Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Air Bersih Jakarta, antara Ketersediaan, Kebutuhan, dan Kesadaran Bersama

28 Maret 2016   08:08 Diperbarui: 28 Maret 2016   08:12 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat berada di ruang Tirta Ananta, para kompasianer pun dapat langsung meminum air PALYJA dari dispernser yang ada. Tidak ada keluhan sakit perut ataupun lainnya. Rasa airnya bahkan cukup segar saat diminum siang hari. Airnya bening dan tidak berbau. Rasanya juga cukup enak saat digunakan untuk membuat kopi.

Irma Gusyani Deputi Operasional PALYJA menegaskan, jika Air PALYJA telah memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

[caption caption="Air dispenser PALYJA yang bisa langsung diminum (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Air yang diminum walaupun mengandung bau kaporit juga tidak berbahaya. Sebaliknya, kaporit dapat membunuh bakteri yang bersifat patogen (berbahaya), seperti E-Coli, Fecal Colifom, Total Colifom, dan Salmonella, yang  dapat menyebabkan penyakit penyakit diare, muntaber, kolera, tifus, dan disentri.

Bau kaporit bisa dihilangkan dengan mendiamkan air dari keran selama 10-15 menit sehingga aroma menguap. Kadar kebersihan air PALYJA tetap terjaga. Saya yang sempat menanyakan adanya lingkaran warna putih yang terkadang tertinggal saat air PALYJA direbus dengan panci, memperoleh jawaban hal itu juga tidak akan berakibat buruk terhadap kesehatan.

Air PALYJA dinyatakan memenuhi standar kelayakan air sehat, yakni memiliki PH antara 6,8-7,2. Saat di rumah, saya kemudian memperhatikan air PALYJA yang belum dimasak, air PALYJA yang sudah dimasak, termasuk air mineral dalam gelas. Semuanya sama-sama bening. Semakin yakin saya akan keamanan dan kelayakan konsumsi air PALYJA.

[caption caption="Air minum PALYJA di rumah sebelum dimasak dan sesusah dimasak (alas gelas biru), sama-sama bening (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Meski demikian, PALYJA meminta masyarakat untuk merebus air yang akan dikonsumsi. Hal ini disebabkan masih banyaknya pipa-pipa tua yang sudah ada sejak tahun 1954 dan akan mempengaruhi kondisi air jika ada yang berkarat. Di sejumlah kawasan, terutama kota tua bahkan masih terdapat pipa yang berasal dari tahun 1920-an, saat zaman penjajahan Belanda.

Buat kami yang tinggal di wilayah Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, meskipun jarang, sesekali aliran air PAM berhenti mengalir sementara, terutama selesai turun hujan lebat. Air yang sempat berhenti mengalir akan berwarna sedikit cokelat kemudian akan berubah menjadi bening.

Misalnya saja Minggu sore, 27 Maret 2016 sekitar pukul 15.30. Air PALYJA tiba-tiba berhenti alirannya di rumah kami. Sekitar dua jam kemudian, air mulai mengalir kembali perlahan sebelum akhirnya deras kembali. Aliran air awal berwarna sedikit kecokelatan namun lama-kelamaan mulai memudar kemudian menjadi bening.

Kehilangan Air

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun