Mohon tunggu...
Ruang Mahasiswa
Ruang Mahasiswa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa berfokus pada bidang politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Seorang Siswa SMA Melawan Pungli di Sekolah

25 Juni 2024   22:03 Diperbarui: 25 Juni 2024   22:03 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ditulis Oleh : Muji Indra Waeni Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pamulang

KASUS SEORANG SISWA SMA MELAWAN PUNGLI DI SEKOLAH

Di sebuah SMA yang terletak di pinggiran kota besar, tersembunyi praktik pungutan liar (pungli) yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Berbagai pungutan yang tidak jelas peruntukannya sering kali dibebankan kepada siswa dan orang tua mereka, mulai dari uang
kegiatan ekstrakurikuler hingga biaya tambahan untuk keperluan sekolah yang tidak pernah dijelaskan dengan transparan. Di tengah keheningan yang memalukan ini, muncul seorang siswa bernama Budi (nama samaran) yang berani mengungkapkan kebenaran.

Budi adalah siswa kelas XI yang dikenal cerdas dan berprestasi. Meskipun berasal dari keluarga sederhana, Budi selalu menempati peringkat teratas di kelasnya. Dia dikenal sebagai siswa yang kritis dan tidak takut berbicara. Ketika mendengar keluhan teman-temannya tentang pungutan yang tidak masuk akal, Budi merasa ada yang tidak beres. Dia mulai melakukan investigasi sendiri, mengumpulkan bukti-bukti berupa kuitansi dan testimoni dari teman-temannya.

Dengan tekad yang kuat, Budi memutuskan untuk melaporkan temuan ini ke pihak berwenang. Dia membuat laporan tertulis yang mendetail dan melampirkan semua bukti yang telah dikumpulkannya. Namun, tindakan Budi ini menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan. Pihak sekolah, yang ternyata terlibat dalam praktik pungli tersebut, merasa terancam. Kepala sekolah dan beberapa oknum guru berusaha menutupi skandal ini dengan berbagai cara, termasuk memberikan tekanan kepada Budi.

Awalnya, Budi hanya menerima teguran dan peringatan. Namun, semakin kuat upayanya untuk mengungkap kebenaran, semakin besar tekanan yang diterimanya. Puncaknya terjadi ketika pengumuman kenaikan kelas tiba. Meskipun Budi memiliki nilai yang sangat baik, dia dinyatakan tidak naik kelas. Alasan yang diberikan pihak sekolah adalah adanya ketidakdisiplinan dan perilaku yang dianggap merusak nama baik sekolah.

Kabar tentang ketidakadilan yang dialami Budi pun menyebar luas. Media lokal mulai meliput kasus ini, dan banyak pihak yang merasa simpati terhadap Budi. Organisasi anti korupsi dan lembaga bantuan hukum menawarkan bantuan untuk memperjuangkan keadilan bagi Budi. Dengan dukungan dari berbagai pihak, kasus ini pun dibawa ke ranah hukum.

Pengadilan akhirnya membuktikan bahwa Budi telah dijadikan kambing hitam untuk menutupi praktik pungli yang dilakukan oleh oknum sekolah. Kepala sekolah dan beberapa guru yang terlibat diberhentikan dan dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku. Budi mendapatkan kembali haknya untuk naik kelas, dan lebih dari itu, dia mendapatkan penghargaan sebagai pejuang keadilan dari berbagai lembaga.

Kisah Budi adalah sebuah pengingat tentang pentingnya keberanian untuk melawan ketidakadilan. Meskipun harus menghadapi berbagai risiko, kebenaran pada akhirnya akan terungkap. Budi tidak hanya berhasil mengungkap praktik pungli di sekolahnya, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk berani berbicara dan melawan korupsi dalam segala bentuknya.

Dengan keberaniannya, Budi telah membuktikan bahwa satu suara yang berani berdiri melawan ketidakadilan dapat membawa perubahan besar. Sebuah sekolah yang bersih dari praktik pungli tidak hanya memberikan pendidikan yang lebih baik, tetapi juga menciptakan lingkungan yang jujur dan adil bagi semua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun