Mohon tunggu...
Riandini Permata Haslindra
Riandini Permata Haslindra Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswi Universitas Sriwijaya

International Relation '19

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

The Art of Cyberwar: Relevansi Strategi Perang Sun Tzu dalam Perang Cyber

3 Desember 2021   15:46 Diperbarui: 3 Desember 2021   16:35 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sungguh sangat berbeda dengan zaman dahulu. Teknologi sekarang nampak membawa suatu dimensi baru yang berbeda.

 Semua sudah berbasis teknologi baik dalam perekonomian yang sudah menerapkan e-commerce, kesehatan yang alat-alat medisnya sudah berbasis teknologi, bahkan dalam dunia militer, baik angkatan darat, laut, dan udara memodifikasi senjata mereka dengan teknologi canggih yang mampu menyerang musuh dari jarak jauh. Betapa teknologi sangat berperan disini. Dan berbicara tentang teknologi, maka tak luput dari pembahasan mengenai cyber atau dalam kata lain merupakan segala hal yang berhubungan dengan teknologi informasi dan sistem komputer. Karena dunia cyber jangkauannya sangat luas dan tanpa batas, maka tak ayal kejahatan dunia cyber terjadi bahkan menyebabkan perang atau biasa disebut cyber war.

Cyber war sendiri adalah perang yang berbeda jauh dengan perang militer karena sekilas tak nampak bagaimana bentuk perangnya, namun, efek yang disebabkan karena cyber war ini resikonya sama besar dengan perang militer yang berbasis persenjataan dan prajurit perang. Haq menyatakan bahwa cyber war adalah serangan, yang merujuk pada aktivitas hacking dan tindakan reverse , disini merujuk pada aktivitas anti-hacking, yang dilakukan di dunia maya, atau dalam jaringan komputer. Tindakan ini diperbolehkan oleh beberapa negara kuat yang berkuasa. 

Tujuannya bisa sangat beragam, dari mencuri data hingga mengeksploitasi sistem, memata-matai atau menonaktifkan semua atau sebagian sistem negara musuh (Haq, 2017).  Cyber war terjadi di cyberspace, atau dunia maya. Cyberspace dijadikan sebagai tempat perang yang baru. Apapun yang ada didalamnya, baik itu informasi pribadi, data penting, adalah hal-hal yang harus didapatkan atau dimenangkan dalam cyber war. 

Namun, karena sifatnya maya yang artinya tidak berwujud, maka segala kemenangan dan kekalahan, serta adanya kerusakan disana sulit untuk dikalkulasi. Sekarang, para pemimpin militer berlomba saling mencari cara untuk mendalami dan mengelola ancaman baru yang dapat berpengaruh besar terhadap keamanan nasional (Geers, 2011).  Bila dilihat secara historis, darat, laut, udara, dan ruang angkasa menjadi empat wilayah peperangan. 

Namun wilayah tersebut bertambah menjadi lima pada tahun 2016 tatkala NATO memasukkan cyber sebagai wilayah kelima untuk dilakukannya perang, hal tersebut sejalan dengan militer Amerika Serikat yang mengakui cyberspace sebagai wilayah perang juga.  United States Cyber Command (USCYBERCOM) saja dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat guna berkutat dengan segala hal yang menyangkut konflik cyber (Wilson, 2018, p. 31).

Zaman sekarang, pada saat menghadapi peperangan, sebisa mungkin orang-orang ingin mengambil langkah dimana mereka bisa membuat musuh tak berkutik tanpa menyerang dengan senjata untuk menghindari resiko terbunuh dalam perang konvensional (Brodin, 2020). 

Sehingga, dari sini dapat dilihat bahwa cyber war akan gencar untuk digunakan sebagai pengganti perang dengan senjata konvensional dengan memberikan efek yang serupa. Sehingga, dalam jangka waktu yang singkat, cyber war bisa saja digunakan untuk berperang dengan kemungkinan kemenangan didapat tanpa pertempuran besar di medan perang dengan menggunakan serangan cyber untuk mencegahnya. 

Sebenarnya, pemikiran tersebut sama dengan pemikiran Sun Tzu yang berbunyi, "kemenangan terbesar adalah yang tidak membutuhkan pertempuran". Sehingga, dapat dilihat pada paragraf sebelumnya, dalam mengatur strategi tersebut, pemikiran strategis milik Sun Tzu masih digunakan hingga saat ini, termasuk dalam cyber war. Pemikiran ini kemudian melahirkan suatu istilah yang disebut sebagai The Art of Cyberwar.

Mengulik lebih dalam The Art of War milik Sun Tzu dan kaitannya dengan cyber war dapat memperlihatkan tentang apa saja strategi dan taktik yang diterapkan didalamnya. The Art of War sendiri memiliki 13 bab yang tiap bab berisi strategi penyerangan.

Strategi dari 13 bab tersebut akan dilihat dari sudut pandang dalam cyber war, disini akan ada sisipan beberapa pemikiran Sun Tzu dan kaitannya dengan beberapa analisis singkat tentang relevansi The Art of War dalam cyber war.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun