Rindu adalah seperti buah yang ditimang dalam hati, menunggu waktu untuk mengungkapkan apakah akan berbuah manis atau sia-sia, dan mungkin saja terlupakan sehingga tak membutuhkan kenanganmu lagi. Oleh karena itu, kata-kata menjadi pengingat saat pikiran mulai memudar di sore hari.Â
Namun, kata-kata juga bisa menjadi hutan belantara yang membuatmu tersesat di dalamnya, dengan segala kemungkinan untuk kembali pulang yang tidak pasti. Kamu tersesat dalam perjalanan setapak menuju perjumpaan, dan rimbunnya semakin membingungkan arah dan logikamu. Ketika kamu bertanya seberapa jauh lagi perjalanan ini, mungkin saja kamu telah jatuh dan terluka dalam tebing. Kemudian, perjumpaan yang diidamkan malah menjadi awal perpisahan, dengan tangis yang mengulang kembali dari buah rindu yang sudah matang hingga daun-daunnya layu dan gugur, dan kita akan kembali ke dalam putaran yang sama.
Kusembunyikan perpisahan agar rindu tidak tersesat dalam pencarian perjumpaan," katamu pada saat ketika ingatan mulai melelap dan air mata menetes. Mari kita merayakan rindu yang masih samar di mata kita yang tak bosan untuk tenggelam di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H