Telah kau titipkan secarik kertas yang begitu kamu buka nanti saat menyesali, padahal telah dibuka jauh-jauh hari, isinya tentang sunyi dan cinta yang menelan sakit, lalu untuk apa dibicarakan lagi bunyi yang menjauhi sunyi, sedang kita tahu semua serupa mentari pada malam hari.
"Ini perihal luka yang mencari sakitnya sendiri," katamu
"Lalu untuk apa suara memoar yang melengking itu?" tanyaku
Akhirnya semua menjadi keras, kepala menari diantara lirik-lirik malam hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!