Adakah yang tahu arti nekad? Keras kepala? Melawan kebenaran yang belum tentu benar Tak takut mati hanya karena yakinnya hati Sujud membeku oleh panasnya suhu 26 Oktober 2010 Merapi Tampak masih gagah dan kokoh Edelweisnya masih harum, burungnya masih riang Batu hitam masih menempel kuat di tanahnya Walau kondisi puncak sudah tak bergaruda Salju abu dimana-mana Kau tetap garang Melupakan tragedi tujuh bulan lalu Dengan keyakinan serupa kami menginjakmu Tanpa rasa ragu mirip sang juru kunci Bedanya hanya kondisi raga yang tak bersahabat Tercengkeram oleh angin yang mencekik perut Barameru bukan hanya tempat singgah Tepat untuk memanggilmu Wahai, Puncak Lahar! Kau memang berbeda dari sahabat-sahabatmu Tak hanya berapi Kau juga istimewa di mata kami Edelweismu lembut tak seperti tingkahmu kemarin Udaramu tak sepanas amarahmu Pohonmu setia menghangatkanmu walau lidahmu menjilat hangus mereka Puncakmu seperti salju dari jauh Kau memang lain, Barameru Entah apa yang merasuki kami Apakah semacam keras kepala? Mengabaikan perintah nyata dari kuasa negara atau, Rasa keingintahuan yang tak beralasan? Ego yang merasuki dan menegakkan muka? atau, Hanya sekedar memuaskan batin yang terbunuh waktu? Kami benar-benar tak mengerti Padahal kemarin ia baru saja membunuh puluhan orang Ia baru saja memuntahkan banjir yang siap melahap Ia baru saja membawa duka panas dan dingin Ia baru saja mematahkan kebenaran manusia Ia baru saja meledak! Tapi, kami tak peduli Beruntung, kami tak gosong oleh keegoisan... Ditulis 24 Mei 2011 setelah pendakian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H