Praktik puasa sebagai bentuk ibadah yang dijalankan oleh umat beragama sering kali berbenturan dengan nilai-nilai kapitalisme dan konsumerisme yang kian mengemuka dalam masyarakat modern. Sebagai konsep ekonomi dan sosial yang menempatkan kepentingan ekonomi sebagai prioritas, kapitalisme memberikan pengaruh besar terhadap cara hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari.Â
Dalam tulisan ini, saya akan membahas dampak konsumerisme dalam masyarakat modern terhadap praktik puasa, dengan mengacu pada teori tokoh sosial-kultural, Pierre Bourdieu.
Bourdieu menyatakan bahwa praktik sosial dipengaruhi oleh habitus, yaitu keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan tindakan yang dikonstruksi oleh suatu kelompok sosial.Â
Dalam konteks ini, praktik puasa dianggap sebagai bagian dari habitus yang dijalankan oleh umat beragama tertentu. Namun, dampak konsumerisme dapat mempengaruhi habitus tersebut dan mengubah praktik puasa yang semula berlandaskan nilai-nilai religius menjadi lebih terpengaruh oleh nilai-nilai kapitalis.
Pertama-tama, konsumerisme dapat mempengaruhi cara umat beragama dalam melaksanakan praktik puasa. Dalam masyarakat modern yang serba cepat dan materialistik, puasa sering kali dianggap sebagai hambatan dalam mencapai tujuan material dan konsumsi. Banyak orang yang lebih memilih mengabaikan praktik puasa dan menjadikan konsumsi sebagai prioritas utama.Â
Hal ini terlihat dari banyaknya restoran dan kafe yang tetap buka selama Ramadan dan menyajikan makanan dan minuman spesial yang dianggap sebagai bagian dari "tradisi" Ramadan. Akibatnya, praktik puasa menjadi lebih terpengaruh oleh nilai-nilai konsumerisme dan materialistik, yang bertentangan dengan nilai-nilai religius.
Kedua, konsumerisme juga dapat mempengaruhi sikap umat beragama terhadap praktik puasa. Dalam masyarakat modern yang cenderung memuja konsumsi dan kemewahan, banyak orang yang merasa terasing dari praktik puasa yang dianggap sebagai bentuk pengorbanan dan penahanan diri. Mereka lebih memilih untuk hidup dalam kenyamanan dan kemewahan, dan menganggap praktik puasa sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman dan tidak relevan.Â
Hal ini dapat mempengaruhi habitus umat beragama dan mengubah nilai-nilai religius yang semula dipegang sebagai bagian dari identitas kelompok menjadi nilai-nilai yang tidak lagi relevan atau diabaikan.
Namun, di sisi lain, praktik puasa juga dapat membawa dampak positif dalam menghadapi konsumerisme dan materialisme yang menguat dalam masyarakat modern. Sebagai praktik sosial yang menekankan pada kebersamaan, kesederhanaan, dan ketahanan diri, puasa dapat membantu membangun solidaritas sosial dan mengurangi dampak negatif konsumerisme dalam masyarakat modern.
Dalam konteks ini, praktik puasa dapat dianggap sebagai bentuk resistensi terhadap hegemoni kapitalisme dan konsumerisme yang mendominasi masyarakat modern. Seperti yang disebutkan oleh Bourdieu, praktik sosial dapat membentuk identitas kelompok dan memperkuat kesadaran kelas.Â