Tipologi mengandung dua kata yakni "Tipo" dan "Logi", yang berasal dari "tipe" dan "logos", Tipe Adalah Gaya atau Model, sedangkan Logos adalah Ilmu. Â Jadi kalau kata "tipe" digabungkan dengan kata "logi" secara bahasa berarti Ilmu yang mempelajari tentang tipe. Tipologi belajar adalah konsep yang mengelompokkan berbagai cara dan karakteristik yang digunakan individu dalam menerima, memproses, dan memahami informasi selama proses belajar.
M. Joko Susilo juga megemukakan "tipe belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang yang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut". Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa; Tipe belajar juga sering didefinisikan sebagai cara-cara yang digunakan untuk mempermudah proses belajar. Jadi, seorang  anak atau peserta didik akan menggunakan cara-cara tertentu untuk membantunya menangkap dan mengerti suatu materi pelajaran. Kita harus bisa memperhatikan bagaimana tipe belajar tersebut supaya kita bisa lebih mudah mengerti materi pelajaran dan kita bisa mengembangkan petensi belajar kita dengan lebih optimal. Yang menjadi landasan pentingnya mengetahui tipe belajar kita sendiri adalah supaya kita bisa memahami dengan cepat dan optimal dalam suatu materi pelajaran.Â
Tipologi ini berfungsi sebagai dasar dalam memahami bahwa setiap individu memiliki cara belajar yang berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi cara mereka menyerap dan mengolah informasi. Dalam konteks pendidikan, mengenali tipologi belajar dapat membantu pendidik dalam menyesuaikan metode pembelajaran sesuai kebutuhan individu, sehingga memaksimalkan potensi belajar setiap anak.
Gaya belajar merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapat kan informasi yang pada prinsipnya Gaya belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Tipe belajar itu sebenarnya banyak, dan bahkan tidak sedikit orang yang bisa belajar dengan semua tipe belajar tersebut. Secara garis besar tipologi belajar dibagi menjadi tiga, yaitu: tipe belajar tersebut kepada 3 macam yaitu: (a) Visual, merupakan belajar menggunakan indera penglihatian dengan cara mengamati, mendemonstrasi, membaca, menggambar dengan memanfatkan alat peraga atau media, (b) Auditorial, yaitu di mana siswa lebih mudah belajar dengan mendengar, (c) Kinestetik, lebih suka belajar dengan cara terlibat langsung.
Tipe belajar auditorial adalah mengandalkan mendengar untuk mengingat, selama pelajaran berlangsung, mereka mungkin banyak berbicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Hamzah B. Uno mengatakan bahwa tipe belajar auditorial adalah belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat pelajaran.Â
Gaya belajar Visual adalah cara belajar di mana individu lebih baik dalam memahami dan mengingat informasi ketika disajikan dalam bentuk visual seperti gambar, diagram, peta konsep, atau video. Orang-orang dengan gaya belajar visual cenderung menggambarkan informasi dalam benak mereka sebagai gambaran visual, yang memungkinkan mereka untuk dengan mudah menghubungkan konsep-konsep yang berbeda dan memahami hubungan antara berbagai elemen. Ciri-ciri tipe belajar visual adalah, kebutuhan melihati sesuatu (informasi/ pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, terlalu reaktif terhadap suara, dan sulit mengikuti anjuran secara lisan.
Kinestetik adalah gaya belajar pada seseorang dengan cara mempelajari sesuatu dengan melibatkan gerakan fisik, menyentuh, dan merasakan atau mengalami suatu hal secara sendiri. Umumnya, mereka akan belajar dengan cara melakukan suatu hal atau terlibat langsung dengan sebuah persoalan. Â Ciri-ciri tipe belajar kinestetik adalah kita termasuk orang yang tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran, kita bisa merasa belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik, hanya dengan memegang kita bisa menyerap inftormasinya tanpa harus membaca penjelasannya. Dengan Guru mengetahui metode yang cocok untuk masing-masing tipe belajar siswa, maka seorang Guru akan lebih mudah dalam menyampaikan pelajarannya, dan siswa pun akan senang menerimanya sehingga hasilnya pun akan lebih baik.
Perbedaan individual merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran. Setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan berbeda-beda, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal ini dapat mempengaruhi cara mereka dalam menerima, memproses, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh selama pembelajaran.
Perbedaan individu dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor penting. Intelegensi merupakan salah satu faktor utama, siswa dengan tingkat kecerdasan tinggi biasanya lebih cepat memahami materi pelajaran dibandingkan mereka yang memiliki intelegensi rendah. Selain itu, bakat alami juga berperan signifikan, siswa yang memiliki bakat khusus cenderung lebih tertarik dan berprestasi dalam bidang yang sesuai dengan bakat mereka. Gaya belajar individu, yang mencakup preferensi seperti visual, auditori, atau kinestetik, juga mempengaruhi bagaimana mereka menyerap informasi. Misalnya, siswa dengan gaya belajar visual lebih mudah memahami materi melalui gambar atau diagram, sedangkan siswa kinestetik lebih efektif ketika terlibat langsung dalam praktik. Selanjutnya, motivasi belajar sangat menentukan seberapa besar usaha dan ketekunan yang dikeluarkan siswa dalam proses pembelajaran; siswa yang termotivasi cenderung lebih aktif dan berkomitmen. Terakhir, latar belakang sosial-budaya di mana siswa dibesarkan mempengaruhi karakteristik dan cara belajar mereka, karena lingkungan sosial dan budaya dapat membentuk sikap serta nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan. Semua faktor ini saling berinteraksi untuk membentuk pengalaman belajar yang unik bagi setiap individu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI