Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Enam Hari di Negeri Laskar Pelangi

5 Maret 2015   00:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:09 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk MIMPIMU…..

-Arai-

Itulah salah satu kalimat yang memberikan motivasi dalam hidupku.

Teringat saat pertama kali membaca buku serial Laskar Pelangi.  Dalam serial Laskar Pelangi, buku yang pertama kubaca adalah Sang Pemimpi. Di penghujung tahun 2006 (kalau tak salah ingat) seniorku  sebut saja namanya Kak Habil meminjamkan buku Sang Pemimipi dan hanya membutuhkan waktu 3 hari aku menyelesaikan membaca buku tersebut.

Kemudian mulailah aku membaca Laskar Pelangi, Edensor dan Maryamah Karpov. Saat menulis cerita perjalanan ke Belitung Timur, tiba-tiba aku teringat akan coletehanku beberapa tahun.  Selesai membaca Laskar Pelangi, aku iseng mengatakan kepada seniorku (Alm. K’ Ismed Wahyudi) suatu saat nanti aku pasti akan mengunjungi Belitung. Dan dengan sedikit bercanda dia menjawab aku yakin kau pasti kesana. Itulah sedikit cerita awal akan ketertarikanku mengunjungi  Pulau Belitung  a.k.a Negeri Laskar Pelangi.

Dan pada akhirnya “celotehan” itu bisa terwujud di Februari. Berikut ini sedikit cerita perjalananku saat berada di Pulau Belitung.

Selasa  (24 Februari 2015) pukul 09. 42 akhirnya aku sampai juga di Bandara H. AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Setelah lima puluh menit berada di burung besi. Akhirnya sampai juga. Yeay aku sudah di Belitung!..

Dari Bandara Tanjung Pandan, tujuan adalah ke Manggar kab. Belitung Timur rumah seorang kawan. Karena menunggu beberapa penumpang, maka untuk “membunuh waktu” kuhabiskan jalan-jalan di sekitar areal bandara sembari berkenalan dan bercerita dengan beberapa pak supir dan bertanya ke petugas tentang tempat-tempat wisata yang ada di Tanjung Pandan dan Belitung Timur.

Pukul 12.35 dengan menumpang bus afat (tarif bandara – Manggar Rp. 50.000,-) saya pun meninggalkan bandara. Dalam perjalanan, aku pun didera rasa kantuk tetapi kutahan, sayang rasanya kalau tidur. Akhirnya kupuaskan mataku melihat pemandangan yang ada di pinggir jalan  sambil cerita dengan pak supir, namanya Pak Soegeng.

Pukul 13.28 akhirnya saya pun tiba di Manggar,tepatnya di rumah Ishak. Setelah makan siang dan istirahat sejenak Mama Aji (ibunya Ishak) mengajakku ke Pantai  dan sore itu kuhabiskan waktu di Pantai Serdang sambil menikmati sunset dan sedikit cerita-cerita dengan nelayan yang baru pulang melaut.

[caption id="attachment_353865" align="aligncenter" width="300" caption="Menanti Sunset di Pantai Serdang (dok. pribadi)"][/caption]

Kegiatan melaut dilakukan pada pulu 03.00 atau 04.00 – 15.00. artinya hampir 12 jam mereka menghabiskan waktu di laut. Saat melaut nelayan disini menggunakan bensin dengan harga Rp, 7.000/liter. Di tempat ini berlaku juga sistem juragan dan buruh nelayan dan tentunya tak lepas juga hutang piutang.

Rabu 25 Februari 2015, tujuanku adalah Daerah Gantong. Berbekal informasi dari Mama Aji pukul 08.00 meluncurlah aku ke pasar Manggar untuk mencari mobil angkutan ke Gantong. Akhirnya kutemukan mobil tersebut, lagi menunggu penumpang di perempatan jalan tepatnya di depan Warung Kopi Putri Salju. Nah di warung kopi tersebut sang sopir (Namanya Pak Nardi) lagi ngopi. Sambil menunggu maka kuputuskan untuk memesan secangkir kopi dan pada akhirnya saya pun terlibat percakapan dengan bapak-bapak yang ada di warung kopi tersebut. Ternyata salah satu bapak yang ada di warung kopi tersebut adalah tetanggaku di Makassar yang rumahnya berada di Jln. Datuk Ditiro. Pukul 09.28 pak Nardi mengajakku ayok berangkat, dan ternyata penumpangnya hanya saya. Ough iya saat mau membayar kopi, ibu di kasir bilang sudah dibayarkan.

Dalam perjalanan ke Gantong, pak Nardi bercerita tentang Kab. Belitung Timur. Kata beliau jika kau berada di Manggar haruslah mencoba kopi,orang-orang dari Tanjung Pandan itu banyak yang ngopi disini. Sepanjang perjalanan pak Nardi tak pernah berhenti bercerita baik tentang keluarganya ataupun pekerjaannya. Meskipun dia supir angkot ternyata dia adalah Caleg (sayangnya gak lolos) anak beliau yang laki-laki merupakan ajudan bupati sedangkan anaknya yang perempuan sekarang lagi honor di Dinas Sosial di kab. Belitung timur. Pak Nardi mengajakku ke Rumah Pribadi Ahok, kata dia gak sembarangorang yang bisa kesana, kamu ini karena kebetulan saja kenal dengan saya. Akhirnya saya diantar dengan beliau ke Bendungan Pice dan Rumah Ahok. Setelah mengisi buku tamu saya pun berkeliling di rumah Ahok, ke butik Simper. Rumah dan Butik ini terletak di Jalan Gang Manggis. Tarif Manggar – Gantong yakni Rp. 20.000/orang.

[caption id="attachment_353867" align="aligncenter" width="300" caption="Bendungan Pice (dok. pribadi)"]

1425459422965562982
1425459422965562982
[/caption]

[caption id="attachment_353868" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Kediaman Ahok (dok. pribadi)"]

1425459479117012302
1425459479117012302
[/caption]

Setelah dari butik selanjutnya menuju Museum Kata Andrea Hirata di Jalan Laskar Pelangi. Di museum ini terdapat koleksi-koleksi yang terdiri dari karya-karya sastra, foto-foto unik yang ada dalam dalam sekuel laskar pelangi dan Sang pemimpi. Saya menyukai ketika berada di dalam museum ini. Bagiku museum ini sarat dengan edukasi dan sangat memberikan pemahaman akan budaya dan karya sastra. Seperti yang kita ketahui museum kata merupakan museum sastra pertama di Indonesia. Tujuan utama museum ini adalah untuk menginspirasi para generasi muda untuk berani bermimpi dan tidak pantang menyerah, dimana hal ini sesuai dengan semangat laskar pelangi dan tentu saja untuk melestarikan nilai-nilai pendidikan. Di museum ini terdapat ruang Ikal dan ruang Lintang. Kemudian ke rumah orang tua Andrea Hirata selanjutnya melaksanakan sholat dhuhur di Masjid Al-Hikmah. Masjid ini terletak tepat di depan Museum Kata.

[caption id="attachment_353877" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Kata Andrea Hirata (dok.pribadi)"]

1425460279226449788
1425460279226449788
[/caption]

[caption id="attachment_353869" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu ruangan di Museum Kata (dok. pribadi)"]

1425459556984361528
1425459556984361528
[/caption]

[caption id="attachment_353942" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Orangtua Andrea Hirata (dok. pribadi)"]

14254658591166494183
14254658591166494183
[/caption]

Setelah sholat maka tujuanku selanjutnya adalah ke Replika SD Muhammadiyah Gantong yang terletak di desa Lenggang di daerah Bukit Raya.

[caption id="attachment_353879" align="aligncenter" width="300" caption="Replika SD Muhammadiyah Gantong (dok.pribadi)"]

14254604181669841035
14254604181669841035
[/caption]

Bukit raya merupakan bukit sisa material bekas penambangan timah yang kemudian dimanfaatkan  sebagai tempat berdirinya bangunan  Replika SD Muhammadiyah. Saat saya berkunjung, saya merasa takjub sendiri memandang bangunan SD ini. Di sisi kiri dari bangunan ini terdapat sebuah kolong bekas penambangan timah masa lalu. Jujur, saya sendiri takut berada di bangunan ini karena daerahnya sunyi.

Setelah itu saya pun menuju pasar Gantong. Sambil berjalan kaki, maklumlah gak ada ojek di tempat ini tiba-tiba ada bapak yang mendekat dan menanyakanku hendak kemana. Dengan cepat kujawab mau ke Gantong pak dan entah kasihan atau apalah bapak itu bersedia mengantarku. Dalam perjalanan ke Gantong ( bukit raya – Gantong sekitar 10 menit) bapak itu mengajakku makan dan dengan halus kutolak, maklumlah saya masih kenyang dan dia mengatakan di Belitung Timur ini aman kok.

Sampai di daerah pasar Gantong, saya menuju warung Pak Marten. Di warung ini saya memesan es teh manis maklumlah cuaca panas membuatku haus ditambah lagi air di botolku tersisa sedikit lagi sambil menunggu es teh manis datang, saya bertemu dengan bapak yang berasal dari Kota Pare-Pare, dan bapak itu langsung mengajakku bercerita sekitar 15 menit kuhabiskan waktu di warung ini. Kata Pak Marten (pemilik warung ) saat syuting laskarpelangi kru dan beberapa artis sering nongkrong disini. Setelah menghabiskan es saya pun bermaksud untuk membayar eee taunya pak Marten bilang gak usah bayar buat kamu gratis aja. Alhamdulillah dan tak lupa kuucapkan terima kasih. Pesan terakhir dari bapak, kalau kau ke Belitung Timur jangan lupa singgah disini.

[caption id="attachment_353882" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama pak Marten (dok.pribadi)"]

142546055695445214
142546055695445214
[/caption]

Dariwarung pak Marten saya pun berjalan mencari ojek karena tak ada ojek saya pun menumpang dengan ibu yang akan berangkat ke kebun, kebetulan rute yang dilewati sama. Turun dari motor ibu saya pun berjalan kaki, dalam perjalanan saya melihat banyak pohon rambutan yang sedang berbuah dan nampak merah ingin rasanya kupetik tapi rasa takut menghampiriku, jangan sampai sakit perut. Sekitar 20 menit berjalan saya menoleh kebelakang dan melihat mobil bak terbuka tentunya langsung kuparkir, kubilang sama bapak, bolehkah saya menumpang ke Manggar. Kata bapaknya boleh, kebetulan dia mau ke Manggar. Bapak menyuruhku duduk di depan bersama istrinya tapi dengan halus kutolak, cukup dibelakang saja bersama kelapa-kelapa. Di perjalanan ini kusempatkan berfoto di bak terbuka.

[caption id="attachment_353883" align="aligncenter" width="300" caption="Edisi Numpang Bak terbuka yang isinya kelapa (dok.pribadi)"]

14254606171251347748
14254606171251347748
[/caption]

Kamis, 26 Februari 2015, Pukul 05.30 saya menuju bukit samak. Di bukit samak ini terdapat restoran dan taman bermain. Di bukit samak inilah juga rumah jabatan bupati dan wakil bupati  Belitung Timur berada, setelah puas selanjutnya saya menuju pantai untuk menyaksikan terbitnya matahari pagi di Pantai Lalang. Sedikit cerita tentang Pantai Lalang atau pantai Nyiur melambai. Pantai dengan keindahan pasir putih dan bebatuan yang begitu besar, dengan pengamatanku garis pantai ini begitu panjang membuatku leluasa untuk melepas pandangan ke segala penjuru. Pagi itu nampak beberapa orang seorang berjalan-jalan di pinggir pantai, setelah mengambil beberapa foto waktunya pulang. Dalam perjalanan pulang saya kulong minyak.

[caption id="attachment_353941" align="aligncenter" width="300" caption="Menanti Sunrise di pantai Lalang"]

14254657161045338683
14254657161045338683
[/caption]

Pukul 09.00 dengan menumpang ojek menuju ke Kecamatan Damar. Di kecamatan Damar saya mengunjungi beberapa tempat antara lain.

1. Vihara Dewi Kwanim

Vihara atau Klenteng ini diresmikan oleh Bupati A. S. Kristyanto pada 24 Januari 1987. Vihara memiliki 3 pondok yakni pondok cempaka, pondok teratai, pondok wijaya kusuma. Vihara ini terletak di atas bukit yang menghadap ke arah selat karimata (info ini kudapatkan dari hasil pembicaraan dengan bapak di Pantai Burung Mandi). Vihara ini juga merupakan  bukti sejarah peradaban Budha China yang ada di Belitung. Kata seorang supir, semenjak Belitung ramai dengan wisata laskar pelanginya  maka vihara ini pun ramai dikunjungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun