Jujur keinginan untuk mendaki Gunung Kerinci sudah terbesit di kepalaku sejak bulan Agustus 2013 tepatnya sehabis mendaki Gunung Semeru, berkat seorang kawan infonya telah kudapatkan, tetapi apa daya keinginan itu hanya berkecamuk di kepala entah kapan aku mampu tuk mewujudkannya.
Keinginan ini kembali muncul di Juni 2014, tepatnya setelah mendaki Tambora 2850 MDPL, lagi –lagi itu hanya sebatas keinginan. Hingga suatu hari aku melihat foto WA senior yang dibelakangnya terdapat Banner tentang pendakian Bersama ke Kerinci 11 -16 Agustus 2014 yang diadakan oleh Consina.
Tak butuh waktu lama, tepat di tanggal 2 Agustus 2014 aku melakukan pendaftaran. Setelah itu mulailah aku membuat sendiri manajemen latihan fisik. Dalam seminggu lari bisa 2-3x, dengan dua kali simulasi ke anak gunung Krakatau dan Gunung Salak (Kalau yang ini mendadak. Diculik sama Berry, Kang Mukhlis dan Fauzan). Aku berharap pendakian kali ini kramku tidak muncul.
Technical Meeting yang diadakan tanggal 3 Oktober 2014, yang diriku salah info. Kupikir jam 15.00 WIB dan ternyata jam 17. 00 WIB. Setelah technical meeting, pukul 01.00 WIB aku diajak ke CBG dan esoknya 4 Okt 2014 tepat saat orang melakukan sholat Idul Adha kami berenam mendaki Gunung Salak. Pendakian ke Gunung Salak ini kuanggap sebagai salah satu simulasi.
Tanggal 11 Oktober 2014, Perjalanan di mulai pukul 07.00 WIB meninggalkan kantor Consina di daerah Casablanca hingga tiba di Desa Kersik Tuo pada hari Senin 13 Oktober 2014 pukul 01.00 WIB.
Senin 13 Oktober 2014, pukul 04.00 WIB terbangun karena alaram seorang kawan dilanjutkan mandi dan tak lupa sholat subuh serta memanjatkan doa kepadanya semoga aku mampu menggapainya, bukankah manusia hanya mampu merencanakan dan Dialah yang menentukan. Pukul 06.30 WIB dari homestay menuju Pintu Rimba, tiba di pintu rimba aku sempat tertidur di bale-bale bamboo.
Tepat pukul 07.28 WIB setelah memanjatkan doa kepadanya, perjalanan ini dimulai. Target hari ini adalah Shelter III, jika merujuk di ROP kami harus berjalan selama 10 jam , dalam diri ini kekhawatiran pun muncul. Sanggup atau gak sanggup.
Pukul 07.55 WIB di Pos I, selanjutnya menuju pos II yakni Batu Lumut dengan ketinggian 2020 MDPL dan tiba pada pukul 08.23 WIB. Dalam perjalanan menuju pos II aku terpeleset dan perihnya minta ampun, tiba – tiba saja air mata ini ingin menetes tapi kutahan.
Setelah beristirahat sejenak dan berfoto – foto ria pukul 08.31 WIB perjalanan dilanjutkan menuju pos III yakni Pondok Panorama (2225 MDPL). Jalur yang dilalui mulai mendaki sedikit menguras tenaga hingga tiba di Shelter I (2504 MDPL) pada pukul 10.56 WIB. Saat tiba di pos I ini kaki sebelah kananku kram. Oh Tuhan apalagi ini, dalam hati ini kupanjatkan doa. Tuhan bantu aku menggapai tempat ini. Di tempat ini saya sempat menggigil mungkin karena terlalu lama beristirahat.. Dalam pendakian ini ada dua kekhawatiranku terhadap tubuh ini yakni mimisan dan reumatik jangan sampai kambuh. Dari shelter I (11.31 WIB) menuju shelter II (15.12 WIB)dengan trek yang mendaki terus, gak ada bonus sama sekali dan jalurnya yang panjang. Dalam perjalanan menuju shelter II aku sempat tertidur, belum lagi penyakit “diamku’’ kumat. Jeleknya diriku jika mendaki “diamku” itu bisa bermakna ganda dan menimbulkan kekhawatiran ---- Kata seorang Kawan. hihihi
Dari shelter II (3100 MDPL) menuju shelter III masya allah jalurnya, harus melewati jalur air ditambah dengan kanan-kiri adalah jurang. Oh Tuhan. Dalam perjalanan bertemu dengan seorang teman yang mengeluh dan sudah bosan. Katanya Ma ini kapan sampainya sich dan pastilah kujawab gak tau nikmati aja….santai. Sedikit mendekati Shelter III tiba – tiba porter menghampiriku dia dengan sedikit “memaksa” ingin membawakan Carrierku. Dan pastinya kutolak mentah-mentah. Aku teringat pesan senior Cen (Panggilanku). Meskipun hanya sebuah jarum jangan pernah mau dibawakan oleh orang lain. Dan pesan dari sahabatpun terngiang-ngiang. Kamu harus jadi cewek yang kuat dan tidak manja.
[caption id="attachment_330849" align="aligncenter" width="300" caption="Jalur yang dilalui dari Shelter I ke Shelter II (dok.pribadi)"][/caption]
Dan saat tiba di Shelter III pada pukul 17.34 WIB aku langsung diberi minuman hangat oleh Bang Virgo dan memulai aktivitas di camp. Ough iya malam hari kakiku sempat di urut…Kramnya memuncak dan minyak tawon menjadi andalan.
Selasa 14 Oktober 2014
Pukul 02.00 WIB aku telah tersadar, berdasarkan hasil briefing semalam kami harus SUMMIT pada pukul 04.00 WIB dan masih ada juga yang telat. Pukul 04.11 WIB setelah berdoa perjalanan menuju puncak di mulai. Dinginnya malam ditemani bintang bersinar menemani perjalananku. Sedikit bersenandung lagunya “Peterpan Menghapus Jejakmu”. Hingga pada suatu titik air mata ini tak tertahankan. Melewati tugu Yudha, memotivasi diri sendiri bahwa ada yang menanti di puncak. Teringat kata-kata seorang kawan yang mengatakan bahwa Carilah lelaki yang menemanimu ke Puncak bukan yang menantimu di Puncak”
[caption id="attachment_330850" align="aligncenter" width="300" caption="Jalur yang dilalui menuju puncak (dok.pribadi)"]
Tepat pukul 06.16 WIB aku pun tiba di Puncak Kerinci 3805 MDPL. Ada kebahagiaan tersendiri yang tak mampu kutuliskan lewat kata ketika aku mencapainya. Rasa syukur yang tak terhingga, dan kebanggaan tersendiri ketika aku mampu mengalahkan rasa takut dalam diri ini. Bayangan dia yang selalu saja menghantui perjalanan ini.
[caption id="attachment_330089" align="aligncenter" width="300" caption="Puncak Kerinci 3805 Mdpl (dok.pribadi)"]
[caption id="attachment_330090" align="aligncenter" width="300" caption="Duo Saudara. KORPALA UNHAS- ARANYACALA TRISAKTI (dok. pribadi)"]
Setelah berfoto bersama pukul 07.45 WIB kami bergerak menuju shelter III, saat melewati tugu Yudha tak terasa air mata ini menetes, mengingat “sahabat” yang telah pergi dan tak lupa doa untukNya.
[caption id="attachment_330846" align="aligncenter" width="300" caption="Tugu Yudha (dok. pribadi)"]
Dan tepat pukul 09.30 WIB tiba di shelter III. Selanjutnya makan dan packing untuk kembali ke Homestay. Pukul 11.07 WIB meninggalkan shelter III dan ketika melewati shelter I hujanpun turun. Alhamdulillah hujan, saya sangat menyukai hujan. Bagiku hujan mengingatkanku akan kepergian sahabat.
Ough iya jujur aku menikmati perjalanan dari Pos III hingga mencapai POS I, berjalan sendiri, bersenandung lagu-lagu aneh yang yang tak berjudul, hingga menikmati kesendirian bersama bayangan seseorang. Eee lagi asyik-asyiknya tiba – tiba datang seorang kawan berteriak Irma, kita jalan bareng yah menuju pintu Rimba. Pukul 16.23 WIB kami berdua tiba di Pintu Rimba dan aku sendiri menumpang truk kentang menuju Homestay…(maaf teman-teman tak menunggu kalian).
[caption id="attachment_330848" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu Rimba (dok. pribadi)"]
Sekali lagi pendakian ini membuat kebanggaan terhadap diriku sendiri, dengan tidak merepotkan dan menyusahkan orang lain. Sebuah perjalanan yang menjadi arena untuk menaklukkan egoku dan memperkaya pengalaman batin. Inilah berlian – berlian indah yang kutemukan dalam pendakian ini.
Ucapan terima kasih buat Kak Dhani dan Kak Chudix. Teman-Teman dan tentunya “Sahabatku yang telah mengenal langit” (terima kasih atas pesanmu. Pesan itu selalu bergejolak dalam diri ini).