Puisi ini didedikasikan untuk Najya Nurul Aulia dan menjadi Puisi terakhir di tahun ini. Aku berpuasa untuk tidak berpuisi sampai waktu yang tidak ditentukan.
Bunga itu masih tengadah di atas tanah basah berwarna merah, kelopaknya sembunyikan tetes embun yang luruh pasrah, putiknya menutupi separuh hati yang terlelap dalam akhir perjalanan panjang sebuah kisah.
Helai bunga pun tahu betapa tanah basah begitu rindu memelukmu, tanpa terujar kata sapa hanya merengkuh mesra, seolah tahu dia akan tetap tinggal dan menetap, acuhkan gerimis di pelupuk mata kekasih yang mengiba dan meratap.
Bersama bunga di atas tanah basah berwarna merah, kini harus mengerti perihal merelakan saat mencintai, harus melepas tanpa ikhlas dan merindukan tanpa hangatnya pelukan.
Di November ini akan kusimpan rapi segala ujaran perpisahan, kutitipkan di ujung paling dasar melupakan, tunggulah di sana, aku akan menemuimu bersama bunga ditemani tanah basah berwarna merah.
Bandung, 27 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H