Sustainable Development Goals (SDGs) ialah sebuah dokumen kesepakatan pembangunan global untuk melakukan pembangunan yang berkelanjutan dalam menghadapi tantangan dalam proses pembangunan (Ngoyo, 2015). Salah satu tujuan SDGs ialah "Energi Terjangkau dan Bersih", dalam upaya untuk mencapai hal tersebut, pemanfaatan sumber energi berkelanjutan penting untuk dilakukan, terutama dalam konteks lingkungan industri.
Energi merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan energi di masyarakat sebagai ujung tombak berbagai  sektor kehidupan manusia seperti pertanian, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan ekonomi (Azirudin, 2019). Namun, pemakaian energi yang berlebihan dari sumber-sumber fosil telah menyebabkan masalah lingkungan dan kelangkaan sumber daya. Selain penggunaan sumber-sumber fosil, Negara Indonesia bertumpu pada energi listrik, lalu pada 2013 ASEAN Centre for Energy (ACE) mencatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan penggunaan listrik paling boros di antara negara ASEAN lain.Â
Sebagai contoh, Kota Bogor yang termasuk dalam 20 kota besar dari 11 provinsi di Indonesia dengan presentase konsumsi energi yang mencapai hingga 91% dari konsumsi energi nasional (Prasetyo, 2020) Â Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk beralih ke energi berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu alternatif yang menarik adalah energi berbasis air.
Energi berbasis air adalah sumber energi yang dihasilkan dari eksploitasi aliran air, seperti sungai, sungai kecil, dan laut. Energi ini dapat dihasilkan melalui berbagai teknologi, termasuk pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga ombak, dan pembangkit listrik tenaga pasang surut. Energi air ini dikenal sebagai salah satu bentuk energi terbarukan, karena sumber daya air yang digunakan secara alami terjadi dalam siklus alam (Cendrawati,2015).
Energi berbasis air memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya sangat relevan dalam konteks pembangunan berkelanjutan :
- Sumber daya air adalah sumber energi yang tak terbatas, karena terus-menerus diperbarui melalui siklus alam. Ini berarti bahwa energi berbasis air tidak akan habis, sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (Pertiwi,2017).
- Energi berbasis air umumnya dianggap sebagai energi bersih, karena tidak menghasilkan produk sampingan seperti emisi karbon dan polusi udara. Hal ini sangat penting dalam mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
- Produksi energi berbasis air cenderung lebih stabil dan dapat diprediksi dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya seperti energi matahari dan angin. Ini membuatnya menjadi pilihan yang baik untuk memenuhi kebutuhan energi dasar.
- Proyek-proyek energi berbasis air seringkali menciptakan lapangan kerja dan mendukung ekonomi lokal, terutama di wilayah yang memiliki sumber daya air yang cukup.
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu aplikasi utama energi berbasis air dalam lingkungan industri. Sistem ini menggunakan aliran air untuk menggerakkan turbin, yang kemudian menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga air dapat ditemukan dalam berbagai skala, mulai dari bendungan besar hingga pembangkit listrik mikro yang digunakan di lokasi terpencil. Pemanfaatan energi berbasis air ini membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mengurangi emisi karbon, dan menyediakan sumber energi yang berkelanjutan untuk operasional industri (Rangkuti, 2023).
Hidrogen hijau merujuk kepada hidrogen yang dihasilkan melalui metode yang menggunakan sumber daya berbasis air, terutama melalui proses elektrolisis air. Dalam proses ini, air dipecah menjadi hidrogen dan oksigen dengan bantuan energi listrik. Hidrogen hijau dianggap sebagai sumber energi yang bersih dan berkelanjutan yang dapat diterapkan dalam berbagai sektor industri, termasuk transportasi, produksi baja, dan industri kimia (Kumar, 2019). Penggunaan hidrogen hijau membantu mengurangi emisi karbon dalam rantai pasokan industri dan mempromosikan pemanfaatan sumber energi berbasis air.
Air dingin dari sumber alam, seperti sungai atau danau, dapat digunakan dalam sistem pemanas dan pendingin industri. Teknologi pemanas dan pendingin berbasis air ini, seperti pompa panas air-air, dapat membantu mengurangi konsumsi energi, karena air umumnya memiliki kapasitas panas yang tinggi (Buffa, 2019). Ini berkontribusi pada efisiensi energi dan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh sistem pemanasan dan pendingin konvensional.
Energi kinetik dari gelombang dan arus laut merupakan sumber energi berbasis air yang difokuskan pada eksploitasi gerakan air laut. Teknologi seperti pembangkit listrik gelombang dan turbin arus laut mengubah pergerakan air menjadi energi listrik (Wiyaja, 2010). Penerapan ini biasanya lebih sesuai untuk industri yang terletak di dekat pantai atau perairan yang memiliki potensi energi laut yang tinggi. Pemanfaatan energi dari gelombang dan arus laut dapat menyediakan pasokan energi yang konsisten dan dapat diandalkan bagi sektor industri tersebut.
Meskipun energi berbasis air memiliki banyak keunggulan, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi diantaranya pembangunan pembangkit listrik tenaga air besar bisa memiliki dampak negatif pada lingkungan, termasuk perubahan aliran sungai dan hilangnya habitat alami. Penting untuk merancang proyek dengan berkelanjutan dan meminimalkan dampak lingkungan (Nautiyal, 2020). Energi berbasis air sangat tergantung pada pola cuaca dan curah hujan. Perubahan iklim bisa memengaruhi ketersediaan air, yang perlu diantisipasi dalam perencanaan energi berbasis air.
Tidak semua wilayah memiliki sumber daya air yang cukup untuk menghasilkan energi berbasis air. Dalam kasus ini, sumber daya energi lainnya harus dipertimbangkan. Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk mengintegrasikan teknologi yang lebih efisien, menciptakan peraturan yang ketat, dan melibatkan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pengembangan proyek energi berbasis air.