Karena aku tidak memiliki dana yang berlebih untuk jalan-jalan maka aku harus menyiasatinya dengan mencari pekerjaan yang bisa membawaku untuk melihat keindahan Indonesia.
Juni 2017, aku bersyukur mendapatkan pekerjaan di Kabupaten Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara. Artinya ini adalah jalan untuk meng-eksplore keindahan Propinsi Maluku Utara terutama ibukotanya yakni Ternate. Kota yang banyak terdapat benteng.
Pertengahan bulan Juni 2017, melalui Whatsapp (WA) aku menghubungi Sari Wahyuni temanku saat masih di SLTP. Sari Wahyuni atau yang biasa dipanggil Nona. "Non, untuk mengeksplore Kota Ternate butuh waktu berapa jam? Tempat-tempat yang ingin aku kunjungi, pastinya benteng, batu angus, gambar uang seribu, kebun cengkeh, danau yang terkenal itu". Begitulah isi pesanku kepada Nona.Â
"Dua atau tiga jam saja", kata Nona. Singkat padat dan jelas.
" Ok, kamis tanggal 20 Juni 2017 aku ke Ternate, ketemu di Pelabuhan Mangga Dua dan Jumat 21 Juni 2017 Â kita eksplore Ternate, Bagaimana",? Kataku
"OK, kita jelajahi kota Ternate menggunakan sepeda motor", Kata Nona
Berdasarkan yang aku lihat bahwa Kota Ternate merupakan kota kecil  di jalur sempit sepanjang lebih dari 5 km antara lereng Gamalama dan lautan. Kota ini mengalami modernisasi. Mulai dari pelabuhan Ahmad Yani, bermunculan hotel-hotel, supermarket (Hypermart dan Jati Land serta terakhir  akan ada XXI) dan masjid serta Islamic Centre yang berukuran besar yang berdiri tepat di tepi pantai.
Jumat, 21 Juni 2017 pukul 09.00 WIT bersama Sari Wahyuni, perjalananku tuk mengeskplore Ternate dimulai. Tujuan pertamaku adalah benteng Kalamata. Masyarakat Ternate menyebut benteng Kalamata dengan nama Benteng Kayu Merah, alasannya karena terletak di Kelurahan Kayu Merah. Benteng Kalamata dibangun oleh Portugis yang digunakan sebagai tempat pertahanan dalam rangka perluasan kekuasaan di Ternate dan untuk menahan serangan Spanyol. Dari hasil googling, benteng ini pernah menjadi rebutan antara Inggris, Belanda dan Tidore.
Informasi yang aku dapatkan dari Sari Wahyuni, bahwa dahulu kala pembangunan Benteng Kalamata menggunakan bebatuan sungai, batu karang dan batu kapur. Dari benteng Kalamata, aku bisa menyaksikan Pulau Maitara dan Pulau Tidore. Benteng ini cukup bersih, aku melihat ada sebuah sumur ketika aku melihatnya ternyata telah seperti tempat sampah.
Masuk ke dalam, aku menemukan relief yang menceritakan pembunuhan Sultan Khaerun. Sultan Khaerun merupakan Sultan ternate yang ke-25. Dalam relief digambarkan Sultan Khaerun diundang untuk makan malam oleh Antonio Pimental atas perintah Gubernur Lopez de Mosquito. Peristiwa inilah yang memicu perlawanan rakyat Ternate terhadap Portugis. Yang tersisa dari benteng ini adalah reruntuhannya.