Semenjak kondisi Bali digeluti oleh pandemi segala aktivitas dan sistem belajar kalangan pelajar mulai mengalami perubahan. Tidak hanya itu hamper setiap kegiatan seperti pekerjaan, proses belajar mengajar juga kerap dijalankan dengan sistem online atau secara daring dari rumah. Tentunya dengan adanya perubahan ini, masyarakat harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan sistem yang serba online.
SD, SMP, SMA, hingga Mahasiswa/I mengikuti sistem belajar dari rumah secara online dengan menggunakan berbagai macam metode dan media pembelajaran agar proses pendidikan tetaplah berjalan. Aplikasi semacam WhattsApp, Google Meet, Google Classroom, Zoom Meeting, Youtube dan sebagainya menjadi media massa yang digunakan untuk menunjang proses belajar, yang dimana aplikasi ini digunakan pula oleh tenapa pendidik dan pelajar.
Bukan mudah, melainkan masih banyak kendala yang dialami oleh pelajar dan pengajar dalam proses belajar mengajar online. Contohnya adalah kendala sinyal, koneksi media, bahkan karena tidak semua masyarakat memiliki fasilitas yang maksimal mengakibatkan munculnya kendala dan hambatan belajar. Di sisi lain, biaya kuota internet untuk mengakses pembelajaran kerap menjadi keluhan masyarakat. (prwt'01)
"seneng sih masih bisa belajar lewat Hp dari rumah, kadang bales chat group Wa guru di Hp bisa sambil rebahan kak." Ucap Candrika seorang siswa kelas 6 SD Negeri 1 Banjar Jawa, Singaraja, Bali. Memang, banyak anak-anak yang sudah mahir menggunakan Handphone di era digital 4.0 seperti sekarang ini, kebiasaan bermain gadget bukan hal yang asing lagi. Namun, faktanya ketika belajar menggunakan Hp dari rumah membuat tidak semua anak-anak bisa focus menekuni pembelajaran online karena dipengaruhi oleh media massa yang bersifat menghibur.
Dalam hal ini, pengawasan orang tua menjadi faktor penting dalam kegiatan belajar online, agar peserta didik bisa tetap focus belajar meskipun secara daring. "menurut saya efektif sih belajar online dirumah dengan aplikasi zoom atau yang lainnya, karena saya kan mahasiswa jadi targetnya harus bisa tetep dapet output dari mata kuliah yang dipelajari supaya tidak rugi juga sebab skripsian kan butuh bekal yang banyak, tapi sekarang tergantung mahasiswa/I na kalau mau tetep fokus belajar yaudah ngikutin dengan baik aja." Ujar Priyambhada seorang mahasiswa UNDIKSHA Singaraja.
Penggunaan media pembelajaran akan efektif jika digunakan dengan baik, dampak positif maupun negative pasti kerap dirasakan oleh pelajar dan tenaga pendidik. Toleransi antara pengajar dan pelajar juga harus seimbang agar tidak terjadi kesenjangan dalam pembelajaran. Karena bagaimanapun proses online belajar ini membutuhkan beradaptasi yang baik agar apa yang ingin dipelajari tetap bisa dilakukan meskipun secara daring. (prwt'01)
-Ria Parwati-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H