Adaptasi buku ke film adalah salah satu tren yang paling menarik di industri hiburan. Dari karya sastra klasik hingga novel laris modern, banyak cerita yang telah diubah menjadi film, memberikan kesempatan bagi khalayak yang lebih luas untuk menikmati narasi yang sebelumnya hanya hadir di halaman-halaman buku.
Setiap adaptasi memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam menyampaikan detail naratif, karakter, dan emosi yang telah dibangun penulis dalam bentuk prosa. Ketika pembaca yang setia menonton adaptasi film dari buku favorit mereka, sering kali ada harapan tinggi bahwa cerita, tokoh, hingga dialog penting akan tetap dipertahankan. Namun, kenyataannya, adaptasi sering kali mengalami perubahan yang signifikan.
Berikut alasan mengapa hal ini terjadi.
1. Perbedaan medium: Buku vs Film
Buku memberikan kebebasan kepada penulis untuk menggambarkan pemikiran karakter, latar belakang, hingga elemen-elemen kecil yang memakan banyak halaman. Sementara itu, film dibatasi oleh durasi dan format visual yang padat. Rata-rata film berdurasi sekitar dua jam, yang membatasi kemampuan untuk menghadirkan cerita kompleks dalam format penuh. Alur cerita yang rumit atau subplot menarik dalam buku seringkali harus disederhanakan atau bahkan dihilangkan dalam adaptasi film agar film dapat tetap efisien dan mudah dipahami.
Contohnya, dalam adaptasi The Lord of the Rings karya J.R.R. Tolkien oleh Peter Jackson, ada sejumlah adegan dan karakter yang dipangkas, seperti Tom Bombadil, yang dianggap tidak penting untuk perkembangan cerita utama di film.
2. Visi Sutradara & Studio
Faktor penting yang memengaruhi kesetiaan adaptasi adalah visi sutradara atau produser. Setiap adaptasi film melibatkan interpretasi sutradara terhadap materi sumber. Meskipun beberapa pembuat film berusaha sebaik mungkin untuk tetap setia pada cerita asli, ada juga yang merasa perlu memodifikasi bagian tertentu untuk membuat cerita lebih relevan atau menarik bagi penonton modern.
Contohnya, dalam film "Jurassic Park" (1993) karya Michael Crichton yang di sutradarai oleh Steven Spielberg ini mengubah beberapa plot penting dari novelnya. Salah satu perbedaan utama adalah dalam karakterisasi John Hammond. Di buku, Hammond adalah pengusaha yang kejam dan egois, sementara di film, dia lebih digambarkan sebagai kakek yang baik hati dengan niat yang murni.
3. Perubahan Demi Penonton yang Lebih Luas
Film sering kali harus memenuhi ekspektasi komersial yang lebih luas daripada buku. Skenario, karakter, atau latar belakang tertentu mungkin perlu diubah agar lebih menarik bagi penonton global. Dalam beberapa kasus, elemen budaya atau lokal dalam sebuah buku diubah agar bisa diterima oleh audiens internasional. Ini terutama terjadi dalam adaptasi buku non-Inggris ke Hollywood.