Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Wonderful Life, Menerima Anak Disleksia dari Sisi Kelebihan

13 Oktober 2016   17:02 Diperbarui: 13 Oktober 2016   17:20 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak penyandang Disklesia mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Namun, hal itu belum tentu berarti bodoh atau malas (gambar:trailerwonderfulmovie)

"Memang Aqil bodoh, nulis aja nggak bisa. Tuh...” Olok teman satu kelas Aqil, sambil menunjuk  tulisan Aqil yang terbolak-balik susunannya di papan tulis.

Ucapan teman Aqil yang diiringi tawa teman-teman lainnya iini memicu kemarahan Aqil yang langsung menyerang temannya, sebelum akhirnya dilerai oleh ibu guru kelas.

Tumbuh sebagai anak yang menyandang disleksia, bukanlah hal yang mudah bagi Aqil (8). Dianggap sebagai anak yang bodoh atau tidak mampu mengikuti pelajaran di kelas dialaminya.

Disleksia telah menyebabkan Aqil mengalami kesulitan membaca dan menulis. Huruf dan kata terlihat seperti menari. Huruf-huruf  pun terbolak balik susunannya membingungkan, seperti huruf u dengan huruf n. Begitu pun dengan sejumlah huruf lainnya.Kesulitan membaca dan menulis menyebabkan hampir semua nilai mata pelajaran Aqil jauh di bawah nilai rata-rata teman sekelasnya. Hal ini membuat ibunya, Amalia Prabowo, harus dipanggil oleh pihak sekolah untuk membicarakan yang terbaik untuk Aqil.

Tekanan sekaligus keinginan untuk memiliki anak yang berprestasi dengan nilai akademis yang tinggi, selalu menjadi standar umum bagi banyak orang tua. Setiap anak dituntut mampu mendapatkan nilai yang terbaik dan tertinggi. Menjadi anak yang pintar dan berprestasi, sehingga dapat sukses sebagai orang berhasil, menurut pandangan umum.

Begitu pun halnya dengan Amalia Prabowo. Perempuan ini juga memiliki standar dan ekspektasi tinggi mengenai pendidikan. Apalagi, di kantornya, Amalia merupakan pekerja profesional yang memegang jabatan tinggi sebagai CEO sebuah perusahaan periklanan multinasional. Amalia tidak bisa terima dengan kenyataan kemampuan Aqil anak semata wayangnya yang sudah Sekolah Dasar (SD) tapi tidak menunjukkan kemampuan akademis.

Apalagi, tuntutan untuk memiliki anak cerdas akademis juga datang dari ayah Amalia, yang mengatakan pada Amalia, ”Anakmu itu sakit. Umur delapan tahun tapi bisanya cuma menggambar.”

Aqil memang selalu menggambar dan menggambar dalam setiap kesempatan. Dimanapun dan kapan pun. Berbeda dengan kemampuannya dalam mengikuti pelajaran di sekolah.

Huruf yang sering terlihat terbalik, seperti u dan n menyebabkan anak disklesia kesulitan membaca dan menulis (gambar:trailerfilmwonderfulife)
Huruf yang sering terlihat terbalik, seperti u dan n menyebabkan anak disklesia kesulitan membaca dan menulis (gambar:trailerfilmwonderfulife)
Tak  bisa menerima kondisi Aqil, yang dinyatakan disleksia dan tidak bisa disembuhkan,  Amalia melakukan berbagai upaya penyembuhan untuk Aqil. Berganti-ganti pakar pengobatan untuk meyakinkan jika setiap penyakit dapat disembuhkan. Bahkan, kemudian Amalia mendatangi sejumlah dukun di tanah Jawa untuk menyembuhkan penyakit anaknya Aqil.

Perjalanan untuk mencari pengobatan dan dukun untuk penyembuhan berhari-hari hanya berdua bersama Aqil, akhirnya malah menjadi kekuatan Amalia. Melalui berbagai peristiwa yang dialaminya, menjadi penyembuh bagi Amalia yang semula menyangkal keadaan,  untuk bisa menerima apa adanya kondisi Aqil.

Amalia akhirnya dapat melihat perbedaan yang dimiliki Aqil dari sisi yang lain. Membuka diri untuk menerima kekurangan Aqil sebagai kelebihan yang dimiliki Aqil. Apalagi, ternyata Aqil mempunyai kelebihan lain, yakni memiliki kemampuan menggambar yang sangat bagus. Kemampuan menerima kekurangan Aqil ini membuat hidup menjadi lebih indah dibandingkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun