Bersyukur karena saya lahir di sebuah negara yang memiliki 17.508 pulau, terdiri dari banyak suku bangsa, bahasa, dan agama.  Hanya di Indonesia saya bisa bertemu teman dan saudara yang memiliki kulit warna berbeda, mulai dari putih, kuning langsat, dan hingga hitam. Dari Aceh hingga Papua. Betapa kayanya saya. Saya beruntung mengenal  Indonesia yang kaya. Hanya di Indonesia, saya selalu belajar untuk toleransi dalam berbagai hal dan bentuk. Bertenggang rasa di berbagai kesempatan dalam masyarakat. Â
2. Jujur
Pernah saat bekerja, ada yang mencoba menyelipkan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Saya menolak karena tidak harus begitu. Ada yang bilang, saya sok jujur. Katanya, di tingkat atas pun seperti itu. Hmm, apa iya? Bila membaca di koran mengenai korupsi dan lainnya, bisa saja beranggapan begitu. Â Namun, jujur itu harus ada di hati. Orang melihat ataupun tidak. Jujur itu termasuk dalam berkarya. Nah karena saya senang menulis, saya menjaga kejujuran dalam kualitas tulisan saya.
3. Berpikir Sebelum Bertindak
Saat membaca dan mendengar pemberitaan di media mengenai adanya pembakarann terhadap orang yang diduga mencuri amplifier, saya tertegun. Begitu mudah orang terbakar. Begitu mudah orang curiga. Walaupun betul begitu, tidak tepat bila main hakim sendiri. Berpikir sebelum bertindak itu selalu coba saya terapkan. Saya tak ingin gegabah dalam berpikir, bertindak, dan berkata yang akan membuat diri saya dan orang lain terluka baik secara hati maupun nurani. Kalaupun pernah ada, maafkan saya yang manusia biasa.
4. Lakukan Apa yang Bisa Dilakukan
Apa saya harus jadi superstar dulu sebelum bisa menjawab sudah berbuat apa untuk Indonesia? Tidak. Saya melakukan apa yang bisa di depan mata. Melakukan yang bisa saya lakukan tanpa banyak bertanya dan tanpa banyak mengeluh. Tidak perlu membanding-bandingkan kemampuan diri sendiri dengan kemampuan orang lain. Lakukan saja. Lalu apa yang sudah saya lakukan? Contohnya saja, karena saya lakkan dengan sebaik-baiknya.
5. Menjaga kebersihan.
 Setiap kali melihat banyak sampah di selokan atau jalan, bahkan kali, saya sedih. Kotor sekali. Sejak dulu, sejak di sekolah dasar, pak guru mengajarkan saya untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Tepatnya menjaga kebersihan. Saya biasa membawa plastik di tas untuk membuang sampah selagi belum menemukan tempat sampah. Saya nggak ingin Indonesiaku kotor.
6. Belajar Sejarah
Presiden Soekarno mengatakan, jangan sekali-kali lupa pada sejarah (jas merah). Hal itu yang saya lakukan. Saya menyukai sejarah dan harus berusaha belajar sejarah. Bisa dari mana saja, mulai dari membaca buku hingga bergabung dengan komunitas budaya dan sejarah untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu.