Mohon tunggu...
Rian Herdiansyah
Rian Herdiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Padjadjaran

Hai, saya adalah seorang yang senang dalam menulis sesuatu, apapun hal itu saya tulis, saya juga orang yang bisa beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan yang baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wibu: Tidak Seperti yang Terlihat

5 Januari 2023   17:00 Diperbarui: 5 Januari 2023   16:58 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kegiatan event cosplay anime (sumber foto: opconventioncenter.com )

Animasi dan komik Jepang telah mewabah ke seluruh negara yang ada di berbagai benua tidak terkecuali di Indonesia sendiri. Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari oleh berbagai kalangan baik anak-anak maupun orang dewasa. Anime sendiri merupakan animasi khas Jepang yang memiliki ciri nya sendiri dibandingkan dengan animasi lainnya.

Di Indonesia anime mulai muncul pada tahun 1990-an yaitu saat televisi swasta Indonesia banyak menayangkan film anime. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penayangan anime sejak tahun 1990 hingga sekarang, anime-anime yang sering ditayangkan seperti Doraemon, Inuyasha, Kenshin, dll. Saat ini anime bisa dinikmati tidak hanya dengan televisi, munculnya internet memudahkan kita untuk menikmati anime terbaru.

Dengan munculnya anime dan banyaknya orang yang menggemari anime memunculkan julukan wibu. Julukan tersebut kerap melekat pada orang-orang yang menyukai hal-hal yang berbau budaya Jepang, tidak hanya anime saja lagu-lagu, game, fashion, bahkan bahasa.

Namun kenapa seseorang yang menyaksikan animasi Jepang langsung dilabeli dengan sebutan wibu. Hal tersebut dirasakan oleh penulis ketika sedang menonton animasi Jepang, lalu ada teman yang datang melihat dan langsung melabeli saya sebagai wibu. Padahal waktu itu saya hanya menonton anime saja tidak mengikuti trend-trend Jepang yang lainnya, tapi kenapa setiap orang yang melihat seseorang menonton anime langsung melabeli mereka dengan sebutan wibu.

Banyak stereotip yang bermunculan soal wibu ini. Wibu dianggap freak, jarang mandi, hanya bisa berkhayal, introvert, dan sederet stereotip lainnya. Yang menjadi pertanyaan, apakah semua stereotip itu benar? Hal tersebut tidak benar adanya, tidak semua wibu seperti itu.

Banyak teman saya yang seorang wibu dan kebanyakan dari mereka tidak seperti stereotip yang dikatakan. Memang, sesame wibu lebih merasa nyaman berinteraksi dengan mereka yang sama menyukai budaya Jepang. Bukankah itu sifat dasar dari manusia? Bukankah kita juga merasa nyaman ketika berada di tengah orang-orang yang mengerti dengan kesukaan kita? Wibu juga tidak jauh berbeda dari itu. Untuk itu kita harus lebih menghargai apa yang menjadi kesukaan seseorang, selama tidak merugikan kita atau melanggar aturan yang ada, itu tidak menjadi masalah.

Anime memang hanya fiksi belaka, tapi kalau kita bisa memilah dan memilih hal-hal yang kita dengar dan kita lihat. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari anime-anime yang ada. Bukalah mata selebar-lebarnya dan luaskanlah pandangan kalian terhadap budaya satu ini.

Memang susah melepaskan stereotip yang sudah ada, terlebih stereotip itu tidak muncul begitu saja, pasti ada data yang mendasarinya. Akan tetapi, hendaknya kita bisa memberi kesempatan pada diri kita untuk melihat dari sisi lain dari sesuatu yang sebelumnya kita pandang negatif.

Hanya mengingatkan, ketika kita menyukai hal yang kita sukai dan mulai mendalaminya, sebaiknya jangan terlalu berlebihan. Jangan sampai hal yang kita sukai bisa merubah perilaku kita atau malah merugikan diri kita sendiri. Harus bisa membatasi diri agar kita tidak berlebihan, untuk orang-orang juga tidak sepatutnya untuk tidak langsung melabeli seseorang yang hanya menonton anime dengan sebutan wibu. Jangan sampai perkataan kita mempengaruhi dan berakibat buruk pada seseorang yang wibu atau hanya sekedar menonton anime saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun