INI pengalaman yang kedua berjumpa Armida Salsiah Alisyahbana. Waktu ikut seminar di universitas ternama di Jakarta, semasa kuliah sarjana dulu. Dan sekarang, aku kembali bertemu dengannya, di Auditorium Widya Loka Universitas Brawijaya, 1 Februari 2012 lalu. Armida didaulat memberikan kuliah tamu berjudul “Indonesian Economy in Global Change: Prospect and Challenge”.
Armida, yang dulu dan sekarang tetaplah sama. Meskipun sekarang dia telah menjadi seorang Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas RI. Gaya bicaranya dan keintelektualannya, membuat saya selalu menantikan mendapat kuliah langsung darinya. Yang saya suka dari Armida ialah karena ia seorang yang berpembawaan tenang. Ia kritis tapi bijaksana. Tidak meledak, tapi memberikan argumentasi yang kuat, data akurat, dan solusi konkret.
Saya mengenal Armida, dari bacaan-bacaan Working Paper SMERU, yang merupakan salah satu lembaga penelitian terkemuka di Indonesia, sekitar tahun 2003. Tulisan-tulisan Armida dapat juga dijumpai di jurnal-jurnal nasional dan internasional. Namun, waktu itu akses informasi, terlebih jurnal internasional, tidak semudah seperti saat ini. Dari tulisan-tulisan Armida itulah, saya mengenal ilmu ekonomi perencanaan dan ekonomi regional, yang sebenarnya merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda, namun saling komplementer. Dan dari bacaan-bacaan itu juga saya mulai mengenal para ahli lain bidang ilmu ini seperti Iwan Jaya Aziz (Dosen UI, sekarang dosen di Cornell University, AS).
Sangat penting bagi kita untuk mendapatkan teladan dari pemimpin. Dan Menteri Armida adalah salah satu panutan bagi saya pribadi. Dia perempuan, dia pandai, dia tenang, dan punya kontribusi besar terhadap ilmu pengetahuan. Dan sekarang dia menjadi menteri yang punya tanggung jawab terhadap masa depan pembangunan negara ini.
Dipilih menjadi menteri, bagi Armida, yang merupakan Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Padjajaran ini, adalah harga yang pantas dari kualitas dan seluruh dedikasinya dalam dunia ilmu pengetahuan. Namun demikian tak membuatnya lupa kehidupan kampus. Dalam kuliah tamu itu, saya sempat merekam Armida mengatakan: “Meskipun sekarang saya ada di pemerintahan. Saya senang kalau diundang ke kampus. Saya selalu rindu ke kampus. Bagi saya kampus adalah rumah yang teduh. Jauh dari hiruk pikuk.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H