Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk MIMPIMU…..
-Arai-
Itulah salah satu kalimat yang memberikan motivasi dalam hidupku.
Teringat saat pertama kali membaca buku serial Laskar Pelangi. Dalam serial Laskar Pelangi, buku yang pertama kubaca adalah Sang Pemimpi. Di penghujung tahun 2006 (kalau tak salah ingat) seniorku sebut saja namanya Kak Habil meminjamkan buku Sang Pemimipi dan hanya membutuhkan waktu 3 hari aku menyelesaikan membaca buku tersebut.
Kemudian mulailah aku membaca Laskar Pelangi, Edensor dan Maryamah Karpov. Saat menulis cerita perjalanan ke Belitung Timur, tiba-tiba aku teringat akan coletehanku beberapa tahun. Selesai membaca Laskar Pelangi, aku iseng mengatakan kepada seniorku (Alm. K’ Ismed Wahyudi) suatu saat nanti aku pasti akan mengunjungi Belitung. Dan dengan sedikit bercanda dia menjawab aku yakin kau pasti kesana. Itulah sedikit cerita awal akan ketertarikanku mengunjungi Pulau Belitung a.k.a Negeri Laskar Pelangi.
Dan pada akhirnya “celotehan” itu bisa terwujud di Februari. Berikut ini sedikit cerita perjalananku saat berada di Pulau Belitung.
Selasa (24 Februari 2015) pukul 09. 42 akhirnya aku sampai juga di Bandara H. AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Setelah lima puluh menit berada di burung besi. Akhirnya sampai juga. Yeay aku sudah di Belitung!..
Dari Bandara Tanjung Pandan, tujuan adalah ke Manggar kab. Belitung Timur rumah seorang kawan. Karena menunggu beberapa penumpang, maka untuk “membunuh waktu” kuhabiskan jalan-jalan di sekitar areal bandara sembari berkenalan dan bercerita dengan beberapa pak supir dan bertanya ke petugas tentang tempat-tempat wisata yang ada di Tanjung Pandan dan Belitung Timur.
Pukul 12.35 dengan menumpang bus afat (tarif bandara – Manggar Rp. 50.000,-) saya pun meninggalkan bandara. Dalam perjalanan, aku pun didera rasa kantuk tetapi kutahan, sayang rasanya kalau tidur. Akhirnya kupuaskan mataku melihat pemandangan yang ada di pinggir jalan sambil cerita dengan pak supir, namanya Pak Soegeng.
Pukul 13.28 akhirnya saya pun tiba di Manggar,tepatnya di rumah Ishak. Setelah makan siang dan istirahat sejenak Mama Aji (ibunya Ishak) mengajakku ke Pantai dan sore itu kuhabiskan waktu di Pantai Serdang sambil menikmati sunset dan sedikit cerita-cerita dengan nelayan yang baru pulang melaut.
[caption id="attachment_353865" align="aligncenter" width="300" caption="Menanti Sunset di Pantai Serdang (dok. pribadi)"][/caption]
Kegiatan melaut dilakukan pada pulu 03.00 atau 04.00 – 15.00. artinya hampir 12 jam mereka menghabiskan waktu di laut. Saat melaut nelayan disini menggunakan bensin dengan harga Rp, 7.000/liter. Di tempat ini berlaku juga sistem juragan dan buruh nelayan dan tentunya tak lepas juga hutang piutang.
Rabu 25 Februari 2015, tujuanku adalah Daerah Gantong. Berbekal informasi dari Mama Aji pukul 08.00 meluncurlah aku ke pasar Manggar untuk mencari mobil angkutan ke Gantong. Akhirnya kutemukan mobil tersebut, lagi menunggu penumpang di perempatan jalan tepatnya di depan Warung Kopi Putri Salju. Nah di warung kopi tersebut sang sopir (Namanya Pak Nardi) lagi ngopi. Sambil menunggu maka kuputuskan untuk memesan secangkir kopi dan pada akhirnya saya pun terlibat percakapan dengan bapak-bapak yang ada di warung kopi tersebut. Ternyata salah satu bapak yang ada di warung kopi tersebut adalah tetanggaku di Makassar yang rumahnya berada di Jln. Datuk Ditiro. Pukul 09.28 pak Nardi mengajakku ayok berangkat, dan ternyata penumpangnya hanya saya. Ough iya saat mau membayar kopi, ibu di kasir bilang sudah dibayarkan.
Dalam perjalanan ke Gantong, pak Nardi bercerita tentang Kab. Belitung Timur. Kata beliau jika kau berada di Manggar haruslah mencoba kopi,orang-orang dari Tanjung Pandan itu banyak yang ngopi disini. Sepanjang perjalanan pak Nardi tak pernah berhenti bercerita baik tentang keluarganya ataupun pekerjaannya. Meskipun dia supir angkot ternyata dia adalah Caleg (sayangnya gak lolos) anak beliau yang laki-laki merupakan ajudan bupati sedangkan anaknya yang perempuan sekarang lagi honor di Dinas Sosial di kab. Belitung timur. Pak Nardi mengajakku ke Rumah Pribadi Ahok, kata dia gak sembarangorang yang bisa kesana, kamu ini karena kebetulan saja kenal dengan saya. Akhirnya saya diantar dengan beliau ke Bendungan Pice dan Rumah Ahok. Setelah mengisi buku tamu saya pun berkeliling di rumah Ahok, ke butik Simper. Rumah dan Butik ini terletak di Jalan Gang Manggis. Tarif Manggar – Gantong yakni Rp. 20.000/orang.
[caption id="attachment_353867" align="aligncenter" width="300" caption="Bendungan Pice (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_353868" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Kediaman Ahok (dok. pribadi)"]
Setelah dari butik selanjutnya menuju Museum Kata Andrea Hirata di Jalan Laskar Pelangi. Di museum ini terdapat koleksi-koleksi yang terdiri dari karya-karya sastra, foto-foto unik yang ada dalam dalam sekuel laskar pelangi dan Sang pemimpi. Saya menyukai ketika berada di dalam museum ini. Bagiku museum ini sarat dengan edukasi dan sangat memberikan pemahaman akan budaya dan karya sastra. Seperti yang kita ketahui museum kata merupakan museum sastra pertama di Indonesia. Tujuan utama museum ini adalah untuk menginspirasi para generasi muda untuk berani bermimpi dan tidak pantang menyerah, dimana hal ini sesuai dengan semangat laskar pelangi dan tentu saja untuk melestarikan nilai-nilai pendidikan. Di museum ini terdapat ruang Ikal dan ruang Lintang. Kemudian ke rumah orang tua Andrea Hirata selanjutnya melaksanakan sholat dhuhur di Masjid Al-Hikmah. Masjid ini terletak tepat di depan Museum Kata.
[caption id="attachment_353877" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Kata Andrea Hirata (dok.pribadi)"]
[caption id="attachment_353869" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu ruangan di Museum Kata (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_353942" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Orangtua Andrea Hirata (dok. pribadi)"]
Setelah sholat maka tujuanku selanjutnya adalah ke Replika SD Muhammadiyah Gantong yang terletak di desa Lenggang di daerah Bukit Raya.
[caption id="attachment_353879" align="aligncenter" width="300" caption="Replika SD Muhammadiyah Gantong (dok.pribadi)"]
Bukit raya merupakan bukit sisa material bekas penambangan timah yang kemudian dimanfaatkan sebagai tempat berdirinya bangunan Replika SD Muhammadiyah. Saat saya berkunjung, saya merasa takjub sendiri memandang bangunan SD ini. Di sisi kiri dari bangunan ini terdapat sebuah kolong bekas penambangan timah masa lalu. Jujur, saya sendiri takut berada di bangunan ini karena daerahnya sunyi.
Setelah itu saya pun menuju pasar Gantong. Sambil berjalan kaki, maklumlah gak ada ojek di tempat ini tiba-tiba ada bapak yang mendekat dan menanyakanku hendak kemana. Dengan cepat kujawab mau ke Gantong pak dan entah kasihan atau apalah bapak itu bersedia mengantarku. Dalam perjalanan ke Gantong ( bukit raya – Gantong sekitar 10 menit) bapak itu mengajakku makan dan dengan halus kutolak, maklumlah saya masih kenyang dan dia mengatakan di Belitung Timur ini aman kok.
Sampai di daerah pasar Gantong, saya menuju warung Pak Marten. Di warung ini saya memesan es teh manis maklumlah cuaca panas membuatku haus ditambah lagi air di botolku tersisa sedikit lagi sambil menunggu es teh manis datang, saya bertemu dengan bapak yang berasal dari Kota Pare-Pare, dan bapak itu langsung mengajakku bercerita sekitar 15 menit kuhabiskan waktu di warung ini. Kata Pak Marten (pemilik warung ) saat syuting laskarpelangi kru dan beberapa artis sering nongkrong disini. Setelah menghabiskan es saya pun bermaksud untuk membayar eee taunya pak Marten bilang gak usah bayar buat kamu gratis aja. Alhamdulillah dan tak lupa kuucapkan terima kasih. Pesan terakhir dari bapak, kalau kau ke Belitung Timur jangan lupa singgah disini.
[caption id="attachment_353882" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama pak Marten (dok.pribadi)"]
Dariwarung pak Marten saya pun berjalan mencari ojek karena tak ada ojek saya pun menumpang dengan ibu yang akan berangkat ke kebun, kebetulan rute yang dilewati sama. Turun dari motor ibu saya pun berjalan kaki, dalam perjalanan saya melihat banyak pohon rambutan yang sedang berbuah dan nampak merah ingin rasanya kupetik tapi rasa takut menghampiriku, jangan sampai sakit perut. Sekitar 20 menit berjalan saya menoleh kebelakang dan melihat mobil bak terbuka tentunya langsung kuparkir, kubilang sama bapak, bolehkah saya menumpang ke Manggar. Kata bapaknya boleh, kebetulan dia mau ke Manggar. Bapak menyuruhku duduk di depan bersama istrinya tapi dengan halus kutolak, cukup dibelakang saja bersama kelapa-kelapa. Di perjalanan ini kusempatkan berfoto di bak terbuka.
[caption id="attachment_353883" align="aligncenter" width="300" caption="Edisi Numpang Bak terbuka yang isinya kelapa (dok.pribadi)"]
Kamis, 26 Februari 2015, Pukul 05.30 saya menuju bukit samak. Di bukit samak ini terdapat restoran dan taman bermain. Di bukit samak inilah juga rumah jabatan bupati dan wakil bupati Belitung Timur berada, setelah puas selanjutnya saya menuju pantai untuk menyaksikan terbitnya matahari pagi di Pantai Lalang. Sedikit cerita tentang Pantai Lalang atau pantai Nyiur melambai. Pantai dengan keindahan pasir putih dan bebatuan yang begitu besar, dengan pengamatanku garis pantai ini begitu panjang membuatku leluasa untuk melepas pandangan ke segala penjuru. Pagi itu nampak beberapa orang seorang berjalan-jalan di pinggir pantai, setelah mengambil beberapa foto waktunya pulang. Dalam perjalanan pulang saya kulong minyak.
[caption id="attachment_353941" align="aligncenter" width="300" caption="Menanti Sunrise di pantai Lalang"]
Pukul 09.00 dengan menumpang ojek menuju ke Kecamatan Damar. Di kecamatan Damar saya mengunjungi beberapa tempat antara lain.
1. Vihara Dewi Kwanim
Vihara atau Klenteng ini diresmikan oleh Bupati A. S. Kristyanto pada 24 Januari 1987. Vihara memiliki 3 pondok yakni pondok cempaka, pondok teratai, pondok wijaya kusuma. Vihara ini terletak di atas bukit yang menghadap ke arah selat karimata (info ini kudapatkan dari hasil pembicaraan dengan bapak di Pantai Burung Mandi). Vihara ini juga merupakan bukti sejarah peradaban Budha China yang ada di Belitung. Kata seorang supir, semenjak Belitung ramai dengan wisata laskar pelanginya maka vihara ini pun ramai dikunjungi.