Ditengah kemajuan pesat teknologi dan globalisasi, masyarakat kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks, salah satunya fenomena yang semakin terasa adalah keegoisan.
Di zaman moderen ini banyak orang cenderung lebih fokus pada kepentingan pribadi tanpa memperhatikan kesejahteraan bersama. Keegoisan ini tidak hanya terlihat pada level individu tetapi juga merambah ke berbagai faktor sosial, ekonomi, dan politik. Oleh karena itu ber filsafat menjadi suatu kebutuhan mendesak untuk membantu kita memahami dan mengatasi kecenderungan tersebut.
Filsafat menawarkan wawasan yang dapat menggugah kesadaran kita terhadap masalah keegoisan dalam diri kita. Para filsuf sejak zaman Yunani kuno, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, telah memperkenalkan konsep-konsep penting yang mengajak kita untuk mempertanyakan diri dan dunia di sekitar kita. Misalnya, konsep kebajikan dalam ajaran Aristoteles mengajak kita untuk mencapai kebahagiaan (eudaimonia) melalui tindakan yang rasional dan berorientasi pada kebaikan bersama. Kebajikan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain, yang jelas bertentangan dengan perilaku egoistik yang lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri semata.
Berfilsafat memungkinkan kita untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sifat manusia, masyarakat, dan hubungan antarindividu. Pemikiran filsafat, seperti yang diajarkan oleh Immanuel Kant dengan teori imperatif kategorisnya, juga mengingatkan kita untuk bertindak dengan cara yang menghormati martabat orang lain. Kant menekankan bahwa kita harus memperlakukan orang lain sebagai tujuan itu sendiri, bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan kita. Dalam konteks ini, filsafat memberikan kita dasar moral untuk menghindari keegoisan dan memperlakukan sesama dengan lebih bijaksana dan penuh penghormatan.
Selain membantu kita memahami dan mengkritik perilaku egoistik dalam diri kita, filsafat juga memberikan landasan bagi pembentukan etika sosial yang lebih baik. Di dunia yang semakin terfragmentasi dan terpecah belah oleh kepentingan-kepentingan pribadi, filsafat dapat menjadi jembatan untuk menyatukan berbagai pandangan dan membangun masyarakat yang lebih adil dan beradab. Misalnya, dalam pemikiran John Rawls mengenai "keadilan sebagai keteraturan," ia mengajukan prinsip bahwa masyarakat yang adil adalah yang memberi kesempatan yang sama bagi setiap individu untuk mencapai kesejahteraan, dengan memperhatikan yang paling lemah dan membutuhkan. Konsep ini mengajak kita untuk meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, sebuah pandangan yang sangat relevan dalam menghadapi fenomena keegoisan zaman sekarang.
Pentingnya berfilsafat dalam menghadapi keegoisan bukan hanya terbatas pada teori-teori abstrak atau diskusi akademis. Pemikiran filsafat dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang sangat praktis. Salah satunya adalah dengan mengembangkan sikap empati dan tanggung jawab sosial. Filsafat mengajarkan kita untuk selalu mempertimbangkan dampak tindakan kita terhadap orang lain dan dunia sekitar kita. Dalam praktiknya, ini bisa berarti mengedepankan kepentingan orang banyak dalam pengambilan keputusan, baik di tempat kerja, dalam hubungan pribadi, maupun dalam kebijakan publik.
Berfilsafat juga mengajak kita untuk senantiasa berpikir kritis terhadap kebiasaan-kebiasaan sosial yang mendukung keegoisan. Dalam masyarakat konsumerisme yang mendorong individualisme dan materialisme, filsafat menawarkan perspektif alternatif yang mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang makna hidup, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang lebih hakiki. Sebagai contoh, ajaran filsafat eksistensialisme, yang dipelopori oleh Jean-Paul Sartre dan Friedrich Nietzsche, mengajarkan bahwa kebebasan individu harus diimbangi dengan kesadaran akan tanggung jawab moral terhadap orang lain. Ini menantang kita untuk tidak hanya fokus pada keinginan pribadi, tetapi juga untuk berpikir tentang kontribusi kita bagi orang lain dan masyarakat.
Di zaman modern ini, di tengah pesatnya perubahan sosial dan kemajuan teknologi, keegoisan sering kali menjadi tantangan besar yang mengancam solidaritas dan harmoni sosial. Namun, dengan berfilsafat, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang diri kita, orang lain, dan dunia di sekitar kita. Filsafat mengajarkan kita untuk bertindak dengan kebijaksanaan, menghormati martabat orang lain, dan mempertimbangkan kepentingan bersama. Dengan demikian, berfilsafat tidak hanya memperkaya kehidupan pribadi, tetapi juga dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan manusiawi, di mana keegoisan dapat dikurangi dan digantikan dengan sikap saling menghargai dan berbagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI