Napak Tilas Perkembangan Sejarah Demografi
Menurut sejarahnya, proses dalam pencatatan statistik kependudukan sudah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu namun dalam ruang lingkup kecil dan masih sangat terbatas. John Graunt, seorang warga negara inggris dikenal sebagai pelopor dalam bidang pencatatan statistik penduduk. Bukunya yang terkenal berjudul Natural and Political Observations Mentioned in a Following Index and Made Upon The Bills Of Mortality yang didalamnya sebagian besar berisi mortalitas dan selebihnya fertilitas, migrasi, perumahan, data keluarga, perbedaan  anatar kota dan negara dan jumllah penduduk laki laki yang berada dalam kelompok umur militer.
Data yang digunakan pada waktu itu diterbitkan secara berkala leh petugas gereja setiap minggu, dimana data tersebut berisi data kelahiran dan kematian bersumber dari catatan Bills Of Mortality, maka dari hasil itulah Graunt mencetuskan "hukum-huum pertumbuhan penduduk". Menyarankan oleh Graunt agar penelitian mengenai kependudukan lebih menekankan pada komposisi menurut negara, jenis kelamin, agama, umur dan lain sebagainya. Salah satu kelebihan pendekatan  oleh Graunt ini adalah telitinya dalam pengumpulan data. Dan apabila data yang dikumpulkan masih terlalu sedikit, dia menggunakan system estimasi.
Graunt melakukan penelitian empiris terhadap jumlah dan perkembangan penduduk di London pada waktu itu. Dari usaha tersebut Graunt dijuluki sebagai Bapak Demografi akan perkembagan demografi yang cukup pesat dan menarik pada waktu itu. Dalam sejarahnya Graunt mendapat banyak dukungan dari salah satunya William Petty, seorang yang ahli dalam statistik. Selain itu, usaha memanfaatkan data statistik penduduk dilakukan pula oleh Edmund Halley, seorang astronom yang menyusun table kematian (life table) modern pertama di kota Breslau pada tahun 1687-1691. Setelah era Graunt tersebut, perhatian publik terhadap data kependudukan baik angka lahir atau angka kematian terus meningkat.
Dalam sejarah perkembangan ilmu demografi terjadi permasalahan akan pembagian cabang ilmu ini. Yang dimana awalnya para pengamat bahwa demografi ini focus terhadap statistik penduduk dan analisisnya. Pendapat ini dapat dimenegerti karena pelopor dari geografi seperti Graunt dan Sussmilch menganggap demografi sebagai bio-social bio-keeping, yang berarti kelahiran sebagai faktor bertambahnya jumlah penduduk dan kematian sebagau faktor penguurangan terhadap jumlah penduduk. Kemudian beberapa pengamat membedakan mmasalah penduduk menjadi dua yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dimana kualitatif membahas akan segi genetis dan biologis, sedangkan kuantitatif membahas akan persebaran penduduk, komposisi dan jumlah.
Tantangan bonus Demografi dalam perspektif entrepreneurship kepemimpinan.
Jumlah penduduk Indonesia semakin tahunnya semakin bertambah dan diprediksi setiap tahunnya akan terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2018 lalu jumlah populasi Indonesia mencapai 265 juta jiwa. Kemudian, pada 2024, angkanya berpotensi meningkat hingga 282 juta dan sekitar 317 juta jiwa pada 2045. Data BPS 2018, jumlah generasi millennial berusia 20-35 tahun mencapai 24 persen, setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif (14-64 tahun). Maka melihat data tersebut, jumlah populasi kalangan millennial (pemuda) tergolong banyak. Maka tidak heran pemuda dikatakan sebagai garda perubahan bangsa, maka inilah yang disebut sebagai bonus demografi. Bonus demografi secara sedrhana kita dapat pahami banyaknya usia produktif dibandingkan dengan usia non-produktif. Yang tentunya akan berpengaruh dalam pengembangan inovasi dan kreatifitas dalam mengahadapi perubahan zaman terutama dalam hal ekonomi.
Melihat peluang besar ini maka negara kita perlu dalam mengembangkan pemuda pemuda millennial ini dalam perkembangan ekonomi untuk mengejar ketertinggalan kita dan enjadi salah satu negara maju. Terbentuknya  jiwa kewirausahaan dalam kepemimpinan merupakan salah satu cara untuk mampu mengahadapi tantangan bonus demografi ini.kita sudah memiliki modal utamaa yaitu banyaknya angkatan produktif yang siap akan pembangunan dan menjadi penguatan sumber daya manusia. Dewasa ini kita dihadapkan pada situasi perubahan secara cepat melalui perkembangan internet yang teruss berkembang. System ekonomi global dewasa ini telah membuat sekitar satu milyar dari 5,8 milyar penduduk dunia terintegritas melalui produk dan pasar. Kapasitas dan kompetensi mengatasi perubahan tersebut kini menjadi faktor pembeda antara kepemimpinan dengan manajemen.
Dengan memperhatikan perbedaan fundamental tersebut antara kepemimpinan dan manajemen terdahulu  dapat diidentifikasi asas-asas kepemimpinan yang perlu mengacu dalam pengembangan kepemimpinan. Melihat perubahan yang semakin cepat maka diperlukan pemimpin yang mampu bertahan dan tetap kuat dalam menjalankan gagasan idenya dalam hal kewirausahaaan. Dalam menghadapi bonus demografi tantangan pemuda saat ini ialah mampu memiliki sumber daya manusia yang mampu bersaing, unggul, kompeten dan berintegritas. Bonus demogrfi ibarat mata pedang bermata dua, dimana disisi lain mampu menjadi potensi namun disisi sebaliknya malah menjadi tantangan dalam sebuah negeri.
Menjadi peluang apabila pemerintah mampu mempersiapkan dengan baik berupa lapangan pekerjaan agar membangkitkan ekonomi kreatif dikalangan pemuda. Setidaknya ada empat bidang yang perlu diperhatikan apabila menjadikan bonus demografi sebagai peluang. Pertama, melindungi penduduk yang sudah bekerja dan dapat terus bekerja. Kedua, Â memfasilitasi enduduk yang masih bekerja dan menunjang untuk memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Ketiga, membuka kesempatan kerja agar angkatan baru kerja memperoleh dalam pekerjaan. Keempat yaitu, menyiapkan anggakatan kerja baru yang berkompotensi tinggi sesuai permintaan pasar tenaga kerja. Salah satu jiwa kewirausahaan merupakan model dalam tarnformasi kepemimpinan, dimana memiliki bebrapa karakterk yang perlu dikembangkan dalam menghadapi perubahan. Termasuk dalam hal ini adalah tantangan bonus demografi, diantarnya pengembangan individu yaitu;
Kualitas sebagai agen perubahan. Pemimpin transformasional memiliki kreativitas, inovatif, dan fleksibel dalam berorganisasi kepribadian dan kean professional membuat dia mampu memimpin di lingkungannya.