Mohon tunggu...
Riandi Wibowo
Riandi Wibowo Mohon Tunggu... -

Pemulung ditanah beta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reuni dengan Menir di Atas Rumput Hijau

6 Juni 2013   11:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:27 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak bisa ditampikan, sejarah akan diukir kembali pada abad ini. Sejarah dunia dimana tujuh milyar kepala seantero jagat ini mungkin memantengkan kedua bola matanya didepan Media Televisi. Diatas rumput hijau, romantika yang pernah dirasakan selama tiga ratus lima puluh tahun lalu akan menjadi denyut jantung rasa emosional 230 juta rakyat Indonesia, tak terkecuali Willem Alexander yang secara resmi telah diangkat menjadi raja Belanda. Waar is de HEER,.....?”( Dimana Tuhan...?)

Peristiwa yang akan menginspirasi dunia, dimana lagu kebangsaan dua negara itu akan melesat melampaui kecepatan suara. Menembus batin telinga tiap relung-relung kalbu yang akan melukiskan milyaran ekpresi. Gambaran ekspresi suka cita dan duka cita. Rumput hijau itu akan tersenyum kepada duniamenelan tiap cucuran keringat seperti anggur dan merentangkan hijaunya untuk tiap-tiap langkah guncangan kaki tanda semangat yang menggelora. Direnggutnya kenangan masa lalu, demi yang jauh lebih suci dari noda dan dosa.

Mari kita tuntun dunia, gemuruhkan rasa keindahan damai. Keindahan yang akan menidurkan unggulnya derajat ras, unggulnya kesucian agama, hebatnya keakuan uang dan kekuasaan. Lukiskan tinggi-tinggi dilangit sebagai petunjuk hujan, bahwa inilah yang sebenarnya Glory, Gold dan Gospel. Bumikan tiap-tiap detik peristiwa, tiap percik ekspresi warna dalam terang benderangnya cahaya. Tunjukan pada Tuhan, pada dunia, dan pada setiap jiwa, bahwa goal terindah itu adalah sejarah kebhinekaan yang mendunia. Kebhinekaan yang menyadarkan diri bahwa setiap peristiwa terjadi karena ada alasan cinta. Cinta yang dengan ketulusannya membangunkan dan membuka lidah mata, pendengaran dan hati, bahkan girang berteriak dengan indahnya bahwa nontot bola jadi candu yang memabukan sebagai petunjuk Tuhan itu ada.

============ TUHAN jadikan kami kehendak-MU, bumi yang seperti surga-MU ================

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun