dua orang untuk mengguntingi rumput-rumput liar yang sebenarnya hanya satu dua tumbuh di atas makam. Satunya lagi, sibuk menyapu-nyapu area makam yang daunnya jatuh di depan makam hanya beberapa.
Mereka tak beranjak saat diminta pergi. Cuek saja tetap berdiri, sedangkan di depan makam bapak, keluarga yang berkumpul akan mulai berdoa. Saya  dan yang lain mulai risih. Tiba-tiba kakak mengeluarkan selembar uang dengan nominal cukup besar, yang langsung diambil salah satu dari bocah tanggung tersebut.
"Sana bagi-bagi," ujar kakak. Ketiganya langsung bubar setelah diberi uang. Â Ekor mata saya menangkap, mereka berlari ke arah sebuah makam lain yang baru saja didatangi oleh keuarganya untuk berziarah di TPU Jakarta itu.
Setelah mereka pergi, kami baru bisa tenang berdoa. Meski, saya  agak menyayangkan juga besarnya jumlah uang yang diberi kakak dengan aksi bersih-bersih makam yang sebenarnya tak lain adalah aksi untuk meminta uang.  Kakak menenangkan, anggaplah sebagai sedekah.  Kami  kemudian tak membahasnya lagi.
Sedekah di Jalan, Â Untuk Siapa?
Masih teringat, saat dulu masih sering naik bus kota PPD jurusan Depok (sekarang tidak ada). Saat saya berangkat pagi hari, ada dua perempuan muda berkerudung yang menyorongkan kotak amal setelah berceramah panjang lebar di depan seluruh penumpang bis.Â
 Anehnya bila kebetulan naik bus itu saat malam hari, saking seringnya, saya mulai mengenali jika dua perempuan yang sedang mengamen dengan rambut terurai dan berpakaian ketat adalah sama dengan yang saya temui di bus yang sama kala pagi hari.
Di ibukota seperti Jakarta, aksi meminta uang di jalan cukup beragam. Dari yang tanpa ragu  menengadahkan tangan di jalan, duduk di pinggir jalan atau di jembatan penyeberangan dengan baskom untuk tempat uang, menggunakan ondel-ondel dengan menyorongkan baskom ke setiap orang lewat.
Ada juga yang  bernyanyi hanya bermodal suara dan tepukan tangan, hingga dengan cara ala penceramah dan berteriak pentingnya bersedekah. "Uang seribu atau dua ribu, tidak akan membuat Anda jatuh miskin," lantang dan menebarkan hawa ancaman. Â
Saat ramadan, jumlah pengemis bisa bertambah banyak lagi. Tidak perempuan, tidak laki-laki yang memanfaatkan momen bulan ramadan, yang disebut-sebut sebagai bulan sedekah.
Ada ibu menggendong bayi, anak-anak kecil dengan masing-masing memegang baskom, yang akan kembali ke perempuan yang menunggu tak jauh dari mereka. Sejak menjelang ramadan, jumlah orang yang meminta sedekah ini semakin banyak, Â tak terkecuali di TPU.Â
Setiap kali ramadan datang, selalu saja jumlah pengemis bertambah terutama di kota besar seperti Jakarta. Saat ramadan, kehadiran para peminta sedekah atau bisa juga disebut pengemis yang meningkat, membuat pemerintah kota merasa perlu mengatasi pengemis.
Melalui  peraturan daerah mengenai Ketertiban Umum, para pengemis dan penyandang PMKS  dijaring. Hasilnya, ternyata mengemis dijadikan profesi. Pengemis terjaring memiliki penghasilan yang lumayan besar, bahkan ada pengemis diantar mobil.Â
Jadi, sedekah di jalan sebenarnya untuk siapa?
Tangan yang Berada di Atas
 Sedekah merupakan salah satu cara meraih pahala. Agama Islam selalu mengajarkan untuk selalu bersedekah.  Amalan yang memang sangat dianjurkan saat bulan ramadan karena pahalanya bisa berlipat ganda. Kedermawanan meningkat. Rasa ingin memberi semakin tinggi.
Dalam HR Bukhari pun disampaikan,Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.
Dahsyatnya sedekah, juga banyak disampaikan oleh para ustad dalam berbagai ceramah. Sedekah bahkan penarik rezeki. Rasulullah SAW mengatakan, "Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah." (HR. Al-Baihaqi)
Namun, hal itulah yang membuat pro dan kontra dalam memberikan sedekah di jalan. Ada yang menilai, orang beramal dengan uangnya sendiri kenapa harus dilarang. Di sisi lain, tak semua yang mengemis 'benar-benar' membutuhkan. Ada juga yang hanya pura-pura dalam mengemis dan bersikap memaksa sehingga menimbulkan keresahan. Â Â
Bahkan di luar negeri, masalah memberi uang ke pengemis pun menimbulkan kecaman. Itu yang terjadi saat Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, memberi uang sebesar 5 dolar Australia atau sekitar Rp 50.000 kepada seorang pengemis di kota Melbourne. Namun sering bersedekah juga sangat mulia, seperti pesepakbola dunia Moh Salah yang dikenal sebagai Charitable King.
Seperti dikutip dari muslim.or.id, ada  kriteria orang yang berhak diberi sedekah, antara lain fakir dan sudah tidak mampu lagi berusaha.Peminta-minta yang sering ditemui di jalanan tidak dapat dikatakan sebagai orang yang miskin
"Orang miskin itu bukanlah orang yang berkeliling di tengah-tengah manusia untuk meminta-minta satu dua suap makanan, satu dua buah kurma, akan tetapi orang miskin itu adalah orang yang tidak memiliki kekayaan yang mencukupinya dan kemiskinannya tidak diketahui orang, maka sedekah diberikan kepadanya (Shahih. HR. Al Bukhari)
Lalu, Sedekah Dimana?
Jadi, sedekah di jalan itu baik atau tidak? Menurut saya, Â lebih baik sedekah dilakukan tidak di jalan. Kenapa? Tidak jarang malah membuat resah dan risih. Seperti yang dialami saat saya sekeluarga berada di TPU. Di jalan-jalan pun, tidak sedikit yang terkesan memaksa untuk diberi saat disodor-sodorkan baskom untuk meminta uang.
Jika ingin bersedekah, jangan di jalan. Lebih baik dengan :
1. Beramal di Masjid/Musola
Rutin memasukkan uang di kotak amal masjid adalah yang paling mudah. Setiap kali salat, bisa bersedekah. Di bulan ramadan, kotak amal malah diedarkan ke seluruh jemaah masjid. Biasanya ada pengumuman jumlah dana yang terkumpul di masjid secara harian dan setiap pekannya
Saat bulan puasa, peluang untuk bersedekah lebih luas lagi dengan menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka puasa kepada setiap orang yang kebetuan sedang ada di masjid
2. Membantu Tetangga
Tetangga adalah orang terdekat yang paling mudah ditemui. Tetangga yang kondisi ekonominya sangat membutuhkan, biasanya terlihat. Bantu dengan harta yang dimiliki. Misalnya sembako dan bantuan sekolah. Jika tetangga tidak ada, bantulah orang miskin dan orang tua yang masih mau berusaha dengan berjualan sesuatu dengan sopan dan tidak memaksa.
3. Sedekah melalui BAZIS
Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah adalah lembaga resmi yang didirikan pemerintah secara resmi. Â Pengelolaan dan pengumpulan harta masyarakat disini lebih luas, karena tidak hanya mencakup zakat, tapi juga mengelola dan mengumpulkan infaq/shadaqah serta amal sosial masyarakat yang lain. Penyaluran untuk yang membutuhkan pun lebih jelas.
4. Lembaga Kemanusiaan
Lembaga kemanusiaan adalah salah satu cara untuk bersedekah. Sebuah lembaga kemanusiaan biasanya sudah mempunyai program tertentu dan cukup sigap jika ada yang membutuhkan, atau misalnya terjadi bencana banjir dan bencana alam lainnya.
5. Panti Asuhan dan Panti Werdha
 Berkunjung ke panti asuhan dan panti werdha. Berbuka puasa bersama sambil memberikan bantuan untuk mereka yang tinggal di panti akan membuat senyum bahagia muncul.  Rasa kepuasan batin karena membantu pun timbul.
***
Intinya, memberi sedekah lebih baik  jika jelas dalam penyaluran dan penerima manfatnya. Lebh baik pada lembaga terpercaya. Meski tidak menutup kemungkinan, ada juga orang di jalan yang memang betul-betul membutuhkan, disini mungkin betul-betul harus teliti sebelum bersedekah..
Setidaknya, dengan tidak memberikan uang di jalan begitu saja, tidak melanggengkan mental seseorang mengenai mudahnya mencari uang hanya dengan menengadahkan tangan, selagi masih bisa berupaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H