Mohon tunggu...
Indriani Rahmawaty
Indriani Rahmawaty Mohon Tunggu... Jurnalis -

Perindu malam yang cenderung introvert. Buku&teh adalah moodbooster, serta kerap menggores cerita di kanvas pribadi bernama rianrahma.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Media Sosial, Membangun Atau Malah Menghancurkan?

6 Juni 2016   18:43 Diperbarui: 6 Juni 2016   18:52 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini, banyak pengguna LinkedIn yang merasa 'gerah' dengan kehadiran oknum yang berkeliaran di situs jaringan bisnis itu. Pasalnya, mulai muncul akun-akun yang dipandang tidak profesional. Mereka menggunakan foto profil, menyebarkan informasi yang menyinggung SARA, politik, berkomentar tidak sopan atau hal lainnya yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan bisnis. Bahkan kabarnya, kemunculan akun-akun tersebut kini tengah jadi perhatian banyak netizen di luar negeri.

Sejak awal diluncurkan pada 2003 silam, LinkedIn memang ditujukan untuk menjaring para profesional. Linked In merupakan situs web jaringan sosial yang berorientasi bisnis dan kerap jadi rujukan perusahaan dalam merekrut karyawan. Fungsinya yang nggak 'kacangan' itulah yang mungkin disayangkan banyak pihak profesional. Sebab, kelakuan oknum tadi secara tidak langsung bakal memengaruhi gaya hidup pengguna akun LinkedIn. Khawatir jika situs yang tadinya punya fungsi eksklusif, mendadak tercemar oleh pengguna akun yang tidak bijak. 

Fenomena oknum LinkedIn di atas hanyalah salah satu potret bahwa di era teknologi seperti sekarang, masih banyak akun media sosial tidak digunakan semestinya. Mungkin masih banyak pengguna yang belum 'melek' terhadap keuntungan dan kerugian dari media sosial. Padahal setiap teknologi, termasuk media sosial diharapkan bisa memberikan banyak keuntungan dibanding kerugian. Namun untuk bisa memanfaatkannya, setiap orang memang harus mengetahui pasti apa tujuan dan alasan mereka membuat akun media sosial.

Coba ingat kembali, apa tujuan dan alasan Anda saat pertama kali membuka akun di media sosial. Apakah untuk memperluas jaringan, menemukan teman sehobi, media silaturahmi dengan kawan lama, berbagi karya, sekadar punya, ikut-ikutan atau ada alasan lain? Pertanyaan tersebut menjadi penting lantaran media sosial punya dua mata pisau yang sama-sama tajam. Di satu sisi, bisa membangun karakter Anda dengan menjadikannya media promosi diri yang efektif. Namun di sisi lain, juga berpotensi menghancurkan karier dan merugikan Anda.

Salah seorang sahabat saya bernama A, misalnya, paham bagaimana membangun brandingnya sebagai illustrator di Instagram. Awalnya memang sebatas hobi, namun dia tekun melatih diri dan mengunggah karyanya di situs berbagi gambar tersebut sejak kuliah. Usahanya itu membuahkan hasil. Karya A mulai dilirik perusahaan desain di luar negeri. Tawaran proyek desain pun berdatangan. Tak main-main, fee yang dia terima bahkan mencapai puluhan juta. Asyik, ya?

Saya rasa, pengalaman A juga banyak dirasakan pengguna media sosial lain yang merasakan betul manfaat dari media sosial. Media sosial, jika difungsikan dengan baik dan efektif bisa membangun karier kita. Tak hanya urusan bisnis, faktanya media sosial pernah mengubah banyak hal. Anda tentu sudah tak asing dengan petisi online yang jadi kenyataan, bukan?

Makanya, amat disayangkan jika kekuatan media sosial justru membawa dampak buruk bagi penggunanya. Apalagi jika hanya karena komentar atau tidak bijak mengunggah sesuatu sampai merugikan penggunanya. Mulai dari penipuan, pemerkosaan, perdagangan illegal, hingga pencemaran nama baik yang berujung pada pengadilan. Bukannya untung, malah buntung toh.

Ada juga kebiasaan remeh lain bermain media sosial yang berpotensi menghancurkan karier seseorang. Misalnya, Anda menggunakan media sosial sebagai sarana curhat dan menuliskan kata-kata makian. Tentu Anda sudah tahu bahwa perusahaan kini banyak menjadikan media sosial calon karyawannya sebagai referensi untuk menilai kepribadian dan kredibilitasnya.

Jadi, sebelum Anda menyesal gara-gara media sosial Anda sendiri, alangkah bijaknya untuk membenahi kembali media sosial Anda. Apa yang sudah diunggah ke internet, memang tidak dapat ditarik kembali. Namun, Anda masih bisa membangun karier diri dengan menjadikan media sosial sebagai sarana berbagi informasi positif mulai saat ini. 

Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun