Mohon tunggu...
Rian Gifari
Rian Gifari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mataku Sakit

23 Oktober 2009   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:33 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataku sakit. Entah sudah berapa lama sejak organ optikku ini tertusuk tongkat pramuka waktu aku latihan kemarin. Benar juga. Baru kemarin anak-anak ekskul pramuka di sekolahku berlatih, tapi entah kenapa sudah terasa sangat lama. Benar-benar sudah terasa sangat lama. Apa karena begitu banyak hal yang telah terjadi, kemarin?

Ya, aku melihatnya duduk berdua dengan seorang pria. Dia? Dia bukan pacarku. Sahabat baik pun tidak. Cemburu? Tidak, sama sekali tidak. Aku tidak punya secuil pun hak untuk cemburu, karena sekali lagi, dia bukan pacarku. Sahabat pun tidak.

Mataku sakit. Kemarin malam setelah latihan selesai dan aku kembali pulang ke rumah, Ibu memarahiku. Pulang telat, itu sebabnya. Aku sendiri juga mungkin sedang linglung waktu itu. Seharusnya aku bisa pulang naik kendaraan umum. Sebut saja, angkot, becak, ojek, bus kota. Namun kemarin sore aku pulang jalan kaki meskipun aku sudah sangat mengerti akan betapa jauhnya jarak dari sekolah ke rumahku.

Sebelum aku berangkat, dia menawariku untuk pulang bersama. Kenapa? Pastinya bukan karena ada sesuatu yang khusus antara aku dan dia. Sebenarnya, kejadian tertusuknya mataku dengan tongkat adalah karena kecerobohannya. Jadi mungkin dia menawariku untuk pulang karena ada perasaan bersalah dan belas kasihan yag mengusiknya. Namun sayangnya aku tidak menerima maksud baiknya itu. Aku harus pulang jalan kaki sore ini.

Mataku sakit. Setelah Ibu memarahiku, aku dibawa ke seorang dokter mata kenalan keluargaku karena Ibu melihat sebercak darah di bagian putih mataku, walaupun untung saja tidak sampai mengenai kejernihan hitam mataku. Tapi aku menolak ajakan ibu karena sebelum pulang, aku sudah dibawa ke tempatnya oleh pembina ekskulku.

Sang dokter adalah seorang yang sangat baik dan hubunganku lumayan dekat dengannya. Aku pun sering curhat dengannya kalau kami bertemu. Ya, tempat prakteknya sangatlah dekat dengan sekolahku.

Mataku sakit. Kata dokter darah ini akan hilang dengan cepat seiring waktu. Tapi ia menanyaiku tentang air mata yang berlinang di pipi kiriku padahal mata kanankulah yang terkena tongkat itu. Kenapa kau menangis, tanyanya.

Mataku sakit, dok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun