Mohon tunggu...
Rian Herdiansyah
Rian Herdiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Padjadjaran

Hai, saya adalah seorang yang senang dalam menulis sesuatu, apapun hal itu saya tulis, saya juga orang yang bisa beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan yang baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sampah Nodai Keindahan Alun-Alun Cicalengka

4 Januari 2023   13:18 Diperbarui: 4 Januari 2023   13:34 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alun-alun Cicalengka merupakan pusat perbelanjaan sekaligus tempat rekreasi bagi semua masyarakat yang ada di daerah sana tidak terkecuali bagi saya yang dari daerah luar Cicalengka. 

Dengan banyaknya kios-kios makanan yang ada disana dan berjejer para pedagang kaki lima menjadikan alun-alun Cicalengka tempat yang ramai didatangi oleh pengunjung. 

Namun ada hal yang sangat disayangkan, masih kurangnya fasilitas tong sampah di sekitaran jalan Cicalengka menjadi kekurangan yang ada disana. Tong sampah hanya ada di sekitar alun-alun dan penempatannya kurang strategis karena jarang dilewati orang-orang. Hal ini pun menyulitkan bagi orang yang ingin membuang sampah kecil karena tidak adanya fasilitas tong sampah. 

Orang-orang akhirnya memilih untuk membuangnya ke selokan atau ke tempat yang kumuh untuk membuang sampah kecil. Meskipun itu sampah kecil akan tetapi sampah tetaplah sampah.

Pada tahun 2021 Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat volume sampah di Indonesia yang terdiri dari 154 Kabupaten/kota se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton setiap tahunnya. Hanya 13,2 juta ton atau 72,95% sampah yang terkelola dengan baik. 

Ini terjadi dikarenakan masih terbatasnya daya tampung pembuangan sampah baik Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) maupun Tempat Penampungan Sementara (TPS).  Kabupaten Bandung sendiri mencapai 1.268 ton sampah per hari yang dihasilkan masyarakat Kabupaten Bandung. Dan hanya 300 ton sampah yang terangkut ke pembuangan akhir.

Ini bisa disebabkan karena sarana dan prasarana yang belum memadai dan pengetahuan masyarakat sendiri yang masih kurang dalam pengolahan sampah. Meskipun sudah ada fasilitas tong sampah tetap saja tong sampah yang disediakan hanya satu dan semua sampah dimasukan kesana tidak ada pemilahan sampah sama sekali. 

Masyarakat perlu mencontoh negara maju di Asia contohnya Jepang, masyarakat Jepang sangat disiplin dalam mengelola sampah, department store, convenience store, dan supermarket disana menyediakan kotak-kotak sampah untuk tujuan daur ulang. 

Bahkan di beberapa supermarket tersedia kemasan susu dan jus yang terbuat dari kertas, uniknya lagi dalam kemasan kotak susu atau jus, terdapat ilustrasi tentang menggunting dan melipat kemasan sebelum dimasukkan ke dalam kotak daur ulang.

Sementara itu di Eropa terutama di Swedia, selalu mengedepankan bahwa sampah merupakan salah satu sumber daya yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Dasar pengelolaan sampah diletakkan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah juga didukung oleh kesadaran masyarakatnya sendiri yang sudah sangat tinggi. 

Di Indonesia sendiri berbagai cara sudah dilakukan dalam pengolahan sampah namun yang menjadi kurang adalah sarana dan prasarananya sendiri contoh kecilnya saja masih kurangnya tong sampah di beberapa titik jalan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun