Semula sajak ini bercerita. Tentang senyum yang menawan, juga binar matamu yang kehitaman. Begitupun tentang jarak yang terbangun begitu nyaman di antara pagi.
Sajak ini ingin sekali melukis tentangmu, yang berdiri diatas genggam harapan, yang berjalan kedepan; beriringan, tetapi setelah kau berkata, "Pergilah dan lupakan!" Sajak ini tersesat begitu saja diantara mata angin yang menyemu. Bahkan menghilang setelah menimbang ketetapan arah hatimu.
Dan kita akan kembali pada kutipan itu, bahwa segala yang menjelma menjadi duka dan luka, lekas padamkan! Kita yang bercerita, juga senja.
Karawang, 03 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H