Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Chemical Engineer

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Virus" Kebodohan

17 Januari 2021   10:16 Diperbarui: 17 Januari 2021   10:44 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai saat ini umat manusia masih menghadapi virus yang mematikan, yaitu SARS Cov-2. Virus ini sudah membunuh banyak sekali manusia. Tetapi tahukah kita bahwa ada virus yang sejatinya juga berbahaya bagi umat manusia. "Virus" ini bukan seperti virus pada umumnya. Namun, ia sudah eksis sejak manusia pertama hingga sekarang. "Virus" tersebut adalah kebodohan.

Kebodohan bisa dikategorikan sebagai "virus". Setidaknya, ada tiga kriteria mengapa kebodohan bisa dikategorikan sebagai virus. Pertama, kebodohan bisa menginfeksi manusia. Kedua, tidak kasat mata. Dan terakhir, bisa mematikan.

Perlu kita ketahui arti atau makna kebodohan disini bukan hanya tentang ketidaktahuan tetapi juga berkaitan erat dengan kekeliruan atau kesalahan.

Sadar atau tidak, kita sebenarnya sangat mudah terinfeksi "virus" kebodohan. Tidak peduli kondisi dan latar belakang, siapapun bisa menjadi orang bodoh. Saat kita berbuat buruk padahal tahu itu salah, pada saat itu kita terjangkit "virus" kebodohan.

Kita terinfeksi "virus" kebodohan bisa melalui banyak hal. Bisa melalui tontonan, pengaruh orang lain, keadaan dan lain sebagainya. Bila kita memiliki teman yang suka berkata kotor, besar kemungkinan kita juga akan suka berkata kotor. Kalau kita sering menonton konten yang merendahkan orang lain, bisa jadi kita menjadi orang yang doyan merendahkan orang lain. Apabila kita memiliki orang tua yang suka selingkuh, kemungkinan kita juga akan melakukan hal yang sama.

Richard Feynman, Fisikawan peraih Nobel pernah mengatakan demikian: anda tidak tahu bagaimana rasanya mati, hanya orang lain yang merasakannya. Begitu juga dengan kebodohan.

"Virus" kebodohan bisa menjadi tak terlihat tanpa kita sadari. Biasanya, orang lain yang pertama- tama menyadari atau merasakan kebodohan yang kita lakukan. Contohnya, ketika seorang pemimpin suatu negara tidak becus mengurus pandemi dan malah bersyukur tidak menerapkan lockdown, padahal angka positif dan kematian terus meningkat, maka yang merasakan kebodohannya adalah rakyatnya. 

Namun, ada juga manusia yang baru sadar telah melakukan kebodohan ketika mengalami atau merasakan efek atau dampak buruknya. Itu kalau sadar, kalau tidak "virus" kebodohan akan tumbuh dan berkembang biak dalam diri kita. Jika ini terjadi, maka kita tidak hanya berpotensi menularkannya kepada orang lain tetapi bisa menimbulkan hal yang sangat buruk.

Seseorang yang sudah terinfeksi "virus" kebodohan secara akut bisa melahirkan tindakan yang "mematikan". Orang yang selalu menonton video porno secara terus menerus akan merusak pikiran dan hatinya. Lama- kelamaan, kalau sudah tak terkendali, ia berpotensi melakukan tindakan pelecehan atau pemerkosaan.

Kebodohan yang dilakukan manusia dapat menimbulkan bencana, kejahatan hingga kematian. Misalnya bencana banjir atau kebakaran hutan adalah buah dari kebodohan manusia yang tidak merawat alam dengan baik. Kebodohan umat manusia adalah sumber masalah di dunia ini.

Meningkatkan kecerdasan intelektual tidak serta merta membuat kita kebal dari "virus" kebodohan. Banyak dari antara kita yang memiliki titel sarjana atau bahkan doktor, tapi masih saja percaya dan menyebarkan berita hoax. Kita bangga telah menyelesaikan pendidikan dengan baik tetapi mengikuti antrian saja masih sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun