Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan adanya penyumbatan saluran napas yang bervariasi sebagai respon terhadap berbagai rangsangan eksternal. Asma ditandai dengan sesak, batuk, keterbatasan saluran udara, mengi, dan respon yang berlebihan terhadap rangsangan eksternal (dapat berupa alergen, serbuk sari, bulu binatang, asap tembakau atau rokok, dan polusi udara). Asma merupakan penyakit heterogen dengan penyebab yang kompleks. Asma yang disebabkan oleh alergen adalah jenis yang paling umum. Alergi dan sensitivitas terhadap alergen dikenal sebagai faktor utama yang meingkatkan resiko seseorang terkena asma.
      Asma berkaitan dengan respon sistem kekebalan tubuh yang melibatkan sel T helper tipe-2 (T2), yang juga terjadi pada kondisi alergi lainnya. Pemicu asma bisa berupa alergen seperti tunga debu rumah, sisa kecoa, bulu binatang, jamur, dan serbuk sari, serta faktor non-alergi seperti infeksi virus, paparan asap rokok, udara dingin, dan olahraga. Semua ini bisa memicu serangkaian kejadian yang menyebabkan peradangan kronis di saluran napas. Ketika kadar sel T2 meningkat di saluran napas, mereka melepaskan zat-zat tertentu yang disebut sitokin, termasuk interleukin (IL)-4, IL-5, IL-9, dan IL-13. Sitokin ini menyebabkan peradangan yang melibatkan eosinofil (sejenis sel darah putih) dan produksi immunoglobulin E (IgE). IgE kemudian memicu pelepasan zat-zat inflamasi seperti histamin dan sisteinil leukotrien, yang menyebabkan kontraksi otot-otot saluran napas (bronkokonstriksi), pembengkakan (edema), dan peningkatan produksi lendir. Semua ini menghasilkan gejala-gejala asma yang khas.
      Perkembangan asma dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Berbagai studi laboratorium menunjukkan bahwa alergen dapat merusak lapisan pelindung saluran napas. Ketika sel-sel epitel saluran napas (lapisan sel yang melapisi saluran pernapasan) terkena alergen dari tungau debu rumah, serbuk sari, dan jamur, protein yang menyatukan sel-sel ini bisa terputus. Alergen seperti tungau debu rumah, kecoa, dan jamur dapat merusak penghalang epitel dengan mengaktifkan reseptor tertentu dan memicu sinyal yang merusak struktur penghalang. Sel epitel dari pasien asma lebih rentan terhadap kerusakan ini dibandingkan dngan orang yang tidak memiliki asma. Hal ini terjadi tanpa melibatkan enzim tertentu dan mungkin terkait dengan reseptor yang belum teridentifikasi. Selain itu, peradangan yang terkait dengan asma alergi juga dapat merusak penghalang epitel. Sel-sel kekebalan tubuh seperti Th2 dan ILC2 melepaskan IL-13, yang menganggu fungsi penghalang dan meningkatkan produksi lendir. Pada sel epitel dari pasien asma, fungsi penghalang sudah lemah sejak awal, sehinga mereka lebih rentan terhadap kerusakan lebih lanjut.
      Selain alergen, infeksi virus pada awal kehidupan juga menjadi faktor resiko penting dalam perkembangan asma. Dua virus yang utama, rhinovirus dan RSV, mengikat reseptor tertentu pada sel epitel saluran napas dan menyebabkan respon imun yang tidak efektif pada pasien asma sehingga meningkatkan replikasi virus. Paparan virus ini bisa memicu peradangan dan merusak penghalang epitel lebih lanjut.
      Faktor lingkungan lain yang mempengarui epitel saluran napas adalah merokok dan bakteri. Asap rokok diketahui merusak penghalang epitel, dan peradangan yang disebabkan oleh merokok dapat memperburuk kerusakan ini. Infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae juga dapat merusak penghalang epitel. Polutan lingkungan seperti partikel debu, ozon, dan produk pembersih rumah tangga juga dapat memperburuk asma. Partikel debu dapat merusak protein penghalang pada sel epitel paru, dan ozon dapat meningkatkan permeabilitias penghalang epitel. Bahkan deterjen pakaian bisa merusak penghalang epitel bronkial yang dapat berkontribusi pada perkembangan asma. Dengan kata lain, berbagai faktor lingkungan dapat merusak lapisan pelindung saluran napas yang membuat orang lebih rentan terhadap perkembangan dan memperburuk kondisi asma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H