Buncit perut ibuku karena mengandung, tidak seperti bapak yang selalu menghabiskan sisa makanan ketika lapar merundung. Keduanya seperti karapan sapi.
Kedatangan cahaya matahari pagi di depan pintu rumahku masih menjadi misteri. Juga tumbangnya pohon kelapa dikebun belakang yang menjadi atensi. Satu persatu pertanyaan lahir dari dalam lidah mereka~satu di antaranya mengatakan: "Hai bocah. Berikan aku wadah untuk meluapkan amarah."
Jenjang waktu tidak dapat di ukur. Sulit menemukan jawaban jika kebodohan mengukir di sebuah batu yang keras kepala.
Sia-siakah, berjalan menaiki anak tangga lalu menjatuhkan diri melalui jendela kaca.
Serpihan, ataukah puing-puing yang berserakan jika aku harus memungut pecahannya.
Apakah ada manusia berbuat dosa di pagi hari? Karena tak ada anggapan yang suci saat senja dilahirkan.
Jangan butakan matamu, kemungkinan airmata tidak akan lagi tiris dikeduanya. Masih ada pelangi untuk kau nikmati tanpa basa-basi.
Lihat. Apa yang kucuri dari dalam lemari pakaianmu. Apakah kau akan merasa kehilangan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H